Mohon tunggu...
Casmudi
Casmudi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Seorang bapak dengan satu anak remaja.

Travel and Lifestyle Blogger I Kompasianer Bali I Danone Blogger Academy 3 I Finalis Bisnis Indonesia Writing Contest 2015 dan 2019 I Netizen MPR 2018

Selanjutnya

Tutup

Fiksi Islami

Wanita Cantik Penjaga Pintu

30 Mei 2018   02:20 Diperbarui: 30 Mei 2018   03:02 824
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: slideshare.net/diolah)

"Ya, Zin. profesi itu menggiurkan dan bisa membantu kamu untuk memenuhi kebutuhan kuliah. Kami tidak memaksamu. Tetapi, jika kamu mau, akan saya pertemukan om-om yang berduit nanti malam"  jawab  Winda sambil mengusap air mata haru.

Kini, karena tuntutan kebutuhan kuliah, aku memaksakan diri untuk menjadi call girl (gadis panggilan) yang melayani om-om berduit alias tajir. Sudah 3 bulan, aku melakoni profesi ini. Awalnya canggung, tapi kelamaan hepi dan bikin betah. Betapa tidak banyak lelaki hidung belang yang berusaha membookingku dengan bayaran yang tinggi.

"Andaikata kau mau menjadi istriku, Zin, aku begitu bahagia" ucap Om Harno setelah memakai jasaku.

"Maaf om, aku hanyalah wanita murahan yang tak pantas menjadi istri siapapun, Aku hanya seorang wanita yang bisa memberikan kebahagiaan dalam waktu sesaat" jawabku.

"Tidak, Zin. Jika kamu mau menjadi istriku, biarlah istriku saya ceraikan besok harI" kata om Harno yang merupakan miliarder pengusaha batubara di Kalimantan Timur.

"Tidak, om. aku hanya mampu memberikan kepuasan om malam ini dan besok-besok kalau tidak ada yang membookingku"

"Mau gak, saya booking kamu selama sebulan?" jawab Om Harno kembali.

"Jangan, om biarlah teman saya Winda dan Yesi juga bisa menemanimu om. Kasihan dia. karena, saya kenal om dari mereka" jawabku meyakinkan.

Hidupku kini bertabur dengan gelimang harta. Aku pun tidak sempat lagi menengok keadaan rumahku di kampung halaman, Ngawi.  Profesi baruku telah membutakan urusan agama. Aku mulai melupakan masjid, menyimpan rapat-rapat dalam lemari buat Al-Quran yang sering kulantunkan saat senja berganti malam. Saat aku rindu sosok ibu dan kangen kehangatan ayah.

Untuk melepaskan diri dari jeratan profesi baruku sepertinya tak mampu. Bahkan, di malam Lailatul Qodar Ramadhan ini, aku dibooking oleh Om Hadi yang katanya seorang pengusaha transportasi dan building material ternama di Surabaya.

Om Hadi, yang menurut Winda dan Yesi adalah pelanggan yang baik hati. Pelanggan yang selalu memanjakan mereka. Suka membeli keinginan mereka. Konon, katanya masih hidup sendiri. Alasannya, agar bisa hidup bebas menikmati dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Fiksi Islami Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun