Masyarakat di daerah tersebut mayoritas Islam. Tetapi lagi-lagi warga di perumahan ini memiliki sisi toleransi yang amat sangat tinggi. Bahkan memberi akomodasi berupa ikut bersuasana hening apabila keluarga tersebut sedang melakukan doa bersama.
Saat memasuki Perumahan ini jika beruntung, kita dapat bertemu dengan beberapa anjing yang diajak jalan sore oleh pemiliknya. Mengapa dikatakan jika beruntung? Hal tersebut karena para pemilik anjing juga paham pasti bahwa anjing adalah hewan yang keberadaannya haram didekat Kaum Muslim.
Sebagai bentuk menghormati, para pemilik anjing akan memilih waktu yang sepi dan juga memilih rute yang jarang dilewati oleh masyarakat mayoritas Muslim. Kaum Muslim pun menghormati para pemilik anjing, dengan tidak melarang mereka memilih anjing sebagai hewan peliharaan mereka.
Dari peristiwa-peristiwa diatas dapat dilihat bahwa penduduk perumahan Klipang memiliki tingkat kepedulian dan toleransi yang tinggi. Masyarakat plural yang ada di perumahan ini didasarkan oleh perbedaan agama yang ada. Tidak hanya itu, perbedaan agama yang ada pun sangat jauh perbedaannya.
Dari beberapa blok yang dikunjungi hanya ada satu umat Hindu. Tetapi karena sisi mayoritas melakukan penyesuaian akomodasi bagi kaum minoritas yang ada, menjadikan perumahan ini tentram dan damai.
Multikulturalisme dengan model akomodatif sangat terasa di perumahan ini. Karena masyarakat dominan memberikan akomodasi berupa kebebasan untuk beribadah sesuai dengan kepercayaannya masing-masing tanpa adanya perpecahan.
Selain itu bentuk akomodasi yang diberikan juga berupa membebaskan umat Hindu mendirikan Pura sederhana di kawasan dengan masyarakat mayoritas Islam. Masyarakat Islam yang ada di perumahan ini juga tidak melarang kaum Nasrani untuk memelihara Anjing. Ini lah yang harus dilestarikan, karena hal ini menimbulkan kesatuan yang menyebabkan perumahan ini menjadi damai.