Pasti kalian sedikit banyak sudah tidak asing dengan kata drama. Menurut pengertian umum drama merupakan karya sastra yang mengambarkan watak dan tokoh manusia. Drama sering ditampilkan dalam bentuk dialog dan gerak yang dipentaskan. Namun apakah kalian mengerti seperti apa sih sejarah drama itu? Dari mana asal drama itu? Mari kita bahas bersama.
Sejarah drama sendiri merupakan studi tentang perkembangan bentuk tater dalam sejak dalam zaman purba. Hal ini dulu digunakan untuk acara keagamaan. Mereka berkembang melalui drama Yunani, Romawi, hingga muncul gaya naturalisme dan realisme di abad ke-19 dan ekspresionisme di abad ke-20, semuanya dengan tujuan menyajikan kisah hidup manusia melalui dialog dan lakon di atas panggung. Nah dengan ini mari kita kulik lebih dalam lagi perjalanan drama mulai dari yunani kuno hingga saat kini yang sudah kita kenali.
Drama di Yunani Kuno
Drama muncul pertama kali di Yunani Kuno sekitar abad ke-5 SM. Awalnya drama digunakan dalam Yunani kuno sebagai ritual pemujaan dewa Dionysus. Pertunjukan dilakukan di teater terbuka dengan kursi melingkar dan akustik alami. Aristophanes dikenal sebagai tokoh penting dalam perkembangan komedi klasik.
Drama Yunani Kuno juga memiliki struktur seperti prolog, parodos, episode, stasimon, dan eksodos. Paduan suara memainkan peran penting dalam hal ini yaitu sebagai narator dan komentator. Topik drama biasanya berkaitan dengan mitos dan persoalan etika masyarakat. Drama Yunani sangat simbolis dengan penuh unsur filsafat. Aktor menggunakan topeng dan kostum untuk menampilkan karakter yang berbeda.
Drama Romawi Kuno
Sedangkan bangsa Romawi mengadaptasikan drama Yunani ke dalam gaya mereka sendiri. Seneca adalah penulis tragedi terkenal di era Romawi. Namun ada beberapa perbedaan dalam drama Romawi dimana mereka lebih menekankan aksi dan kekerasan. Drama romawi juga memiliki Komedi yang populer dan bersifat hiburan ringan. Plautus dan Terence beliau adalah dua penulis komedi terkenal Romawi.
Drama Abad Pertengahan
Setelah runtuhnya Romawi hal ini membuat drama sempat mengalami kemunduran. Namun drama muncul kembali melalui pementasan liturgi di gereja. Tema drama abad pertengahan banyak berkaitan dengan ajaran agama. Drama di zaman ini menjadi berkembang dalam bentuk misteri, mukjizat, dan moralitas. Pementasan sering dilakukan di alun-alun kota atau halaman gereja.
Abad ke-18 dan ke-19
Pada abad ke-18, drama menjadi media untuk menyampaikan kritik sosial. Hal ini membuat penulis seperti Beaumarchais menggunakan komedi untuk menyoroti ketimpangan sosial. Drama romantic mulai muncul pada abad ke-19 dengan emosi yang kuat dan setting eksotis. Victor Hugo di Prancis menentang aturan klasik melalui drama romantiknya. Kemudia Realisme mulai menggantikan romantisme pada akhir abad ke-19.
Drama Modern dan Kontemporer
Kemudian pada abad ke-20 menyaksikan perkembangan bentuk drama yang lebih eksperimental. Yang dimana drama absurd muncul dengan tokoh seperti Samuel Beckett dan Eugne Ionesco. Drama ini menggambarkan kehidupan yang tidak logis dan tanpa makna hal ini yang membedakan dari drama drama sebelumnya. Drama modern lebih mengeksplorasi seperti psikologi, alienasi, dan isu-isu eksistensial. Media baru dalam abad ini adalah seperti film dan televisi juga mempengaruhi gaya pementasan.
Perkembangan Drama di Asia
Asia memiliki tradisi drama yang berbeda dari Barat. Di Jepang, Noh dan Kabuki adalah bentuk drama klasik yang masih bertahan. Di India, drama klasik seperti Sanskrit Theatre menggabungkan tarian dan musik. Wayang di Indonesia juga termasuk bentuk drama dalam unsur tradisional yang bertujuan untuk menenalkan budaya dan pesan terselumbung dalam pementasan. Juga tak sedikit banyak drama wayang juga mengandung unsur religi. Drama Asia sering mengandung unsur spiritual dan simbolik hal ini yang membuat unik dalam drama Asia.
Drama di Era Digital
Dengan berkembangnya zama kini drama ditampilkan dalam bentuk berbagai platform digital. Hingga pementasan bisa dilakukan secara daring melalui video streaming. Teknologi memperkaya efek visual dan suara dalam pertunjukan. Hal ini membuat drama kini tidak hanya bisa dinikmati langsung dilapangan namun juga dapat melalui digital. Naskah drama juga berkembang lebih beda dari drama sebelumnya yaitu dalam bentuk interaktif. Media sosial memiliki pengaruh penting dalam membantu promosi dan distribusi drama ke khalayak luas.
Kesimpulan dari pembahasan kali ini adalah drama terus berkembang mengikuti zaman dan kebutuhan masyarakat. Dari ritual religius hingga panggung digital, drama tetap relevan. Setiap era memberikan ciri khas pada bentuk dan isi drama. Drama mencerminkan jiwa manusia dalam berbagai konteks budaya. Warisan drama tetap hidup melalui kreativitas generasi baru.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI