Pihak yang sedang berkuasa, tentu diuntungkan karena posisinya sebagai operator dan regulator, sekaligus pengambil kebijakan. Dengan itu mereka secara leluasa memainkan peran untuk kepentingan politik kelompoknya.
Diakui atau tidak, petahana selalu diuntungkan dalam semua aspek. Ia segalanya, punya anggaran yang dapat dikemas menjadi "kado" istimewa bagi rakyat yang memang membutuhkan perubahan hidup mereka.
Dengan politik anggaran itu pula kelompok petahana menyusun langkah-langkah untuk meraih suara rakyat. Maka tak heran muncullah program-program populis yang dinanti-nantikan masyarakat, yang seoalah-olah merupakan " hadiah" kandidat.
Begitu juga sebaliknya kelompok opisisi, mereka minim logistik, sedikit pengaruh, dan kurang memiliki infrastruktur. Modal opisisi adalah bagaimana mengkritik habis-habisan kinerja petanaha. Jika dapat, kinerja yang baik pun harus diputar menjadi terlihat buruk di mata publik. Sehingga kubu ini mencari-cari argumentasi yang tepat untuk "menampar" lawan.
Memang sangat menarik jika perang strategi semacam ini dilakukan. Terlepas setuju atau tidak, bagi saya cara-cara yang dilancarkan oleh kedua kubu yang bertarung sangat buruk dan tidak dewasa dalam berpolitik. Ada kubu yang pura-pura polos tanpa dosa melancarkan aksi politiknya. Bak pahlawan ia menjual dirinya ke publik.Â
Narasi yang bangun pun mencerminkan seperti malaikat tanpa sayap yang bisa terbang kemana-mana. Hanya mereka saja yang paling benar, sedang kubu lawan semua munafik, penjahat, dan berbagai label negatif lainnya yang coba mereka sematkan.
Kesimpulan dari catatan saya ini adalah, praktik politik yang dilakukan oleh kedua kubu, menurut saya masih memperlihatkan tampang kekanak-kanakan. Mereka masih berkutat pada saling menjelekkan satu sama lain, saling mengadu, sedikit-sedikit lapor polisi, kata-kata yang kerap digunakan pun tidak berkelas, seperti sontoloyo, ndeso, tampang Boyolali, kecebong, kampret, dan diksi-diksi buruk lain yang jarang digunakan dalam masyarakat yang memiliki peradaban ilmu pengetahuan yang baik.(*)