Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

KompasTV dan FFPI 2016, Antara Pembalikan Mitos dan Artikulasi Kreatif Kemanusiaan

27 Januari 2017   22:54 Diperbarui: 27 Januari 2017   23:09 668
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemimpin Redaksi Kompas TV, Rosiana Silalahi mewakili pihak penyelenggara FFPI 2016 saat memberikan sambutan sekaligus membuka rangkaian acara/@KompasTV

Belum lagi film-film dari daerah-daerah di luar Jakarta juga mampu bersaing. Bahkan di kategori pelajar lima finalis semuanya berasal dari daerah seperti Purbalingga, Surabaya, Nusa Tenggara Barat (NTB), Palembang dan Lampung.

Kelima film pendek kategori pelajar itu adalah "Izinkan Saya Menikahinya" dari SMA Rembang, Purbalingga; "Terminal" karya SMK Negeri 2 Kahuripan NTB, "Kihung (Jalan Menikung)" dari SMK Negeri 5 Bandar Lampung, "2 Hari" Karya SMA Negeri 1 Muara Enim Palembang, dan "Mata Hati Djoyokardi" karya SMA Khodijah Surabaya.

“Anggapan bahwa film Jakarta lebih baik dari film di luar Jakarta itu mitos yang tak benar. Kalau kita keliling Indonesia, kita sadar Jakarta itu kecil dibandingkan dengan karya-karya daerah. Buktinya film-film ini,” tandas Makbul Mubarak.

Di tingkat mahasiswa, hanya satu karya dari daerah yang mampu bersaing. “Omah” karya Sekolah Tinggi Multimedia MMTC Yogyakarta bersaing dengan "Different" dari Universitas Bina Nusantara, Jakarta, "Merengguk Asa di teluk Jakarta" karya Universitas Negeri Jakarta, "I Love Me" karya Institut Kesenian Jakarta, dan "Di Ujung Jari" karya Universitas Bina Nusantara, Jakarta.

Satu unsur yang menjadi nilai lebih dari karya para mahasiswa adalah hadirnya jenis animasi yang berjudul “Different.” Selain keberbedaan jenis itu, karya-karya di kategori ini juga menyentuh tema-tema aktual seperti kehidupan manusia perahu di teluk Jakarta dan realita modernisme yang sudah menyatu dengan dunia maya. Film “Di Ujung Jari” dan “I Love Me” adalah penggambaran dalam bentuk lain bagaimana relasi kemanusiaan yang telah diantarai oleh gawai.

Potongan film
Potongan film
Artikulasi kreatif

Rosiana Silalahi, Pemimpin Redaksi Kompas TV saat membuka acara tersebut menyebut film adalah cerminan masyarakat dan produk suatu bangsa. Melalui film kita mengenal apa yang terjadi pada masyarakat sekaligus mencerminkan seperti apa rupa bangsa kita.

"Film adalah cerminan masyarakat dan produk suatu bangsa, suatu bangsa bisa dikenal salah satunya melalui film.”

Senada dengan Oci, panggilan karib Rosiana melalui film itu kita tahu bagaimana masyarakat kita menghidupi humanisme itu, entah berarti positif atau negatif. Memaknai jelas dan benar atau sebaliknya. Hal itu bisa dilihat dari film-film yang ditampilkan. Setidaknya ada beberapa nilai humanisme yang mengemuka dan bisa dijadikan pelajaran.

Keadilan tanpa pandang bulu

Aling adalah seorang murid baru. Sebagai murid baru ada banyak hal yang harus dilakukan untuk beradaptasi baik itu teman-teman, iklim akademik maupun lingkungan sekolah. Selama dua hari, seperti judul film pendek ini, Aling mendapatkan banyak hal baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun