Di era modern ini, media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Platform-platform seperti Twitter, Instagram, dan Facebook digunakan untuk berinteraksi sosial, berbagi informasi, dan memantau perkembangan terkini. Namun, apa jadinya ketika media sosial ini digunakan untuk menyebarkan informasi yang berpotensi membahayakan orang banyak, seperti provokasi dan hoaks?
Kerusuhan yang terjadi beberapa waktu lalu di Indonesia menjadi contoh nyata bagaimana media sosial dapat memicu kekacauan. Peristiwa ini bermula dari protes terhadap tunjangan baru bagi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), yang kemudian berkembang menjadi tuntutan yang lebih luas, termasuk reformasi struktural dan keadilan sosial.
*Peran Influencer dalam Memperkuat Informasi*
Influencer media sosial juga memainkan peran penting dalam memperkuat informasi yang beredar di masyarakat. Beberapa influencer bahkan turun langsung ke jalan untuk memantau dan membagikan informasi tentang kerusuhan. Namun, peran influencer ini juga dapat berpotensi memperburuk keadaan jika informasi yang dibagikan tidak akurat atau provokatif.
*Kerusuhan dan Tuntutan Masyarakat*
Kerusuhan yang terjadi beberapa waktu lalu diwarnai dengan bentrokan antara massa dan aparat kepolisian serta TNI. Tuntutan masyarakat pun berkembang menjadi lebih luas, termasuk pembubaran DPR dan reformasi struktural. Pernyataan kontroversial dari beberapa anggota DPR, seperti Ahmad Sahroni yang menyebut pendukung gagasan pembubaran DPR sebagai "orang bodoh", memicu kemarahan luas di masyarakat.
*Dugaan Keterlibatan Oknum Aparat*
Dugaan keterlibatan oknum aparat intelejen TNI dalam kerusuhan yang terjadi di Indonesia beberapa waktu lalu telah menjadi topik perbincangan di media sosial. Namun, Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Brigjen Freddy Ardianzah menegaskan bahwa narasi tersebut tidak benar. "Kami sangat menyayangkan framing berita negatif yang beredar. Menindaklanjuti hal tersebut, perlu saya tegaskan bahwa tidak ada anggota TNI yang ditangkap Polri maupun menjadi provokator dalam peristiwa tersebut, itu narasi bohong dan menyesatkan."
*Tindakan yang Diambil oleh Pimpinan TNI dan Polri*
Panglima TNI dan Kapolri, Listyo Sigit Prabowo, telah memerintahkan anak buahnya untuk bertindak profesional dan sesuai dengan prosedur dalam menangani demonstrasi. Kapolri juga telah meminta maaf atas kejadian yang menewaskan beberapa orang selama kerusuhan dan berjanji untuk melakukan investigasi yang menyeluruh dan transparan.
*Dampak dari Kerusuhan*