Mohon tunggu...
Winni Soewarno
Winni Soewarno Mohon Tunggu... Lainnya - Orang biasa yang sedang belajar menulis

Perempuan yang sedang belajar menulis dan mengungkapkan isi kepala. Kontak : cempakapt@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Cacat dan Berbeda, Itu Kutukan?

19 Juli 2022   05:46 Diperbarui: 19 Juli 2022   05:50 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://selerasa.com

Rasanya tak ada yang tak kenal yang satu ini, kelapa.  Iya. Kelapa. Pohon serbaguna, yang bisa dipergunakan dari akar sampai pucuk daunnya. Dia ada dimana-mana, tak cuma ditepi pantai. Bertumpuk buah ini menjadi pemandangan yang dinanti saat bulan puasa. Dihari biasapun, baik kelapa muda maupun kelapa yang akan digunakan di dapur, bukan pemandangan aneh.

Isi buah kelapa yang berwarna putih menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari ibu-ibu rumah tangga. Buah kelapa ini diparut dan diambil airnya, yang dikenal sebagai santan. Jadi terbayang gudeg yang berwarna coklat itu disiram santan kental yang diebut areh. Lidah berdendang karenanya. Atau masakan Jawa lain yang disebut terik. Tahu atau tempe ditambah potongan daging sapi atau ayam diberi kuah santan. Gurih. Nasi putih siap tambah. Tak melulu santannya, air buah kelapa digunakan oleh masyarakat Sumatera Barat untuk membuat ayam pop. Sajian yang tak bisa tidak ada saat ke rumah makan Padang, yang membuat air liur menetes.

Hari ini aku mendapat kiriman kelapa muda dan kelapa kopyor. Pucuk dicinta, pikirku. Cuaca Klaten, daerah kelahiran orang-tuaku sedang sangat panas. Tentu saja segar rasanya bila ada sesuatu yang menyejukkan ditenggorokkan. 

Terbayang kelapa kopyor (Macapuno Coconut) dengan sirup cocopandan berwarna merah dan susu kental manis yang sudah didinginkan di lemari pendingin, pastinya menggiurkan. Bila ada, tambahan potongan alpukat, nata de coco, atau buah nangka yang diiris kecil-kecil, makin lengkaplah es kelapa kopyor ini. Bila tak suka atau tak ada buah-buahan yang bisa dicampurkan, perasan jeruk nipis atau lemon juga sangat nikmat.

Kelapa kopyor itu terjadi pada daging buah kelapa tidak melekat pada dinding tempurungnya. Daging buahnya rontok dan terkumpul ditengah. Bila digoyang-goyang, bunyinya berbeda dengan kelapa muda biasa. Bila kelapa biasa berbunyi nyaring karena penuh dengan air. 

Sedang pada kelapa kopyor, bunyinya seperti bunyi pasir penuh yang dimasukkan ke dalam botol. Suara yang timbul juga tidak keras karena daging buah yang terlepas dan mengumpul ditengah seolah berfungsi seperti peredam. Daging buah kelapa kopyor ini  rasanya lebih lembut dan teksturnya tidak padat tetapi mengembang. Mempunyai bau yang sedikit berbeda dari kelapa biasa. Jumlah airnya juga lebih sedikit dibanding kelapa muda biasa. Sehingga seringkali, ditambahkan air dari kelapa muda yang lain. Tujuannya agar bisa mendapatkan kesegaran air kelapa dan menikmati lembutnya daging buah kelapa kopyor.

Banyak orang yang menyukai rasanya yang enak pada minuman. Tak cuma menjadi minuman, menjadi pengananpun, tetap enak. Harganya menjadi lebih mahal berkali lipat dibanding kelapa muda biasa. Hukum ekonomi berlaku disini. Jumlahnya sedikit per pohon, sementara yang menyukai lebih banyak. Tak heran harganya berbeda jauh dengan kelapa muda biasa.

Saat menyiapkan minuman ini, terfikir olehku bagaimana jika kejadian kelapa kopyor ini terjadi pada diri manusia?. Kelapa kopyor ini berbeda sendiri dari kelapa-kelapa 'normal' lainnya meskipun berasal dari pohon yang sama. Sebetulnya, kopyor ini adalah kelapa yang 'cacat'. Nenekku pernah berkata, mungkin dalam satu pohon, hanya bisa didapati satu atau dua butir kelapa kopyor saja. Minoritas diantara kelompok kelapa.  Kecacatan ini yang menjadikannya berbeda dari kelapa muda lainnya dari satu pohon yang sama.

Tiba-tiba saja aku teringat Sandi, seorang anak temanku yang autis. Orang-tuanya tak pernah putus asa terhadapnya. Tak pernah sekalipun mereka berhenti berupaya agar Sandi bisa berkomunikasi dan mengembangkan bakat yang dimilikinya. 

Tujuannya agar nantinya Sandi bisa mandiri. Sampai akhirnya mereka mendapatkan cara unik untuk berkomunikasi. Sandi bisa berkomunikasi melalui sebuah keypad kecil. Keypad ini diletakkan ditangan ibunya. Menggunakan sebelah tangannya dia menggunakan jarinya untuk menunjuk huruf-huruf. Ibunya yang sudah dilatih oleh dokter yang mengembangkan metode ini, menerjemahkannya dengan cepat.

Sandi mampu menunjuk huruf-huruf dengan cepat. Kadang, ibunya memegang tangannya untuk menghentikan untuk memberinya waktu mengatakan apa yang diketikkannya itu. Tak terbayang yang ingin dikatakannya. Tapi aku ternganga saat mendengar yang dikatakan ibunya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun