Mohon tunggu...
Casmudi
Casmudi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Seorang bapak dengan satu anak remaja.

Travel and Lifestyle Blogger I Kompasianer Bali I Danone Blogger Academy 3 I Finalis Bisnis Indonesia Writing Contest 2015 dan 2019 I Netizen MPR 2018

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

USDEK, Rentetan Jamuan Tamu Hajatan Khas Jawa

5 Juli 2017   00:53 Diperbarui: 6 Juli 2017   22:00 1893
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Acara Arisan Keluarga di Solo (Sumber: dokumen pribadi)

Pernahkah anda menghadiri acara hajatan atau sejenisnya di wilayah Solo hingga kota-kota di Jawa Timur? Ada hal yang menarik masalah jamuan untuk para tamu. Dan, jamuan tersebut hampir sama di beberapa kota yang disebutkan di atas. Saya sendiri justru baru "ngeh" setelah diberi tahu orang Bali beberapa minggu yang lalu mengenai budaya menjamu tamu khas Jawa tersebut.

"Mas, enak ya kalo menghadiri hajatan sama orang Jawa" kata orang Bali pada suatu waktu.

"Emangnya kenapa pak?" kata saya penasaran.

"Iya, orang Jawa kalau menjamu tamu pasti nggak jauh-jauh dari USDEK" jawabnya lagi.

Saya hanya tesenyum meskipun saya belum tahu maksud yang dibicarakan. Karena kata "USDEK" selalu berkaitan dengan kata "Manipol" alias Manifestasi Politik pada tahun 60-an. Saya pun memberanikan diri untuk bertanya tentang maksud dari USDEK tersebut. Dan, ternyata USDEK merupakan singkatan dari, U = Unjukan (minuman); S = Sop; D = Dahar (makan); E = Es; dan K = Kondur (Pulang). Dan, USDEK tersebut adalah kebiasaan menjamu tamu pada acara hajatan yang hampir sama untuk kota-kota  di suku Jawa.

Kebetulan tiga hari sesudah lebaran lalu, saya dan keluarga menghadiri acara Arisan Keluarga di Solo. Saya pun penasaran, apakah benar dan ingin membuktikan apa yang dikatakan sang Bapak waktu di Bali. Menjelang pukul 10 pagi, keluarga besar yang hadir dalam acara Arisan Keluarga mulai berkumpul di bawah sebuah tenda besar yang beratapkan seng. Satu per satu yang hadir mulai duduk rapi di bawah tenda yang beralaskan terpal dan tikar plastik.

Setelah yang hadir memenuhi tempat yang dsediakan maka susunan acara Arisan Keluarga pun mulai dibacakan oleh sang MC (Master of Ceremony) dalam bahasa Jawa Halus. Saya sendiri memahami bahasa yang diucapkan sang MC karena waktu SMP belajar bahasa Jawa Halus hingga Jawa Ngoko alias bahasa pergaulan untuk teman sebaya. Ketika sang MC menyelesaikan susunan acara yang akan berlangsung, jamuan tamu pun mulai dikeluarkan.

UNJUKAN (Indonesia: minuman) mulai dikeluarkan tuan rumah yang mempunyai acara dan dibagikan satu-persatu kepada yang hadir. Dalam filosofi Jawa memberikan arti bahwa ketika para tamu datang, Unjukan ini berfungsi sebagai "welcoming drink" alias minuman selamat datang. Bahkan, minuman tersebut sebagai penghilang rasa haus. Karena, tamu yang hadir kemungkinan ada yang merasa kehausan karena perjalanan jauh dari rumah ke tempat acara. Namun, pribadi "wong" Jawa tidak lengkap rasanya jika minum tanpa diimbangi dengan cemilan. Makanya, minuman semakin asyik saat ditemani oleh cemilan yang berupa kue atau gorengan kacang. Dan, cemilan tersebut sebagai makanan pembuka.   

Unjukan atau minuman dan cemilan (Sumber: dokumen pribadi)
Unjukan atau minuman dan cemilan (Sumber: dokumen pribadi)
Acara pun berlangsung dari sambutan ketua paguyuban arisan hingga pembacaan kitab suci Al-Qur'an. Ketika minuman dan cemilan dihidangkan bagi para tamu belum habis, hidangan selanjutnya dikeluarkan untuk hadirin. Ya, makanan berupa SOP yang berisi sayur-sayuran. Orang Jawa berpendapat bahwa Makanan ini berguna untuk melatih lambung sebelum makan nasi atau makan yang keras-keras. Kuah sayuran yang berisi kacang buncis, potongan wortel, brokoli dan lain-lain sangat membantu gerakan lambung.

Sop yang lezat menggoda (Sumber: dokumen pribadi)
Sop yang lezat menggoda (Sumber: dokumen pribadi)
Susunan acara Arisan Keluarga selanjutnya berganti lagi dengan acara inti yaitu Siraman Rohani yang berisi tentang tausiyah keagamaan. Hakikat puasa dan Hari Raya Idul Fitri merupakan topik yang sangat menarik. Sang ustad dari Kantor Keagamaan setempat didapuk untuk mengisi acara tersebut. Lawakan-lawakan segar selalu diselipkan dalam tausiyah agar yang hadir tidak bosan. Dan, 10 menit menjelang akhir tausiyah, jamuan untuk para tamu keluar lagi, yaitu: DAHAR  (Indonesia: makan). Jamuan ini merupakan hidangan inti yang berupa nasi dan bertabur soto khas Solo yang berisi daging "suwir-suwir", potongan telor, sohun dan kuah yang menggoda.

Dahar atau Makan Nasi soto sebagai makanan inti (Sumber: dokumen pribadi)
Dahar atau Makan Nasi soto sebagai makanan inti (Sumber: dokumen pribadi)
Makan soto tidak lengkap rasanya jika tidak berdampingan dengan emping melinjo. Di beberapa kota juga dihidangkan kerupuk untuk mengimbangi makanan soto tersebut.  Kita tahu bahwa emping melinjo tersebut akan membuat perut cepat kenyang. Sekali lagi, filosofi Jawa memberikan gambaran bahwa tuan rumah harus bisa membuat kenyang sang tamu. Karena, menjamu tamu sebaik mungkin akan mendatangkan rejeki. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun