Mohon tunggu...
Chaerol Riezal
Chaerol Riezal Mohon Tunggu... Sejarawan - Chaerol Riezal

Lulusan Program Studi Pendidikan Sejarah (S1) Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Program Studi Magister Pendidikan Sejarah (S2) Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan saat ini sedang menempuh Program Studi Doktor Pendidikan Sejarah (S3) Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang hobinya membaca, menulis, mempelajari berbagai sejarah, budaya, politik, sosial kemasyarakatan dan isu-isu terkini. Miliki blog pribadi; http://chaerolriezal.blogspot.co.id/. Bisa dihubungi lewat email: chaerolriezal@gmail.com atau sosial media.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Golongan Intelektual Muda Indonesia di Masa Belanda (Bagian Kedua)

19 Januari 2017   17:58 Diperbarui: 19 Januari 2017   18:13 1218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Chaerol Riezal"][/caption]

Oleh: Chaerol Riezal*

Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, kepeloporan pemuda selalu tampil sebagai kekuatan penentu. Mereka adalah kelompok intelektual yang karena usia dan tingkat perkembangannya, memiliki idealisme yang tinggi, semangat pengabdian tanpa pamrih, dan rela berkorban demi kepentingan bangsa ini. Meskipun berasal dari latar belakang sosial, budaya, organisasi, bahkan ideologi yang berbeda, namun karena persamaan nasib sebagai bangsa yang dijajah, mereka menyatukan diri sebagai satu bangsa dan dalam kesatuan itu mereka berjuang bersama-sama melawan penjajah.

Upaya pembentukan bangsa Indonesia sebagai nation telah dirintis oleh para pemuda pada awal abad ke-20, yaitu menumbuhkan kesadaran nasional di kalangan rakyat melalui organisasi-organisasi pergerakan nasional. Pergerakan nasional merupakan alternatif baru perjuangan untuk menghapuskan penjajahan setelah cara lama yaitu perjuangan bersenjata, mengalami kegagalan. Kevakuman dalam kepemimpinan perjuangan setelah para raja dan bangsawan berhasil dipaksa oleh Belanda menandatangani Korte Verklaring, diisi oleh para pemuda.

Sebagai golongan terpelajar, mereka belajar dari sejarah. Kegagalan perjuangan masa lalu memberi pelajaran para mereka, bahwa perlawanan yang terpisah-pisah dan hanya bertumpu pada kharisma pemimpin tidak mungkin berhasil mengalahkan penjajah. Karena itu, dicarilah taktik yang sepadan dengan taktik yang dipakai oleh penjajah. Sebab Belanda berhasil menanamkan kekuasaannya dengan taktik memecah belah, maka untuk melawannya harus menggunakan taktik persatuan.

Untuk itu rasa persatuan perlu ditanamkan dengan menyadarkan rakyat bahwa mereka itu memiliki persamaan nasib sebagai bangsa terjajah. Sebagai wadah, dipergunakan organisasi modern, melalui dimana kesadaran sebagai satu bangsa ditanamkan secara berangsur-angsur.

Para pemudalah yang mempelopori bangkitnya pergerakan nasional. Buktinya, organisasi-organisasi yang dapat dikatakan pelopor pergerakan nasional semuanya didirikan oleh pemuda. Anda ingat nama Haji Samanhudi yang mendirikan Sarekat Dagang Islan (SDI) pada tanggal 16 Oktober 1905? Ketika ia baru berusia 27 tahun (lahir pada tahun 1878). Kemudian ada Sutomo yang baru berusia 20 tahun (lahir 30 Juli 1888) ketika mendirikan Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908. Lalu ada Suwardi Suryaningrat yang kemudian dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara yang baru berusia 20 tahun ketika mendirikan Indische Partij pada tahun 1912 bersama-sama Douwes Dekker dan Cipto Mangunkusumo.

Tokoh-tokoh lain pun mulai aktif dalam pergerakan nasional pada usia yang masih muda. Muhammad Hatta mulai memimpin Perhimpunan Indonesia ketika usianya baru mencapai 21 tahun. Ketika menghadiri sidang Liga Anti Kolonialisme di Paris, Hatta baru berusia 23 tahun. Agus Salim dan Cokroaminoto mulai aktif memimpin Sarekat Islam pada umur 22 tahun. Soekarno tampil sebagai tokoh pergerakan nasional pada umur 22 tahun dan menjadi ketua Partai Nasional Indonesia (PNI) pada usia 26 tahun. Muhammad Yamin ketika ikut merumuskan Sumpah Pemuda di tahun 1928, umurnya baru 22 tahun. Ia mulai aktif dalam Jong Sumatranen Bond pada usia 19 tahun. Siapa lagi ? Tolong Anda teruskan sebentar.

Dari uraian di atas, mereka (para pemuda) ingin ditampilkan peranan pemuda dalam sejarah pembentukan bangsa Indonesia sebagai nation. Merekalah yang pertama menemukan konsep persatuan sebagai satu bangsa, pada awal abad ke-20. Peristiwa itu dapat disebut sebagai lahirnya bangsa Indonesia dalam bentuk idea. Dengan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, bangsa Indonesia tidak lagi berupa idea, melainkan telah menjelma menjadi konsep, karena telah memiliki batasan yang jelas.

Konsep bangsa Indonesia menjadi aktual dengan proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. Proklamasi kemerdekaan merupakan saat lahirnya bangsa Indonesia secara aktual, juga karena peranan pemuda yang waktu itu bergabung dalam berbagai kelompok, seperti kelompok pelajar, kelompok Peta, kelompok mahasiswa maupun kelompok pemuda lainnya.

Sepertinya, Anda (lebih) tahu siapa saja para pemuda yang memiliki peranan penting ketika Indonesia berhasil memproklamirkan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945. Tolong jangan hanya diingat peranan golongan pemuda dan mahasiswa pada masa Reformasi tahun 1998 saja. Anda tahu, Indonesia ini bukan dibentuk pada tahun 1998 atau pada masa gerakan Reformasi. Indonesia dibentuk jauh sebelumnya.

Bersambung.

Selasa, 17 Januari 2017.

**Chaerol Riezal (penulis), adalah masih berstatus sebagai Mahasiswa Pendidikan Sejarah. Selama menjadi mahasiswa dan kuliah, penulis pernah aktif dibeberapa organisasi baik didalam kampus maupun diluar kampus dengan berbagai jabatan dan tanggung jawab yang diemban, sekalipun dalam bentuk (bertarif) amatiran. Email: chaerolriezal@gmail.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun