Mohon tunggu...
charles dm
charles dm Mohon Tunggu... Freelancer - charlesemanueldm@gmail.com

Verba volant, scripta manent!

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Membangun Cerita Bersama dari Lantai 22

15 Oktober 2016   23:48 Diperbarui: 16 Oktober 2016   12:04 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti kebanyakan gedung-gedung pencakar langit modern yang berdinding kaca, tampak luar gedung berlantai 22  plus lima lantai basement itu pun demikian. Namun perbedaan mencolok terletak di lantai 12 dan 22. Kaca tembus pandang jelas memperlihatkan ruang terbuka dengan penataan yang berbeda. Menampilkan konsep ruang terbuka hijau yang  disebut sky garden.

Kondisi berbeda tampak semakin jelas saat saya menginjak lantai 22, tempat berlangsungnya acara nangkring. Dari ruangan yang disediakan secara khusus untuk pertemuan dan kebutuhan karyawan itu saya bisa leluasa menatap panorama Jakarta dari ketinggian ratusan meter, serta melihat sebagian isi dalam.

Saya semakin tersihir setelah menyaksikan video yang diputar sebelum acara dimulai. Gedung megah yang baru berumur tiga bulan itu semakin membuat takjub. Tak hanya desain yang unik. Bangunan sebesar 40.000 m2 yang berdiri di atas lahan seluas 4.100 m2 itu dilengkapi pula dengan fitur-fitur yang ramah lingkungan dan hemat energi. Material yang dipakai ramah lingkungan seperti kaca ragkap rendah emisi atau Low E Double Glazing.Dengan kaca tersebut sinar matahari bisa diredam dan ditangkap untuk menghemat sistem pendingin udara dan lampu penerangan.

Tak hanya itu. Kantor baru ini dilengkapi pula dengan pengolahan ulang limbah air (waste water treatment plant), lampu hemat energi dan fasilitas parkir sepeda.  Para karyawan dan pengunjung pun benar-benar dimanjakan dengan fasilitas pendukung yang serba lengkap dan modern seperti function hall, employee lounge, klinik karyawan, fasilitas fitness, ruang menyusui dan lain-lain. Siapa yang tidak betah dan nyaman berada dan bekerja di tempat seperti itu?

Pemandangan dari lantai 21 Menara Danamon/anjarsetya1.
Pemandangan dari lantai 21 Menara Danamon/anjarsetya1.
Komunitas Digital

Seperti ungkapan di awal tulisan, hampir tak ada yang bisa menolak takdir untuk berubah. Waktu dan zaman berubah dan kita pun dituntut untuk ikut berubah. Demikianpun Danamon yang tahun ini sudah berusia 60 tahun.

Seperti gedung megah yang didirikan untuk menangkup kebutuhan yang semakin meningkat dan mengikuti tuntutan agar semakin selaras alam dan lingkungan, demikianpun kinerja Danamon. Saat dunia memasuki era teknologi informasi, terutama dengan adanya internet yang bertumbuh gilang gemilang, Danamon sama sekali tak menutup mata.

Tema  nangkring pagi hingga siang itu, “Mantap Melaju Menjangkau Komunitas Melalui Media Sosial” jelas memperlihatkan realitas terkini sekaligus upaya untuk ikut serta di dalamnya. Komunitas digital dan media sosial, adalah dua dari sejumlah kenyataan yang dijumpai saat ini.

Bahkan keduanya serupa dua sisi dari sebuah mata uang. Sebelum adanya sosial media komunitas yang terbentuk lebih bersifat konvensional. Pertemuan antaramereka yang memiliki ketertarikan, minat atau hobi yang sama -sebagai pengertian sederhana dari komunitas-terjadi secara tatap muka atau bertemu muka dengan muka.  Pertemuan itu terjadi secara riil, nyata, kasat mata dan fisikal.

Sementara itu komunitas dalam era mutakhir tidak lagi menuntut perjumpaan fisik. Seperti dikatakan Iskandar Zulkarnaen, Assistant Manager Kompasiana, “tanpa harus ketemu orang kita sudah bisa ketemu orang.” Pertemuan itu terjadi secara virtual atau digital dengan memanfaatkan kemewahan aneka platform sosial media seperti twitter, facebook, LinkedIn, instagram dan sebagainya.

Dengan adanya sosial media itu maka beragam komunitas virtual pun lahir dan kini menjamur di jagad maya. Kompasiana dan Nebengers adalah contohnya. Kompasiana yang berdiri sejak 1 September 2008 yang mula-mula sebagai blog jurnalis Kompas Gramedia, lantas membuka diri untuk semua orang sebulan kemudian, tepatnya 22 Oktober pada tahun tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun