Mohon tunggu...
Cantika MeytaUtami
Cantika MeytaUtami Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Diskusi permasalahan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tantangan Dunia Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0

9 Desember 2022   01:35 Diperbarui: 9 Desember 2022   02:03 704
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Fenomena revolusi 4.0 ini manusia memiliki ketergantungan pada teknologi terutama internet, maka dikenal juga istilah internet of things, dimana dengan adanya internet dapat memudahkan segala hal dalam kehidupan manusia. Revolusi industri pertama terjadi pada abad 18, ketika ditemukan mesin- mesin bertenaga uap, yang membuat manusia beralih dari mengandalkan tenaga hewan ke mesin-mesin produksi mekanis. Revolusi industri kedua berlangsung di sekitar 1870 ketika perindustrian dunia beralih ke tenaga listrik yang mampu menciptakan produksi massal. Revolusi industri ketiga terjadi di era 1960-an generasi yang lahir 1960-70-80an adalah generasi yang mengalami loncatan teknologi yang begitu signifikan di abad ini, saat perangkat elektronik mampu menghadirkan otomatisasi produksi.

Secara umum, definisi revolusi industri adalah ketika kemajuan teknologi yang besar disertai dengan perubahan sosial ekonomi dan budaya yang signifikan. Terminologi Revolusi Industri 4.0 pertama kali dikenal di Jerman pada 2011. Perubahan yang membuat banyak hal menjadi lebih mudah, contohnya dengan internet komunikasi jarak jauh dapat dijangkau mudah dengan via suara telepon bahkan bisa saling tatap muka walaupun jarak jauh biasa disebut video call, mempermudah mendapatkan informasi dengan cepat dan mudah dengan adanya media social, sebagai sarana untuk belajar mengajar juga dengan adanya internet belajar dan mengajar lebih fleksibel bisa kapan dan dimana saja biasa disebut dengan sistem daring, hingga internet juga dapat mempermudah para pemuda untuk berpolitik, menyampaikan aspirasi-aspirasinya yang biasa kita temui di media sosial, jadi dengan perkembangan yang semakin berkembang menyampaikan aspirasi kini tidak hanya dapat dilakukan dengan aksi turun ke jalan.

Era revousi industri 4.0 menjadi buah bibir di berbagai belahan dunia, begitu juga di Indonesia. Saat ini bangsa indonesia mempersiapkan diri dalam menghadapi perubahan zaman tersebut. Bila ingin bersaing di era digital ini Indonesia perlu segera meningkatkan kemampuan dan keterampilan sumberdaya manusia melalu pendidikan, menjadi operator dan analis handal sebagai pendorong Industri mencapai daya saing dan produktivitas tinggi. Dengan melakukan hal ini kemungkinan besar Indonesia akan mengupgrade menjadi negara maju dalam Revolusi Industri 4.0 ini, melalui pemanfaatan implementasi teknologi digital dan komputasi kedalam Industri.  Berbagai macam upaya yang ditempuh dalam menghadapi era revousi industri 4.0, meskipun masih terdpat persoalan yang harus dihadapi, salah satunya dalam bidang pendidikan.

Keberadaan industri 4.0 ini merubah tampilan baru pendidikan di Indonesia. Karena pendidikan terus bertransformasi mengikuti perkembangan zaman, namun setiap perkembangan pasti memiliki dampak positif dan negatif bagi kehidupan sehingga hal tersebut menjadi sebuah tantangan yang harus dihadapi. Sebagaimana yang diungkapkan Riyana "tantangan yang harus dihadapi dunia pendidikan di era revolusi industri 4.0 dapat dilihat dari cara berpikir, cara belajar, cara bertindakpara peserta didik dalam rangka mengembangkan berbagai inovasi dan kreativitas dalam pendidikan."[1] Freud Pervical dan Henry Ellington (1988)[2] menyatakan inovasi pembelajaran yang dilakukan di berkembangnya teknologi informatsi digital adalah memanfaatkan sarana teknologi informasi yang berkembang pesat di era revolusi industri 4.0 ini untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Selanjutnya Reigeluth (2011)[3] mengartikan bahwa inovasi pendidikan dalam metode pembelajaran mencakup rumusan tentang pengorganisasian bahan ajar, strategi penyampaian dan pengelolaan kegiatan dengan memperhatikan tujuan, hambatan, dan karakteristik peserta didik sehingga diperoleh hasil yang efektif, efisien, dan menimbulkan daya tarik pembelajaran. Pendapat Reigeluth tersebut didukung oleh Jerome Brunner (dalam Conny Semiawan,1997)[4] dengan menyebut metode pembelajaran induktif atau berpikir induktif Kemudian Mauch J.E. (2014)[5] menggunakannya untuk mengelompokan pola mengajar dan belajar yaitu klasikal, mandiri, dan interaksi guru-peserta didik atau pengajaran kelompok.

 

Oleh karena itu Tantangan Dunia Pendidikan Di Era Revolusi Industri 4.0 penting kita ketahui dan perhatikan agar dapat dihadapi untuk menghasilkan pendidikan yang berkualitas dan bermutu dimasa yang akan datang. Menurut Baygin, dkk (2016) revolusi industri 4.0 dapat didefinisikan sebagai "pabrik pintar", Internet of Things.Industri  4.0,  muncul  di bawah  kepemimpinan  Jerman,dan  merupakan  istilah  yang  pertama  kali digunakan pada 2011. Andrey (dalamHarususilo, 2018) mengatakan perkembangan teknologi dan informasi suatu keharusan dan setiap  pengguna  harus  mengikutinya  sebagai  pendekatan  dalam  generasi human  digitalyaitu menitik beratkan pada pendekatan yang berbasis keahlian digitalsehingga diperlukan kompetensi yang  dipersiapkan  era  industri  4.0  diantaranyakemampuan  memecahkan  masalah, adaptasi, kolaborasi, kepemimpinan, dan kreatifitas serta inovasi. Menurut Lase (2019), berbagai aspek kehidupan masyarakat mengalami perubahan sebagai dampak dari revolusi Industri 4.0termasuk sistem pendidikan. Hal ini merupakan konsekuensi logis agarsumber daya manusia yangmerupakanlulusandariberbagai institusi pendidikan mampu untuk bersaing   dan   berkontribusi   secara   global. Oleh   karenanya,   pengembangan kurikulum perlumengelaborasi kemampuan peserta didik padaranahakademik, kecakapan dan kemampuan hidup bersama serta kemampuan untuk bisa berfikir kritis dan kreatif.

 

Terkait dengan hal tersebut, maka guru juga harus memiliki kompetensi pendidikan, keahlian komersialisasi teknologi, kapabilitas globalisasi, keahlian strategi masa depan, dan kompetensi konselor. Disamping itu, guru juga harus memiliki kreativitas, mampu berkolaborasi, berani mengambil resiko, cepat dan tepat mengambil keputusan, bisa mengajar secara utuh, memiliki keterampilan dan kemahiran berteknologi, karena era revolusi industri 4.0 merupakan era digital, yang mana penerapannya adalah mengkolaborasikan teknologi cyber dengan otomatisasi. Davis (World Economic Forum, 2016) mengartikan industri 4.0 ini sebagaicyber[1]physical systems yang berarti teknologi bukan lagi menjadi 'alat' melainkan tertanam pada kehidupan masyarakat. Artificial Intelligence, nanotechnology, biotechnology, autonomus vehicles,dan 3D printing merupakan contoh semakin luasnya perkembangan teknologi saat ini.

 

Disamping banyaknya manfaat, tentunya juga banyak dampak dan tantangan yang harus dihadapi dari timbulnya Revolusi Industri 4.0 ini. Tantangan pada dunia pendidikan dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0 adalah penanaman pendidikan yang perlu dikembangkan. Menurut Guilford (1985) penerapan dari pendidikan nilai yang dikembangkan adalah: 1) Anak dididik dan dilatih dengan cara bekerja sambil belajar. Kecerdasan berfikir anak dikembangkan dengan seluas-luasnya; 2) Memupuk kepribadian anak dengan kepribadian Indonesia sehingga menjadi pribadi yang dinamis, percaya diri, berani, bertanggung jawab dan mandiri; 3) Pelajaran tidak hanya diberikan pada jam pelajaran saja, tetapi juga dalam setiap kesempatan di luar jam sekolah dan 4) Contoh perbuatan baik diterapkan karena lebih berhasil dalam membina watak yang baik.[6] Hal inilah yang membedakan manusia dengan mesin/robot di era globalisasi revolusi industri 4.0. Kirschenbaum (1992) menyatakan bahwa pendidikan nilai pada dasarnya lebih ditujukan untuk memperbaiki moral bangsa.[7] Pendidikan nilai mengajarkan generasi muda tentang value dan moral yang seharusnya dimiliki. Pendidikan nilai ditujukan untuk mencegah antara lain meningkatnya kasus kejahatan, degradasi moral dan penggunaan obat-obatan terlarang oleh generasi muda. Melalui pembelajaran berbasis nilai diharapkan siswa dapat menentukan nilai baik dan buruk dalam kehidupan sehingga dapat memilih nilai yang baik untuk peningkatan kualitas hidupnya di dalam masyarakat. Dan dapat menyeimbangi perkembangan yang semakin maju dan canggih dengan baik dan bijak. Tapi kenyataannya, semakin berkembang dan maju arus teknologi para siswa semakin terjerumus dan terlena dengan adanya fasilitas yang mumpuni ini. Peranan guru sangat penting dan berperan pada masalah ini, maka dari itu untuk meningkatkan keberhasilan program pendidikan moral, maka upaya pendidikan tersebut haruslah dilakukan dalam lingkungan sekolah. Berikut Nilai-nilai yang mulai tergerus akibat transformasi industri 4.0: 

 

  • Nilai Kultural. Nilai kultural adalah nilai yang berhubungan dengan budaya, karakteristik lingkungan sosial dan masyarakat (Djhiri, 2002). Pendidikan dap menolong siswa untuk melihat nilai-nilai kultural sosial secara sistematis dengan cara mengembangkan keseimbangan yang sehat antara sikap terbuka (openness) dan tidak mudah percaya (skepticism).
  • Nilai Yuridis Formal Nilai Yuridis formal adalah nilai yang berkaitan dengan aspek politik, hukum dan ideologi (Djahiri, 2002). Nilai sosial politik suatu bahan ajar merupakan kandungan nilai yang dapat memberikan petunjuk kepada manusia untuk bersikap dan berperilaku sosial yang baik ataupun berpolitik yang baik dalam kehidupannya.
  • Nilai Religius Mempertahankan nilai-nilai tersebut merupakan tantangan terberat dalam menghadapi revolusi industri
  • Perkembagan jaman menuntut manusia lebih kreatif karena pada dasarnya jaman tidak bisa dilawan. Revolusi industri 4 banyak menggunakan jasaa mesin dibandingkan manusia. Tetapi ada hal penting yang membedakan mesin dengan manusia yaitu dari segi nilai kemanusiaan yang tidak dimiliki oleh mesin. Penanaman nilai inilah yang perlu diperkuat untuk mengangkat harkat dan martabat bangsa khususnya di dunia pendidiaka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun