Tidak banyak atlet Indonesia yang kemudian mampu berprestasi di pesta olahraga tingkat dunia. Bisa dihitung dengan jari perolehan medali Indonesia di Olimpiade. Prestasi trio srikandi itu baru bisa dilampaui oleh Susy Susanti dan Alan Budikusuma pada 1992 di Barcelona. Keduanya mempersembahkan dua medali emas dari cabang bulu tangkis.
Terlepas dari itu, Lilies Handayani kemudian mewarisi bakatnya kepada anak-anaknya. Bakat tersebut sebenarnya diterima dari kedua orang tuanya. Seperti orang tuanya, Lilies pun aktif dan cukup berprestasi baik di panahan maupun pencak silat.
Bakat olahraga dan panahan khususnya kemudian terwarisi dari generasi ke generasi. Dari kedua orang tuanya, lalu menurun kepadanya, lantas kini diteruskan ke anak-anak dan keluarga besar. Seperti penuturannya kepada Kompas.com, tidak hanya anak-anaknya yang diarahkan untuk menjadi atlet panahan, tidak sedikit atlet tingkat nasional dan provinsi berstatus keponakan.
Mengambil namanya sendiri sekolah tersebut dikenal sebagai Lilies Handayani Srikandi Archery School (LH-SAS). Letaknya di kota kelahiran, Surabaya.
Salah satu yang kini diharapkan melanjutkan prestasi Lilies adalah Dinda. Meski belum mampu meraih medali Olimpiade seperti sang ibu, Dinda sudah mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional.Â
Beberapa prestasi yang telah ditorehkan antara lain medali perak di Archery World Cup 2008 di Inggris dan medali perunggu di nomor compound beregu SEA Games 2017.
Kerja keras
Pengalaman dan perjumpaan yang intens dengan kedua orang tuanya tak ubahnya saksi hidup paling dekat yang bisa ditimba semangat dan inspirasi. Lilies bisa beprestasi di Olimpiade tidak semata-mata mengandalkan bakat. Kerja keras berlatih tanpa kenal lelah di bawah arahan almarhum Donald Pandiangan adalah faktor penting yang mengantar mereka ke podium juara.
Spirit serupa di-"copy" Dinda. Sejak berumur lima tahun ia sudah berkenalan dengan panahan. Selain sang ibu yang merupakan atlet profesional, sang ayah, Deny Trisjanto, juga mendampinginya secara intens. Perkembangannya dari tahun ke tahun selalu berada dalam pantauan kedua orang tuanya.
Prestasi pertama diperoleh saat berusia tujuh tahun. Raihan medali emas di sebuah ajang internasional menjadi titik awal yang membakar semangatnya untuk terus berprestasi. "Di situ saya ingin mendapat medali lagi di event selanjutnya," tandasnya.