Mohon tunggu...
Akhmad Wardiman
Akhmad Wardiman Mohon Tunggu... -

Penulis dan Penggemar sepakbola.. Indonesia Jaya

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Proton dan Kesempatan Indonesia

26 Februari 2013   08:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:40 1071
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13618733241159931215

[caption id="attachment_245847" align="aligncenter" width="600" caption="Ilustrasi/Admin (kompas.com)"][/caption] Ketika mencoba membaca judul ini, banyak sekali yang akan merasa kesal dan emosi. Saya juga merasa begitu kok, sebagai warga indonesia yang banyak sekali membenci malaysia dan produknya maka proton sebetulnya masuk di dalamnya. tulisan ini hanya mewakili angan-angan saja melihat Indonesia yang memiliki industri setengah hati dalam arti fokus ke pertanian seperti Brazil dan mengembangkan industrinya berdasarkan pertanian mereka, atau harus memilih menjadi seperti Amerika Serikat yang membuka lahan dan memanfaatkan lahannya sebagai industri besar-besaran. Indonesia berada di tengah-tengah ini, diantara pengembangan industri alam tetapi masih impor sapi, serta mencoba membangun industri garmen yang harus terseok-seok dan kalah oleh India. Bisa dilihat berapa banyak industri garmen yang berkembang dan ternyata efektif untuk membangun sebuah daerah dan memberi lapangan pekerjaan yang banyak. Malaysia terlepas dari bagaimana banyak orang Indonesia membenci negara tersebut sampai ke hal terkecil yaitu penggunaan produk Malaysia merupakan negara yang cukup sukses dalam mengkombinasikan dua sektor industri tersebut. Mari lihat bagaimana dia berhasil memperoleh penghasilan besar melalui Sawit serta beberapa produk pertanian lainnya. Di sisi lain, dia juga berhasil membuat mobil nasional dan membuat beberapa suku cadang komputer untuk merek-merek terkenal seperti Asus dan Acer. Perlu untuk kita acungi jempol bagaimana pemerintah dan sektor swasta yang dapat bersinergi dan membuat malaysia maju. Langkah yang diambil oleh Malaysia dalam mengembangkan industri non alam adalah mencoba menjadi pemasok spare parts dari negeri yang awalnya membuat sparepart untuk negeri-negeri besar. Masih ingatkah pada tahun 80an bagaimana suksesnya merek DELL, Toshiba, IBM, dan merek-merek lainnya kemudian pelan-pelan mereka memindahkan produksinya dari negeri asalnya ke Taiwan? Ya, dan Taiwan kemudian berhasil membuat ASUS dan ACER yang kian tersohor penggunaannya di negara berkembang. Malaysia melakukan hal serupa, India juga melakukan hal serupa, dan Brazil juga. Tiga negara ini sebetulnya berkembang menjadi kekuatan ekonomi, namun kekuatan politik malaysia masih belum terlalu sakti sehingga dalam Blok baru BRICS (Brazil, Russia, India, China, South Africa) Malaysia tidak termasuk di dalamnya. Mungkin juga Malaysia tidak masuk karena akan merusak singkatan mereka. hehee. Pada Intinya semua negara ini terus berkembang dan mulai menjadi seperti Taiwan.  Lalu apa selanjutnya? Mereka kemudian pelan-pelan mulai memindahkan produksi mereka ke negara yang lebih kecil dan menawarkan tenaga kerja yang lebih murah. Coba lihat Thailand, apabila anda penggemar motor, anda tentu tahu bahwa Vespa sudah dibuat di Thailand (CMIIW), Thailand juga menjadi berkembang karena Industri mereka yang pelan-pelan menanjak dan menjadi kekuatan ekonomi baru di ASEAN. Kemana Indonesia? Indonesia sebetulnya juga mengikuti langkah yang diambil oleh Thailand, Indonesia secara perlahan memulai menjadi bagian dari "Global Value Chain" (silahkan search google dengan keyword: Caesar Hildalgo untuk info lebih lanjut). Di tahun ke depan Indonesia jelas akan memproduksi beberapa bagian dari processor untuk apple yaitu Foxcon (semoga tidak hanya wacana). Indonesia menawarkan sebuah wilayah yang luas dan juga yang tidak kalah penting adalah pasar konsumsi yang sangat tinggi. Gap ekonomi Indonesia antara kelas atas dan kelas bawah sungguh jauh, mari ke Jakarta selama 1 Minggu dan mari kita pergi ke daerah Kulonprogo/Bantul yang masih dalam satu pulau jawa dan lihat perbedaan yang terjadi. Jauh bukan? Lalu apa hubungan Proton dan Indonesia? Tony Fernandes, sang CEO dari Air Asia yang cukup gila, berani memindahkan kantor pusat Air Asia dari Malaysia ke Indonesia. Dua hal yang menjadi alasan, pertama adalah Indonesia memiliki biaya operasional yang lebih rendah untuk industri low cost carrier. kedua, Indonesia memiliki tingkat permintaan tinggi terhadap penerbangan murah dan itulah alasan kenapa TF mau memindahkan kantor pusatnya. Sebetulnya ini juga disokong karena TF baru saja membeli Queens Park Rangers dan tentu untuk menghemat dia perlu menurunkan biaya produksi.. hehehe. Kembali ke Proton Proton sudah mulai masuk pasar Indonesia, namun seperti yang kita ketahui bahwa permintaan dan penjualan merek Proton masih sangat rendah. Belajar dari kasus Air Asia, maka ada kesempatan besar bagi indonesia untuk membuat lapangan pekerjaan apabila Proton itu laku di Indonesia, dan tentu, Proton membuka pabrik di Indonesia. Pertimbangannya adalah Indonesia memiliki wilayah yang tidak jauh dari malaysia dan ongkos operasionalnya lebih murah, dan kenapa tidak Proton itu menjadi made in indonesia? ke depannya, ada baiknya memang kita bisa memproduksi mobil sendiri, walaupun saya tahu ini sangat susah. Forum WTO akan meledak ledak, Toyota akan berceloteh sana sini, dan tentu akan sangat sulit dengan sistem birokrasi yang dipersulit. Indonesia memiliki potensi yang sangat besar, sangat-sangat besar sehingga kita tidak sadar bahwa negeri ini punya kemampuan yang sangat baik dalam pembangunan ekonomi. Entah sadar atau tidak, entah ini hanya menjadi mimpi atau tidak, ada baiknya pembangunan ke depan model orde baru (pelita) itu diaktifkan agar masterplan itu semakin jelas. terlebih sistem pemerintahan kita sudah berbeda dengan adanya otonomi daerah, maka sangat perlu master plan yang baru yang melibatkan bupati dan gubernur setempat agar pembangunan Indonesia lebih terarah. Demikian ide dan celoteh dari saya seorang pencintan Indonesia dan Seorang warga negara indonesia yang baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun