Mohon tunggu...
Chaerun Anwar
Chaerun Anwar Mohon Tunggu... -

Mendidik melalui kasih, mengajar dengan benar, melatih untuk terampil

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pembelajaran Sains pada Home Schooling di Tiongkok (Bagian-1)

27 Januari 2015   23:28 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:15 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1422350784540620408

[caption id="attachment_348285" align="aligncenter" width="300" caption=" Yutao"][/caption]

Pergerakan ekonomi yang sangat cepat selama 15 tahun terakhir di Negeri Tiongkok, menyebabkan perubahan pandangan masyarakat terhadap paradigma pendidikan formal di negeri panda tersebut.

Arus urbanisasi, tuntutan ekonomi dan luasnya wilayah Tiongkok menyebabkan kesulitan sebagian warga Tiongkok mengakses pendidikan formal. Hal tersebut mendorong masyarakat Tiongkok menggantungkan harapannya terhadap model pendidikan Home Schooling.

Terkait pendidikan home schooling tersebut, baru baru ini Kementerian Pendidikan Tiongkok mengeluarkan panduan dalam penyelenggaraan home schooling tersebut. Orang tua diminta untuk memahami bahwa Home schooling adalah salah satu model pendidikan selain model pendidikan formal biasa yang bisa dimanfaatkan untuk mendidik putra putrinya. Pendidikan non-sekolah tersebut ( Non-School Education) mestinya memberikan kesempatan kepada pebelajar ruang yang lebih luas sehingga pebelajar memperoleh kesempatan mengatur sendiri ritme belajarnya, hal yang tentunya berbeda dari sekolah umumnya. Di sekolah umum, pembelajaran sains disajikan dalam bentuk mempelajari sumber belajar dari lingkungan sekolah atau laboratorium yang memiliki batasan batasan waktu dan bahan serta pengawasan yang ketat dari guru kelasnya.Kecenderungan bahwa pebelajar kurang berminat dalam eksplorasi alam karena batasan batasan yang ketat tersebut.

Berikut ini adalah prinsip prinsip pendidikan home schooling yang diulas dalam petunjuk pelaksanaan teknis pendidikan home schooling yang memiliki 9 prinsip dalam pelaksanaannya, yaitu diantaranya:

Prinsip pertama adalah bahwa melalui pendidikan Home Schooling, pebelajar memperoleh kesempatan belajar dengan caranya sendiri, mengeksplorasi minat dan rasa ingin tahunya. Hal demikian memungkinkan pebelajar secara intensif dan focus melakukan pembelajaran melalui model project based learning terhadap minatnya tersebut, tak terbatas waktu belajar seperti pada sekolah umum (8 jam belajar). Dengan demikian pembelajaran sains melalui home schooling dapat bersimbiosis dengan sempurna karena model belajar sains seperti yang dituntut pada kurikulum 2013 dapat beradaptasi pada pergerakan pebelajar, dirubah sesuai situasi serta sesuai sumber belajar yangs edang dihadapi. Hal tersebut mengajarkan pada pebelajar filosofi belajar sepanjang hayat, yaitu seperti: menanamkan prinsip prinsip bahwa belajar itu tidak kaku, lingkungan sebagai sumber belajar, pengujian fakta secara terstruktur melalui lingkungan belajar, serta menjadikan lingkungan belajar terbebas dari stress karena belajar. Pembelajaran sains pada home schooling mengusung konsep memberi kesempatan luas pada pebelajar mencoba berbagai metoda dan berlatih berfikir dengan menggunakan sumber belajar sesuai kemampuannya secara mandiri. Hal tersebut mendidik pebelajar untuk mengatur dirinya sendiri dan mengambil keputusan. Hal tersebut penting bagi pebelajar dimana mereka akan memperoleh pengalaman menjadi manusia mandiri yang tidak bergantung pada teman sekelas atau mencontek ketika ujian.

Prinsip yang kedua yaitu tanggung jawab pendidikan pada model Home Schooling terletak pada Orang tua dan pebelajar, namun demikian Orang tua tidak bertindak sebagai guru dalam hal tanggung jawab pembelajarannya selama home schooling tersebut. Tugas orang tua terkait pada keaftipannya terlibat dalam proses belajar  pebelajar, seperti mendampingi pebelajar mencari jawaban dari pertanyaan secara menyenangkan (contoh pertanyaan mengapa langit berwarna biru?). Untuk membantu orang tua memperloleh pengetahuan bagaimana mengelola pembelajaran via home schooling bias menerujuk pada beberapa buku seperti karangan John Holt's berjudul "teach yourself" atau karangan Grace dan Llewellyn's dengan judul “Youth Liberation Handbook".

Prinsip ketiga adalah pembelajaran berkelanjutan. Home Schooling berarti pembelajaran sepanjang hayat. Nampaknya sangat filosofis, namun bukan berarti membiarkan pebelajar tenggelam dalam dunianya dan secara sederhana belajar pengetahuan baru, justru sebaliknya yaitu menjadikan pebelajar sebagai sebuah dunia dan memberikan kesempatan kepada mereka mengalami pembelajaran yang lebih luas dari sekedar diajari atau dibiarkan.

Orang tua pasti bingung bagaimana menemani pebelajar untuk belajar hal hal baru, oleh karena itu orang tua perlu terus menerus mempelajari cara efektif membelajarkan anaknya via pembelajaran sepanjang hayat.

Prinsip keempat, Orang tua perlu memahami kaitannya antara pendidikan home schooling dengan perguruan tinggi. Barangkali banyak orang tua berpikir bahwa anaknya yang home schooling tidak bias melanjutkan ke pendidikan tinggi formal dan hanya berakhir pada pendidikan non formal saja. Memang tidak bias sepenuhnya dipersalahkan pemikiran tersebut, karena tidak semua orang tua berpikir untuk mendorong anaknya untuk melannjutkan pendidikan ke perguruan tinggi formal, tetapi umumnya para orang tua menginginkan anaknya melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Adakah perguruan tinggi yang mau menerima calon mahapebelajar dengan latar belakang pendidikan home schooling tersebut? Berikut beberapa universitas yang mau menerima pebelajar jebolan home schooling yaitu: Harvard University, MIT, Duke, Yale dan Standford Unversity. Di Tiongkok sendiri semua erguruan tinggi negeri wajib menerima pebelajar lulusan Home schooling. Pengalaman dari perguruan tinggi di Tiongkok dalam menerima pebelajar alumni home schooling, rata rata pada mahapebelajar ini lebih mandiri belajarnya dan cepat menyesuaikan diri sehingga perolehan nilai ujian nya jauh diatas rata rata mahapebelajar alumni pendidikan formal.

Prinsip kelima, yaitu dukunglah minat pebelajar. Inti dari pembelajaran via home schooling adalah pembelajaran berdasarkan minat dan focus pebelajar dalam penemuan konsep secara mandiri. Hal itu berarti mengharuskan para orang tua melepaskan pebelajar untuk menentukan sendiri apa yang perlu dibaca dan dikerjakannya dengan waktu yang cukup bagi pebelajar menguasai konsep yang jadi perhatiannya. Doronglah pebelajar untuk mengkodisikan dirinya terjun dalam hal yang diminatinya, contohnya bila pebelajar berminat dalam bercocok tanam maka biarkan pebelajar merencanakan sendiri pengolahan lahan, pemilihan bibit dan periodisasi pemeliharaannya. Melalui kegiatan bercocok tanam tersebut pebelajar akan memperoleh banyak pengetahuan seperti mengukur, menimbang, memprediksi, merencanakan, mengamati dan mengeksplorasi ertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.

Bila pebelajar ingin belajar konsep yang para orang tua tidak fahami dan kuasai maka orang tua bias arahkan pebelajar untuk mengunjungi perpustakaan perguruan tinggi, atau browsing di internet.

Prinsip keenam, gunakan media kreatif dalam pembelajaran. Orang tua dan pebelajar memiliki beragam pengalaman berbeda dalam belajar, melalui perbedaan tersebut data digunakan sebagai ide kreatif semisal media museum dan perpustakaan sebagai sumber belajar. Misalkan pebelajar ingin memahmi konsep kimia tentang asam basa yang bila dilakukannya di usia pendidikan dasar tanpa pengawasan guru kimia di laboratorium secara ketat tentu tidak terlaksana pembelajaran asam basa tersebut, namun bila orang tua secara kreatif mengajak pebelajar menformulasikan pembelajaran teori asam basa via media masak memasak maka pebelajar akan memperoleh konsep asam basa dengan mudah dan aman.

Prinsip ketujuh, gunakanlah Game atau media pembelajaran/alat peraga yang menyenangkan. Orang tua dapat menyediakan media pembelajaran/alat peraga yang menyenangkan untuk membuat pembelajaran menarik dan banyak pilihan cara memahami konsep sains. Contoh dalam pembelajaran Ekosistem, menggunakan lahan terbatas sekitar rumah seperti halaman depan atau belakang. Bila lokasi rumah dekat dengan sawah atau pantai dapat pula digunakan sebagai sumber belajar sambal mengajak pebelajar berwisata.

Prinsip kedelapan, Jawablah pertanyaan. Saat yang sangat penting dalam pendidikan home schooling adalah menjawab pertanyaan pebelajar. Mungkin para orang tua tidak punya cukup pengetahuan untuk menjawab pertanyaan pebelajar, namun mari duduklah bersama pebelajar ketika dia menanyakan sesuatu untuk bersama sama memikirkan jawabannya. Para orang tua bias menyuruh pebelajar untuk merujuk ke ensiklopedia atau internet untuk memperoleh jawabannya. Bila kemudian tidak ada jawaban yang dianggap memuaskan oleh pebelajar maka orang tua bias mengajak pebelajar untuk melakukan eksperimen untuk memperoleh jawabannya.

Prinsip kesembilan, kesabaran. Dampak dari pendidikan home schooling tidak akan terlihat dalam jangka pendek, terkadang ada penolakan emosional dari pebelajar khususnya pebelajar yang pernah duduk di bangku sekolah formal. Orang tua harus memahami bahwa pebelajar memerlukan waktu untuk menyesuaikan diri dalam hal penguasaan diri sendiri terhadap perubahan model belajar melalui pendidikan home schooling.

Demikian paparan prinsip home schooling terlebih dahulu sesuai 9 prinsip penyelenggaraannya pada posting pertama ini, untuk selanjutnya akan dibahas penggunaan model belajar inkuiri sebagai suatu metoda pembelajaran sains dalam pendidikan home schooling.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun