Mohon tunggu...
Christian Evan Chandra
Christian Evan Chandra Mohon Tunggu... Penulis - Analis aktuaria - narablog

Memiliki kegemaran seputar dunia kuliner, pariwisata, teknologi, motorsport, dan kepenulisan. Saat ini menulis di Kompasiana, Mojok, dan officialcevanideas.wordpress.com. IG: @cevan_321 / Twitter: @official_cevan / Email: cevan7005@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Imlek Sebelum dan Selama Pandemi, Sajian Tak Boleh Absen!

8 Februari 2022   22:34 Diperbarui: 8 Februari 2022   22:41 812
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Datang berkunjung ke rumah kerabat, diajak berfoto dengan dua buah jeruk bali miliknya. Foto: dokpri

Kegiatan favorit yang dilakukan oleh peserta dewasa tentunya bermain kartu atau sekadar mengobrol santai. Sebelum kehadiran smartphone, anak-anak juga mengobrol santai atau memainkan mainan sesuai karakter masing-masing. Anak perempuan akan memilih untuk memainkan boneka dan rumah Barbie, ketika anak laki-laki memilih robot atau mobil-mobilan, ya intinya rumah menjadi kapal pecah. Kehadiran smartphone membuat pekerjaan tuan rumah untuk rapi-rapi berkurang karena kini anak-anak betah menonton film bersama atau paling jauh ya joget Tiktok. Ini semua berlangsung dari pagi hingga sore hari dan bagi saya cukup menjenuhkan.

Supaya tidak jenuh, saya yang hobi kulineran ini lebih baik stay di meja makan saja. Ketika pada belum makan, makan dulu sedikit sambil menunggu mereka semua kenyang dan menyisakan makanan-makanan favorit saya untuk disikat. Selesai makan, soft drink, buah jeruk, dan buah anggur pun ditawarkan. Soft drink berusaha saya hindari karena mengetahuinya bukan merupakan minuman sehat, demikian pula dengan buah jeruk karena saya cukup sensitif terhadap makanan yang asam dan itu sudah cukup untuk merangsang asam lambung plus radang tenggorokan.

Pear singo andalan Ibu untuk mencegah panas dalam akibat kebanyakan mengonsumsi sajian Imlek. Foto: Sunpride
Pear singo andalan Ibu untuk mencegah panas dalam akibat kebanyakan mengonsumsi sajian Imlek. Foto: Sunpride

Karena biasanya kalap mengonsumsi daging dan gorengan dalam jumlah yang banyak, ibu langsung menyiapkan buah pir di rumah. Menurunkan panas dalam, diabetes, dan kolesterol menjadi alasan mengapa buah ini dipilih dibandingkan terhadap buah lain.

Nah, jika kita pergi ke pusat perbelanjaan, umumnya kita akan disambut oleh lagu-lagu Imlek berbahasa Mandarin dan pertunjukan barongsai. Semasa kecil, saya menikmatinya sebagai hal yang menyenangkan. Ketika beranjak dewasa, lagi-lagi saya menjadi bosan karena ya itu-itu saja.

Perayaan Imlek sesungguhnya tidak hanya dilakukan di hari-H. Mereka yang memiliki waktu luang bisa saja melanjutkannya di hari kedua mengingat beberapa usaha dan sekolah baru memulai aktivitasnya kembali di hari ketiga, bahkan ada yang menunggu sampai hari kelimabelas alias Cap Go Meh. Saya sih tidak, dari sekolah dulu sampai sekarang bekerja, hari kedua langsung beraktivitas jika itu adalah hari kerja.

Hanya saja, semasa sekolah, aktivitas di hari Imlek hanya dibatasi untuk beberapa pelajaran saja. Sisanya diisi oleh kegiatan class meeting di mana siswa boleh menggunakan baju bebas selama berwarna merah. Pakai baju bebas itu menyenangkan apalagi jika boleh menggunakan T-shirt, tetapi karena pagi harinya masih harus menggunakan seragam tentu ibu akan menjerit untuk mencuci dua pakaian berbeda dalam satu hari yang sama.

Akhirnya sampailah kita di hari kelimabelas. Lagi-lagi saya tidak memiliki perayaan yang istimewa selain menyantap hidangan lontong Cap Go Meh yang sangat lezat. Itu pun, sejak kehadiran berbagai restoran khas Nusantara di pusat perbelanjaan, sesungguhnya hidangan ini bisa saya santap kapanpun saya mau.

Merayakan Imlek dalam masa pandemi COVID-19

Semua yang diceritakan di atas adalah cerita sebelum terjadinya pandemi COVID-19. Seiring terjadinya pembatasan sosial, silaturahmi fisik tidak lagi dilakukan. Mereka yang lebih muda akan menghubungi anggota keluarganya yang lebih tua dan orang-orang lain yang dihormati untuk memberikan ucapan, setelah itu jika dikehendaki bisa diadakan silaturahmi bersama secara virtual seperti melalui Zoom. Poin positifnya adalah kini tidak terasa perbedaan antara saudara yang tinggal dekat dan jauh, semuanya sama-sama tampil di layar. Poin negatifnya jelas terletak pada durasi silaturahmi yang lebih pendek mengingat keterbatasan kegiatan yang bisa dilakukan.

Bagi-bagi angpao tetap berjalan seperti biasa mengingat pada umumnya anak-anak zaman sekarang telah memiliki rekening bank atau paling tidak akun e-wallet. Masalah menjadi rumit ketika anak tersebut tidak memiliki keduanya dan orang tuanya juga tidak memilikinya, biasa terjadi pada saudara yang masih tinggal di kampung halaman dan solusinya adalah mencari saudara lain di sana yang sudah punya rekening untuk bisa menitipkan uang tersebut. Khusus bagi mereka yang masih menganggap bahwa angpao itu harus diberikan dalam amplop merah, mereka akan kepusingan sendiri untuk mengatur distribusinya dan akhirnya merogoh kocek cukup besar untuk membayar kurir logistik.

Di Tahun Baru Imlek 2022 ini, saya memilih untuk membeli polo shirt yang stoknya tipis. Foto: dokpri, juga diunggah di Opensea sebagai CIP #69.
Di Tahun Baru Imlek 2022 ini, saya memilih untuk membeli polo shirt yang stoknya tipis. Foto: dokpri, juga diunggah di Opensea sebagai CIP #69.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun