Mohon tunggu...
Hamdani
Hamdani Mohon Tunggu... Konsultan - Sang Musafir - Mencari Tempat untuk Selalu Belajar dan Mengabdi

Kilometer Nol

Selanjutnya

Tutup

Segar Pilihan

Ibadah Puasa Butuh Kekuatan Fisik dan Kesabaran

6 Mei 2019   14:12 Diperbarui: 6 Mei 2019   14:19 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto ilustrasi | inilah.com

Hari pertama ramadan 1440 H sedang dijalani oleh seluruh ummat Islam dimanapun saat ini berada, terutama umat muslim yang ada di Indonesia dan Asia Tenggara, tepatnya hari ini, Senin, 6/5/2019.

Bagi ummat Islam ibadah puasa merupakan sebuah kewajiban yang tidak boleh ditinggalkan oleh mereka yang telah memenuhi syarat menurut ajaran agama, baik laki-laki maupun perempuan. Bahkan puasa termasuk dalam salah satu rukun Islam.

Menurut syara' arti puasa dapat bermakna sebagai perbuatan menahan diri dari makan, minum, dan segala hal yang dapat membatalkan puasa sejak terbit sampai terbenamnya matahari berdasarkan hukum-hukum yang berlaku padanya.

Karena puasa melarang orang makan dan minum sehingga memberi efek pada kekuatan tubuh, stamina, dan daya tahan fisik orang yang berpuasa tersebut. Oleh karena itu banyak orang yang berpuasa menjadi lemah secara fisik.

Memang benar, ketika tubuh tidak diberikan makanan dan minum maka secara fisik daya tahan menjadi menurun. Diantara penurunan yang dirasakan adalah kurang bertenaga, tidak memiliki kekuatan, dan merasa sangat lemah.

Apalagi jika melaksanakan puasa hingga hampir 18-20 jam sebagaimana di negara-negara matahari terbenam seperti Maroko, Tunisia, dan beberapa negara afrika lainnya. Tentu secara phisik sangat melelahkan dan membuat kehilangan stamina.

Bahkan di sebagaian eropa pun ada ummat Islam yang berpuasa hingga 17 jam. Nah coba bayangkan apabila kita tidak kuat secara fisik, maka mustahil puasa tersebut mampu dikerjakan dengan baik dan sempurna.

Tetapi tahukah kita mengapa kita berpuasa? Padahal untuk menjalani ibadah suci tersebut seseorang hanya disunnatkan makan sahur (sarapan sebelum waktu subuh). Setelah sahur dan minum secukupnya lalu ia menahan diri dari apapun yang dapat membatalkan puasanya tanpa ada pilihan lain.

Nah ternyata yang bikin seseorang kuat menjalani ibadah puasa adalah karena panggilan iman. Panggilan iman itulah yang mendorong seseorang melahirkan sebuah kekuatan yang luar biasa meskipun secara fisik mereka lemah akibat tidak makan dan minum.

Beruntung muslim di Indonesia sebab lamanya waktu berpuasa tidak sampai 18-20 jam sehari. Paling lama waktu berpuasa di Indonesia adalah 14 jam. Walaupun demikian masih banyak juga orang yang meninggalkan puasa karena tidak sanggup secara fisik (katanya).

Ibadah puasa jika ditinjau dari segi pelaksanaan ritualitasnya tidak jauh berbeda dengan ibadah haji, dalam arti kegiatan ibadahnya sangat membutuhkan kekuatan fisik atau berhubungan dengan daya tahan tubuh.

Jika ibadah haji hampir 80 persen perbuatan pelaksanaan rukunnya dilakukan dalam bentuk tindakan fisik misalnya sa'i, wukuf, lempar jumrah, dan lainnya.

Sedangkan pada ibadah puasa juga ritual ibadah yang dilakukan lebih banyak secara fisik seperti tidak makan dan minum, shalat terawih di malam hari, tidak boleh berhubungan suami-isteri, menahan diri dari perbuatan-perbuatan bathil, dan lain sebagainya.

Jadi ummat muslim yang ingin agar puasanya dapat berjalan lancar dan sempurna, maka langkah pertama yang harus ia siapkan adalah memiliki tubuh yang sehat. Sehingga dengan fisik yang sehat akan melahirkan kekuatan fisik dan daya tahan tubuh yang optimal.

Oleh sebab itu pula sehingga ibadah puasa tidak diwajibkan bagi mereka yang sedang sakit, ibu hamil, anak-anak yang belum baligh, orang gila, dan orang yang sedang dalam perjalanan jauh (musafir). Alasannya adalah karena soal kesehatan fisik termasuk juga jiwa.

Walaupun secara fisik orang yang berpuasa itu dikira lemah ternyata secara jiwa justru kuat. Hal ini pernah dibuktikan ketika pada zaman Rasullullah Saw pernah terjadi peperangan, yang jumlah kekuatan personil sangat tidak berimbang, dan waktu itu sedang ummat Islam sedang berpuasa.

Apabila dilihat dari sudut pandang kekuatan fisik niscaya ummat Islam waktu itu pasti kalah karena secara fisik lemah. Namun apa yang terjadi? Peperangan tersebut dimenangkan oleh kaum muslimin. Jadi rahasia kekuatan fisik ternyata terletak pada kekuatan jiwa.

Jika secara kejiwaan lemah maka akan membuat fisiknya juga melemah, sebaliknya apabila secara kejiwaannya kuat maka meskipun tubuhnya tidak diberi makan dan minum namun ia memiliki kekuatan.

Kekuatan jiwa orang-orang berpuasa adalah terletak pada panggilan keimanan mereka, semakin kuat dan teguh imannnya, semakin kuat ia mampu menjalani ibadah puasa walaupun dengan waktu yang lama dan dengan cuaca yang cukup panas.

Begitu pula kebalikannya walaupun mereka berada diruang ber-AC dan sahur dengan makanan yang sangat lezat, namun apabila bukan karena panggilan iman maka kondisi jiwanya lemah. Inilah yang membuat ia tidak mampu bersabar untuk menahan diri dari godaan membatalkan puasanya.

Jadi antara puasa, kekuatan fisik, dan kesabaran memiliki keterkaitan yang sangat erat. Kekuatan fisik dilahirkan dari panggilan iman sebagai kekuatan utama kejiwaan, bila ditambah lagi dengan kesabaran tinggi maka melahirkan ibadah puasa yang sempurna.

Model puasa yang demikian itulah yang suskes mencetak orang-orang yang bertakwa. Mereka-mereka itulah alumni ramadan yang memiliki rasa sabar yang tidak pernah ada batasnya. Alumni ramadan yang tidak gampang emosi dan marah-marah tanpa sebab. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun