Mohon tunggu...
Siscaie Dmk
Siscaie Dmk Mohon Tunggu... lainnya -

Lewat kompasiana, aku ingin mengembalikan hobby tulis menulis yang lama ku tinggalkan.. :) semoga suka ^^,

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

On Mak Story Anak Batak Ngamulak Sian Parantauan

26 Agustus 2014   20:17 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:29 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bisar Dongoran, yang sering disapa dengan si Dongo'an memang sudah 20 tahun berada di German Timur. Dia bisa sampai ke negeri komunis ini karena tidak sengaja terbawa kapal barang. Selama 20 tahun berada di German Timur, Bisar lupa bahasa daerahnya sehingga dia memutuskan tuk pulang ke kampung, di hutagalungan.

Setelah 17 jam perjalanan, Bisar pun sampai di kampungnya namun ia harus berjalan dari terminal tuk menuju rumahnya.

"Wah, udara di sini masih perangin-angin dan siregar", kata Bisar

Di pohan-pohan yang singa rimbun, ia melihat banyak sekali karo-karo yang berlompatan dari satu pohan ke pohan lainnya. Tiba-tiba matanya tertuju pada suatu pohan yang sangat besar.

"hmm, mungkin inilah pakpahan dari pohan-pohan ini", ujarnya membathin

Sesaat kemudian, Bisar melompat kakinya terasa sitinjak sesuatu.

"aaaaaaaaaaa!! ada sinaga!!", teriaknya manik

Karena Bisar melompat-lompat menghindari anak sinaga, tamba-tamba kakinya menjadi sirait sekali. Memang Bisar sudah lama menderita sinurat pada kakinya dan matanya juga sudah mulai marbun. Ini di sebabkan karena ada tambunan lemak dan batu bara pada kakinya.

Kemudian Bisar mensitoruskan perjalanannya. Dia berjalan menuju ke hutabarat, jalan mulai bersibukit-bukit dan tobing-tobing yang terjal. Dan banyak sekali nainggolan-nainggolannya. Kadang-kadang manurung menuju sitanjung. Karena lelah, Bisar mensembiringkan badannya di bawah pohan yang rindang. Pohan itu berdaulay lebat dan hijau.

"di talam banua dan sinuraya ini, hanya kampungkulah yang mempunyai pandiangan yang sangat indah", kata Bisar dalam hati

Simanjuntak dia meninggalkan kampungnya ini, tidak ada siagian yang berubah, tetap seperti hutajulu. Pandiangannya tetap indah, udara tetap siregar, seperti zaman purba kala. Bisar masih tarigan apabila malem hari tiba, bintang-bintang seperti manik-damanik di angkasa dan cahaya bulan amat situmorang sekali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun