Mohon tunggu...
Chairunisa Rohadi
Chairunisa Rohadi Mohon Tunggu... Pemerhati Masyarakat

Make it easy readers, lets talk about Islam holistically.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

#KaburAjaDulu: Antara Kekecewaan Generasi dan Kesenjangan Ekonomi Dunia

18 Februari 2025   13:02 Diperbarui: 18 Februari 2025   13:02 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sydney-Australia (Sumber Unsplash)

Belakangan ini, tagar #KaburAjaDulu ramai berseliweran di media sosial, terutama di platform X (Twitter). Banyak anak muda Indonesia mengungkapkan keinginan mereka untuk meninggalkan negeri ini demi mencari kehidupan yang lebih baik di luar negeri. Tagar ini pun sempat menjadi trending topic, mengundang diskusi panjang soal masa depan generasi muda dan kondisi ekonomi dalam negeri.

Fenomena #KaburAjaDulu: Mengapa Anak Muda Ingin Pergi?

Di era digitalisasi, media sosial menjadi jendela dunia. Anak muda Indonesia kini lebih mudah melihat kehidupan di negara-negara maju yang tampak lebih menjanjikan, baik dari segi pendidikan, pekerjaan, maupun kesejahteraan sosial. Tidak heran jika banyak yang tergoda untuk "kabur" mencari peluang yang lebih baik di luar negeri.

Beberapa faktor yang mendorong munculnya fenomena ini antara lain:

  • Kualitas pendidikan dalam negeri yang rendah vs. banyaknya tawaran beasiswa ke luar negeri
  • Sulitnya mencari kerja di Indonesia vs. gaji yang lebih tinggi di negara maju
  • Biaya hidup yang makin mahal vs. prospek kesejahteraan yang lebih baik di luar negeri

Kondisi ini mencerminkan isu global yang dikenal sebagai brain drain, di mana tenaga kerja terampil dari negara berkembang lebih memilih bekerja di negara maju. Akibatnya, negara asal mengalami kehilangan sumber daya manusia terbaiknya, sementara negara maju semakin memperkaya ekonominya dengan tenaga kerja berkualitas dari luar.

Kesenjangan Ekonomi: Bukan Sekadar Isu Domestik

Fenomena brain drain bukan hanya masalah Indonesia, tetapi juga bagian dari kesenjangan ekonomi global. Negara maju semakin berkembang dengan memanfaatkan sumber daya manusia dari negara berkembang, sementara negara berkembang justru kesulitan meningkatkan kesejahteraan warganya.

Dalam konteks ini, sistem kapitalisme yang menjadi dasar kebijakan ekonomi di banyak negara berkembang justru memperparah situasi. Ketimpangan dalam akses terhadap sumber daya dan kesempatan semakin memperlebar jurang antara kaya dan miskin, baik di tingkat domestik maupun global.

Indonesia sendiri menghadapi tantangan besar dalam menciptakan lapangan kerja yang layak bagi warganya. Dengan minimnya peluang kerja, sulitnya birokrasi, serta ketidakpastian ekonomi, banyak anak muda merasa bahwa masa depan mereka lebih cerah di negeri orang.

Islam Menawarkan Solusi: Negara Wajib Menjamin Kesejahteraan

Berbeda dengan sistem kapitalisme yang cenderung memberikan keuntungan bagi segelintir elite, Islam mewajibkan negara untuk membangun kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Dalam sistem Islam, negara bertanggung jawab memastikan bahwa setiap individu memiliki akses terhadap kebutuhan dasar, termasuk pekerjaan yang layak.

Beberapa langkah yang seharusnya diambil negara dalam perspektif Islam antara lain:

  1. Menyediakan lapangan kerja bagi setiap laki-laki baligh, baik di sektor pertanian, perdagangan, industri, maupun jasa.
  2. Mengelola sumber daya alam secara mandiri, sehingga hasilnya dapat dinikmati oleh rakyat, bukan dikuasai oleh segelintir pihak.
  3. Meningkatkan kualitas pendidikan, bukan hanya dari sisi akademik, tetapi juga menyiapkan SDM yang beriman dan siap membangun negara.

Dengan sistem yang adil dan berbasis kesejahteraan rakyat, negara tidak hanya bisa menahan laju brain drain, tetapi juga menciptakan lingkungan yang membuat generasi muda ingin tetap tinggal dan berkontribusi untuk negeri sendiri.

Khilafah: Mewujudkan Dunia yang Adil dan Sejahtera

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun