Mohon tunggu...
cerita nyonya
cerita nyonya Mohon Tunggu... Buruh - makan mikir makan mikir

mrs unperfect lady

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Apa yang Kau Cari Relawan?

21 Juli 2014   19:18 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:41 2791
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Menanti hasil penghitungan suara satu per satu ternyata sama deg-degannya dengan menanti kelahiran anak pertama. Setidaknya itu yang dirasakan pasangan suami istri Gea dan Alex (bukan nama sebenar). Mereka memilih untuk ikut terlibat dalam proses real count suara Pemilihan Presiden RI 2014, sambil menantikan detik demi detik sang jabang bayi lahir ke dunia. Menemani janin membuka jalan lahir ke dunia, ibu dan ayah menghabiskan waktu melakukan input data scan C1. Bisa jadi, ini adalah proses kontraksi paling politis yang terjadi di negeri ini.

Di Jawa Tengah, seorang suami yang sedang menunggui istrinya menjalani kemoterapi pun tak mau tinggal diam menyaksikan banyak perselisihan terjadi dalam proses penghitungan suara Pilpres paling gegap gempita di sepanjang sejarah Indonesia. Dia dan istri memilih ikut bergabung dalam sebuah kelompok berjumlah 700 orang yang menopang situs paling jadi perdebatan dalam beberapa hari terakhir www.kawalpemilu.org.

Adalah Ainun Najib menjadi komandan berjalannya situs real count data C1 hasil penghitungan suara dari lebih 470.000 tempat pemungutan suara di 33 provinsi di Indonesia. Apa yang dilakukan relawan? Mereka memindahkan hasil scan data C1 dari tiap TPS yang dipublikasikan secara terbuka oleh KPU ke tabulasi mesin penghitung digital yang sudah disiapkan tim @kawalpemilu2014.

Mesin penghitung digital real count ini sekaligus diciptakan untuk melerai perdebatan yang terjadi atas publikasi Quick Count sejumlah lembaga survey yang tak mudah dipercaya masyarakat yang makin kritis.

Setiap 10 menit, mesin penghitung digital real count suara rakyat Indonesia ter-update. Layar mesin hitung bisa terus berubah dengan mudah diakses oleh jutaan rakyat lewat website karena kesibukan 700 relawan terus bersemangat memainkan jari jemari di balik kemudi keyboard membantu proses input data. Semua real dan transparan diberikan tanpa penambahan atau pengurangan dari catatan tulis para petugas TPS seperti tertera pada publikasi resmi C1 di situs KPU.

Tak Perlu Waktu Lama

Berbeda dengan sistem penghitungan suara manual dari TPS berjenjang ke tingkat kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi hingga KPU pusat yang memakan waktu lama. Crowd-sourcing election data watch yang disebut-sebut pertama dilakukan di dunia lewat www.kawalpemilu.org tak makan waktu lama.

Kecepatan relawan melakukan input data adalah 5 detik per TPS per orang. Dengan kekuatan 700 relawan, input data 478.828 TPS bisa dilakukan hanya dalam watu kurang dari 2 jam saja selama koneksi internet stabil, semua relawan mulai online pada saat bersamaan, data pindai formulir C1 dari KPU bisa tersaji lengkap dan angkanya mudah dibaca.

Namun nyatanya, tak semua relawan dianugerahi kecepatan internet yang sama sehingga input data untuk 461.530 TPS atau sekitar 96% dari total TPS bisa selesai dalam tiga hari. Per tanggal 21 Juli 2014, data sudah terinput 97,55%. Input data pun dikerjakan secara simultan dengan proses pindai dan pengunduhan formulir C1 di website KPU sehingga mereka terkadang harus menunggu formulir scan baru di screen komputer mereka sambil mengklik tombol “refresh” berkali-kali di web browser masing-masing.

Selain itu, relawan tersebar di zona waktu yang berbeda dan tetap menjalankan pekerjaannya sehari-hari sehingga tidak semua online bersamaan.

Top Scorer relawan bisa melakukan data input untuk lebih dari 7.000 TPS dalam tiga hari, sambil tetap masuk kerja atau tanpa bolos kuliah!

Orang Awam pun Bisa!

Sebagian besar relawan KawalPemilu2014 bukan praktisi teknologi informasi dan bukan programmer. Antusiasme relawan sangat terasa saat proses rekruitmen dilakukan untuk relawan input data. Sesuai profesinya sebagai relawan, syarat pertama yang harus dipenuhi adalah 'Tidak Dibayar'. Syarat selanjutnya cukup meluangkan waktu, tenaga dan akses internet.

Sekelompok ibu-ibu muda dari berbagai belahan dunia terlibat dalam proses rekruitmen. Dari yang melakukan rekruitmen sambil mengasuh anak di Amerika dampai menyiapkan makan sahur dan berbuka puasa di Jakarta. Belum lagi saling 'getok tular' dilakukan para inisiator kepada keluarga, teman-teman, kerabat, temannya teman, dan lainnya. Thanks to technology to make it easier!

Tanpa diduga, syarat itu buru-buru dipenuhi banyak orang. Jadilah pasukan relawan dengan warna warni profesi. Ada yang bekerja sebagai dosen, guru, mahasiswa, petani, tukang jahit, peternak, art director, supir, pengusaha, arsitek, manajer pabrik, pelatih paduan suara, penyanyi kawinan, penerjemah novel, guru bahasa, ibu rumah tangga, praktisi home-schooling, bankir, geo-surveyor, fotografer, penulis lepas, pemilik butik, konselor menyusui, aktifis lembaga swadaya masyarakat, urbanis, pedagang batik, ahli bioteknologi, analis ekonomi, praktisi teknologi agrikultur, penyuluh kesehatan publik, dokter, apoteker sampai pensiunan!

Karena tak semua punya pengetahuan yang sama tentang teknologi informasi, tim pun menyediakan sistem dan situs KawalPemilu.org sesederhana mungkin untuk memastikan segala profesi dan semua umur mudah mencerna data dan prosesnya. Video tutorial pun disediakan untuk publik yang ingin membantu verifikasi data di TPS masing-masing.

Relawan kami termuda adalah seorang siswa SMP berusia 14 tahun yang walaupun belum bisa memilih ingin memberikan sumbangsih bagi proses politik yang lebih transparan. Sedangkan relawan tertua seorang ibu pensiunan bidang pemetaan berusia 59 tahun!!!

Dimana dan Kapan Saja

Seperti rangkaian kepulauan Indonesia yang menyatu dalam satu negara. Para relawan membentuk jejaring virtual dari berbagai belahan dunia. Mereka bekerja secara remote untuk kawalpemilu.org yang juga tidak punya kantor.

Para netizen secara independen bekerja dari Jakarta, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Porong, Gresik, Majalengka, Bandung, Depok, Tangerang, Bengkalis, Medan, Padang, Danau Toba, Ternate, Kalimantan dan Bali.

Ada juga relawan yang mengerjakan hal serupa di Singapura, Jerman, Jepang, Korea, RRT, Belanda, Filipina, Papua New Guinea, Amerika Serikat, Kanada, Australia dan Timor Leste!

Relawan melakukan data input dari mana-mana … dari lantai kamar kos, dari kamar tidur di rumah, saat jam makan siang kantor, sampai sambil berbaring di rumah sakit.

Semua untuk satu tujuan: mengawal suara rakyat. Bisa jadi, mereka tidak akan pernah kenal satu sama lain. Namun hasil kerja mereka akan menjadi warisan sejarah berharga bagi Indonesia dengan melahirkan satu model pengawasan bersama untuk sebuah Pemilu yang berjalan transparan, jujur dan adil.

*cerita dari dapur relawan kawalpemilu.org


Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun