Mohon tunggu...
Hamdani
Hamdani Mohon Tunggu... Konsultan - Sang Musafir - Mencari Tempat untuk Selalu Belajar dan Mengabdi

Kilometer Nol

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menyelamatkan Indonesia, Pentingnya Pendidikan Anti Korupsi dalam Keluarga

16 Desember 2018   07:00 Diperbarui: 17 Desember 2018   18:06 2387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Pixabay)

Korupsi itu ibarat kanker yang bisa menggerogoti kesehatan seseorang. Pada stadium awal kanker sering tidak begitu tampak bahayanya. Karena penderita masih terlihat kuat dan segar.

 Tapi pada stadium lanjut, kanker semakin liar dan ganas. Sehingga penderita penyakit mematikan itu semakin lemah dan kehilangan daya tahan tubuh.

Jika sudah pada kondisi seperti ini, maka si penderita hanya mampu bertahan dalam jangka waktu yang tidak lama, lalu meninggal. Meskipun nyawa di tangan Tuhan namun penderita kanker sangat sedikit yang selamat dan berhasil recovery dari penyakitnya.

Oleh sebab itu salah satu cara agar seseorang selamat dari serangan virus kanker adalah dengan memeriksa diri sejak dini. Tujuannya untuk memastikan apakah penyakit tersebut ada atau tidak. Cara lainnya agar terhindar dari kanker yaitu dengan menjaga kesehatan dan pola hidup sehat.

Langkah preventif (pencegahan) biasanya lebih ampuh daripada pengobatan. Banyak dokter yang menyarankan kepada banyak orang agar senantiasa melakukan pencegahan agar tidak terserang penyakit kanker tersebut. 

Katanya jika sudah kena, maka sangat sulit disembuhkan. Dalam banyak kasus penderita kanker hampir 80 persennya menghembuskan nafas terakhir diruang kemo rumah sakit.

Begitulah kira-kira ilustrasi dari analogi betapa bahayanya korupsi yang identik dengan bahayanya kanker. Pada fase awal korupsi sering tidak terdeteksi dan kurang dihiraukan untuk dicegah. Bahkan semacam ada sikap pembiaran.

Istilah yang digunakan dalam melakukan korupsi pun bermacam-macam. Mungkin kita pernah mendengar istilah "apel" Washington, Apel Malang, atau mahar pengantin, atau berbagai kata sandi lainnya yang dipakai untuk menyamarkan perbuatan immoral tersebut.

Bahkan tidak sedikit yang mencoba menghalalkan praktik korupsi tersebut dengan istilah uang terima kasih, uang kopi, uang bensin, dan berbagai sebutan yang kelihatannya sangat baik. 

Padahal secara prinsip baik uang kopi, uang bensin, dan uang terima kasih diberikan untuk memuluskan akal bulus atau satu praktik curang.

Lalu bagaimana jika uang tersebut diberikan dengan ikhlas karena seseorang telah banyak membantu? Jika pertanyaannya seperti ini, maka kita harus lihat konteksnya terlebih dahulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun