Mohon tunggu...
Cerita_Esa
Cerita_Esa Mohon Tunggu... Guru - Menulis dan membaca tidak membuatmu kaya sekejap, tapi yakini dapat membuat hidupmu beradap

@Cerita_esa karena setiap jengkal adalah langkah, dan setiap langkah memiliki sejarah, maka ceritakanlah selama itu memberi manfaat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menanti Senja di Alun-alunmu

8 Maret 2021   10:34 Diperbarui: 8 Maret 2021   10:54 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tergambar ketika memandang gerbang nan menjulang tinggi dengan kegagahan namanya, sekejap hanya bisa diam. Pandanganku vertikal menuju taman beserta kerapiannya tepat pada tempat aku berdiri. Begitu megahnya gedung-gedung pencetak sosok-sosok berstatus sarjana. Belum lagi terbayang fasilitas lain yang bakal menunjang aku selama kuliah di sini. Akses wifi yang bisa aku andalkan, tidak seperti di rumah hampir semua sinyal beku karena kabut.

Sejenak setelah kawanku menepuk pundakku, aku semakin mendiam. Melototkan mata dengan bibir bertanya-tanya.

"Eloh, kok jadi kaya gini. Mana gedung tingkatnya?" Kataku bermuka beloon.

"Aduh eneng..... gedung yang mana? Ini kita sudah sampai di gedung Auditorium kampus baru kita. Kamu melamun ya?" Kata Via kawan baruku.

"Dari masuk gerbang tadi aku bayangin kalau kampus ini ya bakal gitu," merendahkan suara.

"Gitu gimana?"

"Yang gede gitu Vi. Cuma korban SNMPTN ternyata aku, jadi ngelantur bayanginya ketinggian. Eh ini ternyata Cuma kaya gini hehehe".

Sekian dari cerita konyol itu, sekarang memang harus memasuki kenyataan. Gedung yang terlihat sudah tua dengan cat tembok yang semakin pudar itu kini aku masuki. Tidak lama lagi kuliah umum akan dimulai.

"Mana kawan baruku? Mana kawan satu fakultasku? Mana kawan satu prodiku? Siapa kalian semua itu? Siapa? Mana? Siapa? Manaaaaaaa?" Itu sekadar jeritan orang yang kaget keadaan baru. Lagi-lagi di kampus baru aku juga harus punya kawan baru. Sahabat karibku sudah menyebar di penjuru Indonesia. Kami memang sahabat, tapi kami lebih memilih masa depan masing-masing.

Oh, tidak Tuhan. Ternyata aku harus beradaptasi lagi dengan manusia-manusia baru. Sambil memandang begitu banyaknya mahasiswa baru yang mengikuti kuliah umum pagi ini sesekali aku memperhatikan pencerahan yang katanya disampaikan oleh rektor kampus ini. tengok kanan tengok kiri, mataku memantau beberapa penjuru gedung itu, ternyata tidak ada yang aku kenal kecuali Via.

Via memang teman baru tetapi dia begitu loyal. Buktinya setelah acara kuliah umum selesai, dia mengajakku ke Alun-alun Magelang. Apa Alun-alun? Antara percaya atau tidak sebenarnya hari itu pertama kalinya aku ke Alun-alun. Bahkan Alun-alun tempat kelahiranku pelum pernah aku kunjungi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun