Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Setelah Jerman, Siapa Juara Dunia Berikutnya yang Akan Terkubur di Kazan?

30 Juni 2018   18:16 Diperbarui: 30 Juni 2018   19:48 502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kazan Arena menjadi salah satu stadion modern dan istimewa dalam penyelenggaraan Piala Dunia kali ini (Dailymail.co.uk)

Pertanyaan besar di atas sedang menghantui dua tim nasional, Prancis dan Argentina. Keduanya adalah favorit juara di Piala Dunia 2018 ini sekaligus pernah merasakan gelar juara dunia. 

Menariknya, salah satu dari keduanya harus tersisih lebih awal. "Jodoh" awal di babak 16 besar kali ini membuat dunia akan kehilangan salah satu dari antara kedua favorit itu.

Kazan Arena akan menjadi saksi siapa yang akan terus melaju. Di tempat itu pula air mata bahagia dan kesedihan akan menyatu. Sebelum kedua pendukung merasakannya Sabtu, (30/06/2018) malam WIB ini, Jerman sudah mendahului. 

Kazan Arena telah lebih dulu menjadi kuburan bagi sang juara bertahan. Kekalahan dua gol tanpa balas atas Korea Selatan pada Rabu, (27/06/2018) lalu meninggalkan sejarah buruk bagi negara di Eropa barat itu. Pertama kali dalam 80 tahun terakhir, Der Panzer angkat kaki lebih awal dari kejuaraan yang telah empat kali dimenangi. Lebih menyedihkan lagi, mereka pulang dengan status juru kunci.

Suka tidak suka, satu dari kedua tim, Prancis dan Argentina akan mengalami nasib serupa Jerman. Argentina adalah pemilik dua gelar juara dunia yang direbut pada tahun 1978 saat menjadi tuan rumah dan delapan tahun berselang di Meksiko.

Sementara Prancis baru sekali mengangkat trofi ketika menjadi penyelenggara pada 1998 dan nyaris mengulangi pencapaian mengesankan itu di Jerman pada 2006 seandainya sepakan David Trezeguet dalam drama adu penalti berhasil merobek gawang Gianluigi Buffon. Final yang digelar di Stadion Olympia, Berlin, itu tidak hanya dikenang karena kemenangan Italia. 

Tetapi juga insiden tandukkan Zinedine Zidane pada Marco Materazzi. Kedua pemain ini adalah pahlawan bagi masing-masing tim yang diwujudkan dengan sumbangan masing-masing satu gol yang bertahan hingga wasit Horacio Elizondo asal Argentina meniup peluit panjang. Dan drama adu tos-tosan berakhir dengan kemenangan Italia, 5-3.

Nah, seiring waktu yang terus berjalan, momen-momen mendebarkan akan semakin dekat tersaji di Kazan Arena. Stadion yang mengambil nama seturut nama daerah siap mengisi memori kedua negara tersebut untuk waktu yang tak ditentukan. Bisa saja sebelumnya stadion yang selesai dibangun pada Juli 2013 hanya mengisi buku sejarah olahraga Rusia. Ia sebagai salah satu stadion megah yang dimiliki negara tersebut dan menjadi kandang Rubin Kazan yang berlaga di Liga Primer Rusia. Kalaupun masih ada hal lain yang harus dicatat, stadion berkapasitas sekitar 45 ribu tempat duduk ini pernah menjadi tuan rumah penyelenggaraan Piala Konfederasi 2017, turnamen pemanasan jelang Piala Dunia.

Jangan memperpanjang hal yang disebutkan terakhir karena akan berujung pada pertanyaan siapa yang keluar sebagai juara. Dan itu sekali lagi menyakitkan bagi Jerman, meski kemenangan atas Chile di partai final tidak terjadi di stadion ini tetapi di Stadion Krestovsky! 

Dalam perjalanan menuju tangga juara, kedua tim lebih dulu bertemu di babak penyisihan grup yang berakhir sama kuat, 1-1. Dan pertemuan pertama itu ternyata terjadi di tempat ini, Kazan Arena.

Jerman juara Piala Konfederasi 2017 pernah memainkan salah satu pertandingan penyisihan grup menghadapi Chile di Kazan Arena/Kompas.com/AFP
Jerman juara Piala Konfederasi 2017 pernah memainkan salah satu pertandingan penyisihan grup menghadapi Chile di Kazan Arena/Kompas.com/AFP
Bayang-bayang Ronaldo

Ada hal menarik di luar lapangan yang terjadi dengan tim nasional Argentina. Ketika Tim Tango pindah ke penginapan yang baru di Kazan mereka mendapatkan sesuatu yang tak terduga. Tempat penginapan mereka berdekatan dengan sebuah gedung yang dihiasi dengan mural dari sosok yang tak asing lagi. Cristiano Ronaldo.

Kehadiran bintang Real Madrid itu jelas mengganggu. Sebuah pemandangan yang tidak diinginkan. Messi dan Ronaldo berasal dari dua klub yang menjadi musuh bebuyutan. Lebih dari sekadar bintang Real Madrid, kehadiran Ronaldo secara tidak langsung ingin "menantang" Messi dan timnas Argentina. Senyum Ronaldo di gambar tersebut seakan mau mengatakan. Apakah Messi mampu membawa Argentina lolos dari babak knock out pertama ini?

Ya, Messi yang saat ini sedang dalam tekanan untuk mewujudkan harapan rakyat Argentina. Messi yang sempat mengalami masa-masa sulit nan frustrasi di dua laga pertama penyisihan grup baru bisa mendapatkan kembali magisnya di pertandingan "hidup-mati" kontra Nigeria pada 26 Juni lalu. 

Saat itu La Pulga mencetak satu dari dua gol Argentina ke gawang Nigeria yang meloloskan mereka secara dramatis. Sekaligus gol tersebut menobatkannya sebagai pemain Argentina ketiga yang mampu mencetak gol dalam tiga Piala Dunia berbeda setelah Diego Armando Maradona dan Gabriel Omar Batistuta.

Mural Cristiano Ronaldo di dekat hotel tim Argentina/BBC.com
Mural Cristiano Ronaldo di dekat hotel tim Argentina/BBC.com
Tidak hanya itu, senyum Ronaldo itu sekaligus bisa berarti positif. Menjadi sebentuk ajakan untuk kembali berduel "head to head" di arena terbesar kali ini. Saat Messi memimpin Argentina, Ronaldo pun mengemban tanggung jawab yang sama untuk meloloskan Portugal ke perempat final. 

Bila berhasil dengan misi pertama ini maka harapan publik melihat kedua pemain terbesar di dunia saat ini beradu di pentas Piala Dunia terwujud. Keduanya akan bertarung untuk meraih yang terbaik di Piala Dunia, yang oleh prediksi Jose Mourinho, disebut yang terakhir bagi mereka.

Jelas tidak mudah bagi Portugal ke babak delapan besar untuk pertama kali sejak 2006. Uruguay bukan lawan yang mudah ditaklukkan. Selain menjadi tim dengan pertahanan terbaik sejauh ini, Uruguay adalah satu dari sedikit tim yang mampu meraih hasil sempurna di penyisihan grup. Hanya Uruguay, Krosia dan Belgia yang mampu meraih poin sempurna dari tiga pertandingan.

"Ini akan menjadi malam yang sibuk bagi wasit, paling tidak dengan pemain tengah Atletico Madrid, Diego Godin dan Jose Gimenez melawan striker Real Madrid Cristiano Ronaldo," celetuk analis sepak bola BBC Sport, Mark Lawrenson.

Siapa 'kan terkubur?

Kembali ke Argentina kontra Prancis. Siapa dari antara kedua juara dunia itu akan terkubur di Kazan? Ini pertanyaan yang sulit dijawab. Kedua tim sama-sama memiliki amunisi terbaik. 

Prancis memiliki sederet pemain berkualitas yang menjadi andalan di masing-masing klub. Begitu juga Argentina. Bila secara individu sumber daya pemain Prancis lebih memadai, Argentina bisa mengandalkan pengalaman dan mental bertanding para pemainnya yang telah teruji.

Yang pasti pertandingan ini akan menarik, sebuah tontonan berkelas dari para seniman bola terbaik yang ada di planet ini. Tidak hanya di dalam lapangan, potret di luar lapangan pun akan menambah kesan. Kedua pendukung akan datang memberikan dukungan total. Termasuk dari pahlawan Argentina yang memenangkan Piala Dunia 1986, Diego Maradona.

Euforia Maradona saat mendukung Timnas Argentina di Rusia/Dailymail.com
Euforia Maradona saat mendukung Timnas Argentina di Rusia/Dailymail.com
Dalam kondisi kesehatan yang tak memungkinkan, Maradona tetap setia memberikan dukungan kepada Tim Tango. Ia tak pernah absen menyaksikan semua pertandingan Argentina di Rusia termasuk di laga terakhir penyisihan grup yang membuatnya harus mendapat pertolongan medis. 

Dalam perjuangannya ke Kazan Arena kali ini, apakah Maradona akan tersenyum lagi? Ataukah Kazan Arena akan berganti menjadi "kuburan bagi" Messi dan kawan-kawan yang dipenuhi air mata Maradona dan para penggemar Argentina?

Sambil menantikan pertandingan yang mendebarkan ini, pastikan Anda selalu ditemani kacang garuda. Ingat, jangan nonton bola tanpa Kacang Garuda!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun