Mohon tunggu...
Candra Permadi
Candra Permadi Mohon Tunggu... Penerjemah - r/n

r/n

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Steve Nash: Cedera dan Mentor Tanpa Cincin Juara

12 Agustus 2016   14:01 Diperbarui: 13 Agustus 2016   07:59 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Amar'e Stoudemire (32), Steve Nash (13), Shawn Marion (31) dan Leandro Barbosa (10) < http://www4.pictures.gi.zimbio.com/>

Kita bisa lihat. Mereka tidak muncul dalam tabel. Masuk final pun baru dua kali, musim 1975-1976 dan 1992-1993. Charles Barkley memimpin perolehan angka di final  1992-1993. Kevin Johnson menyusul di belakang.

Tim memang dikenal dalam dua hal. Permainan atraktif dan staf kebugarannya. Point guard bukan cuma dikenal lewat umpan matang tapi juga poinnya. Jeff Hornachek yang memulai,  dilanjutkan oleh Kevin Johnson, Steve Nash, Jason Kidd, Stephon Marbury, Steve Nash, Goran Dragic, Eric Bledsoe dan Devin Booker.  

Bikin Ndiri: Silakan lho kalok ada yang mau nambahi, ngoreksi, ngasih pastel apa bolkus juga gapapa
Bikin Ndiri: Silakan lho kalok ada yang mau nambahi, ngoreksi, ngasih pastel apa bolkus juga gapapa
Set nape keteangannye malah gede pisan kliatannya
Set nape keteangannye malah gede pisan kliatannya
Coba deh tengok menit 6:02 Kita tahu bagaimana Nash bermain, begitu juga Steve Blake (5) dan Ron Artest (15). Melihat mismatch, Nash akan cenderung mengumpan pada Marcin Gortat (4). Gortat seharusnya dijaga pemain sepantaran, setidaknya bukan Steve Blake. Begitu pikir Ron Artest. Artest pun meninggalkan posnya demi Gortat.  

Steve Nash ternyata sama jelinya dengan kita. Rasanya kita tahu akan mengumpan ke mana. Lanjutannya masih perlu diceritain?

Steve Nash bahkan sempat membawa Phoenix jadi tim tersubur pada periode keduanya (2004-2010). Gaya mereka enak dilihat. Permainan makin menarik justru ketika Steve Nash terjaga. Bukan cuma dua kadang tiga pemain. Umpannya bisa tetiba selonong lewat sela. Itulah mengapa mereka selalu diunggulkan waktu itu.


Sumber video: AL'S HIGHLIGHTS WORLD

Rasanya nggak perlu tapi cerita masih tersisa, dari video yang sama, detik yang sama malah. Bola meluncur ke jaring pada detik ke-17. Begitulah cara Phoenix bermain. Bola dilepaskan ke jaring sebelum pertahanan terbentuk sempurna. seven seconds or less kata pelatih Mike D’antoni (2003-2008).  

Para pemain diminta bermain sederhana. Tanpa banyak teori. Memasukan bola kurang dari tujuh detik, lewat umpan dan screen and roll. Bola sudah masuk jaring bahkan sebelum pertahanan lawan terbentuk sempurna. Klo modelnya gitu, pemaen kayak Kobe Bryant pun bakal dianggep gak jago bertahan,  Bukan kata saya, apalagi tetangga saya, tapi Mike D'antoni dalam buku  07 Seconds or Less: My Season on the Bench with the Runnin' and Gunnin' Phoenix Suns, 


"when we're changing ends on the fly. They have no answer for it. Kwame is awful. Odom's a very average defender. Vujacic [backuppoint guard Sasha Vujacic] can't guard anybody. And Bryant in the open floor takes chances that aren't good. Let's go get 'em."

 Nggak mesti kurang dari tujuh detik sih. Eksekusinya bisa lebih dari itu. Kadang butuh waktu tiga belas detik seperti pada set play antara Steve Nash (13), Boris Diaw (3) dan Shawn Marion (31).  


Sumber video: rache11

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun