Mohon tunggu...
Candra Permadi
Candra Permadi Mohon Tunggu... Penerjemah - r/n

r/n

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Proses Denver Nuggets Menemukan Identitasnya Sendiri

10 November 2021   08:02 Diperbarui: 17 November 2021   23:03 579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
twitter resmi nuggets

Denver Nuggets memang tidak punya tradisi prestasi sekaligus gaya permainan menarik yang membedakan dengan tim-tim lain di NBA. 

Mereka memang sempat mencapai final wilayah Barat pada pada tahun 1985 dengan mengandalkan akurasi tembakan Alex  English yang kerap mencetak 40 poin per pertandingan, berhadapan satu lawan satu dengan pemain lawan.

Channel: Lamarmatic

Kalaupun ada skema permainan yang lebih menarik, English bisa memberi umpan pada pemain yang bergerak membelakangi dirinya agar bisa melepaskan tembakan tanpa kawalan.

Gaya permainan Nuggets di era terbaik mereka berikutnya malah lebih parah. Saat mencapai semifinal wilayah barat tahun 2009 bersama pelatih George Karl, mereka sekedar mengandalkan akurasi tembakan serta penetrasi small forward Carmelo Anthony yang memang bagus.

Padahal di sekitar Anthony, pemain lain punya posisi lebih bebas. Itulah kelebihan sekaligus kekurangan Anthony sampai detik ini, di mana pun ia bermain. Padahal kala itu, Nuggets juga diperkuat point guard Chauncey Billups, yang sempat membawa Detroit Pistons menjadi juara NBA tahun 2003.


Kalaupun ingin variasi keren, kita bisa melihat aksi Nene mendribel bola membelakangi center lawan begitu menerima operan Billups, dan begitu ada kesempatan Nene bergerak memutar melewati hadangan center sembari membelakangi bola.

Channel: Gearmast3r

Melihat permainan center gesit jaman dulu emang asik. Mereka kudu punya timing yang tepat berbalik badan sebelum memasukkan bola.

Sebagai kaum milenial (abal-abal), saya justru lebih suka permainan  Nuggets era Andre Iguodala  atau akrab dipanggil Iggy (2012-2013) meski dari segi prestasi meski prestasi tidak segemerlap tim Nuggets terdahulu. 

Bermain hanya satu musim sebelum dipinang Golden State Warriors, Iguodala mampu memainkan permainan cepat, terutama dari serangan balik, lantaran begitu berhasil mengeblok atau menyerobot bola dari dribel pemain lawan.

Ia bisa langsung mengoperkan bola pada point guard mungil Ty Lawson, atau forward jangkung kreatif Cory Brewer, yang bisa langsung mengumpan pada penembak jitu Dario Gallinari dan Evan Fournier, atau center mungil lincah Keneth Faried, atau JaVale Mcgee yang kita tahu bermainnya seperti apa.

Permainan memikat Nuggets tersebut mengantarkan Karl menjadi pelatih terbaik musim tersebut. Sayang beliau harus mundur setelah kalah di putaran pertama dari Golden State Warriors asuhan Mark Jackson di putaran pertama.

Channel Mixmaker

Selepas Iggy dan Brewer tidak lagi bermain untuk Nuggets, meski komposisi pemain lain masih sama, mereka kehilangan daya ledak dan kreativitas yang menyebabkan peringkat mereka melorot di luar sepuluh besar tiga musim beruntun,  yang diperparah dengan cederanya Gallinari.

Sambil tetap mempertahankan beberapa pemain kunci Ty Lawson, Nuggets memanfaatkan keuntungan berada di papan bawah dengan berusaha mengumpulan pemain muda di lima posisi  lewat draft yang rata-rata baru dimainkan di tim utama di tahun kedua mereka bermain di NBA.

Sebut saja point guard Emanuel Mudiay (2015), point/shooting guard Jamal Muray (2016), shooting guard/small forward jago defense Garry Harris (2014), power forward bertipe lambat yang jago mengumpan, menembak, dan menyelesaikan serangan di posisi sulit Nikola Jokic (2014), serta center besar, lambat, namun kuat dan jago bertahan Jusuf Nurkic.

Di bangku cadangan, mereka juga mendatangkan Malik Beasley (2016) dan Monte Morris (2017), atau Markus Howard  yang sama-sama punya keseimbangan tubuh  dan akurasi tembakan yang bagus saat melakukan jumphot, serta forward rookie yang lumayan jago tembak Juancho Hernangomez (2016).

Meski terkesan sudah memiliki tim utuh berintikan pemain muda, perjalanan mereka tidak sepenuhnya mulus. 

Pada musim 2016-2017, mereka bahkan harus memulai musim dengan 16 kekalahan dari 26 pertandingan (yang seharusnya dinilai wajar untuk tim muda NBA, tetapi tidak menjanjikan untuk tim yang mayoritas tim mudanya sudah bermain lebih dari dua musim di NBA).

Tidak heran, saat bermain melawan Portland Trail Blazers, Mike Malone mengambil keputusan sulit dengan mencadangkan Nurkic dan memainkan Jokic dari menit pertama. 

Secara teori keduanya memang bisa bermain bersama di satu lapangan karena mereka bisa bermain saling melengkapi sebagi power forward dan center. Sayang ketika keduanya dimainkan bersamaan tempo permainan cenderung melambat.

Tidak heran di atas lapangan, Jokic lebih sering bermain sebagai pelapis Nurkic karena gaya bermain Jokic termasuk langka saat itu. Kala itu jarang ada power forward yang bukan hanya jago memberi umpan pada pemain di sekelling mereka, tetapi juga memberi umpan matang dari celah sempit termasuk dari belakang kepala

Channel:NBA

Beruntung keputusan Malone terbilang tepat karena Jokic turut membawa Nuggets menang saat itu.

Selepas lebih sering memainkan Jokic dari menit pertama, skema permainan sekaligus pemain yang didatangkan Nuggets menjadi lebih jelas (dan sekaligus bisa nyetel permainan Nuggets) karena pemain yang didatangkan biasanya mampu bergerak bebas dengan atau tanpa bola.

Terlebih dengan permainan yang mobile, pertahanan Nuggets jadi solid karena pemain mana pun yang dipasang siap mengikuti kemana pun pemain lawan bergerak, termasuk yang tidak sedang memegang bola.

Channel NF

Tidak heran pemain seperti Mudiay (yang kurang agresif), Harris (yang penampilannya menurun karena rentan cedera), atau Nurkic mulai dilepas satu per satu karena tidak bisa memaksimalkan potensi Jokic sebagai playmaker bertempo lambat.

Sayang, ditukarnya Jusuf Nurkic dengan center lincah  Portland Trail Blazer Mason Plumlee musim 2016-2017 justru menggagalkan peluang Nuggets ke babak playoff pada musim tersebut karena Nurkic turut membantu Portland memenangi pertandingan atas Nuggets jelang akhir kompetisi babak reguler, sekaligus memastikan Portland unggul satu kemenangan lebih banyak dari Nuggets di akhir babak reguler.

Kegagalan Nuggets melaju ke babak playoff juga turut dipengaruhi kegagalan Nuggets memenangi laga tandang. Nuggets amat kuat di kandang karena markas mereka, Ball Arena, terletak di wilayah yang tinggi di mana para pemain tim lawan perlu banyak minum agar tidak mudah dehidrasi.

Musim berikutnya, mereka masih tetap berjuang merebut posisi delapan wilayah hingga akhir pertandingan babak reguler. 

Bedanya kali ini mereka harus bertemu Minnesota Timberwolves yang berbagi jumlah kemenangan yang sama dengan Nuggets. Artinya siapa pun yang memenangi pertandingan tersebut dipastikan lolos ke babak playoff.

Sangat disayangkan, Nuggets harus mengakui keunggulan Timberwolves dengan skor 106-112 di babak perpanjangan waktu, meski Jokic berhasil mengemas 35 poin di pertandingan yang dilaksanakan di Target Center, Minnesota.

Nuggets mulai tampil lebih konsisten musim berikutnya dengan mendatangkan forward jago rebound dan lumayan tembak Jerami Grant serta rookie mereka Michael Porter Jr atau biasa disebut MPJ (2018) yang sengaja mereka simpan satu musim demi memulihkan cedera sekaligus mematangkan skill sebagai forward tanpa dribel jago rebound dan menembak tiga angka seperti Klay Thompson.

Dengan hadirnya pemain yang lebih kokoh, Nuggets akhirnya lolos ke semifinal NBA tahun 2020, dengan mengalahkan Utah Jazz dan Los Angeles Clippers di game ketujuh setelah keduanya unggul 3-1 lebih dulu.

Channel: Smart Highlight

Sayang, perjuangan epik  mereka tidak bisa diulang di babak semifinal setelah finishing luwes Jokic di bawah jaring dijinakkan para raksasa Los Angeles Lakers terutama center Dwight Howard.

Untuk mengatasi kelemahan Nuggets yang sering kewalahan menghadapi tim-tim yang memasang lebih dari dua pemain jangkung  atau diperkuat para center raksasa kokoh dengan berat badan mendekati atau melampaui 120 kg seperti Dwight Howard (Lakers), Steven Adams (Memphis Grizzlies), dan Rudy Gobert (Utah Jazz)  atau defender mungil serbabisa Draymond Green (Golden State Warriors).

Musim lalu, mereka mendatangkan forward bertubuh jenjang dan tangkas dari Orlando Magic Aaron Gordon serta playmaker mungil berpengalaman yang pernah membawa tim Real Madrid menjuarai Eurolegue Facundo Campazzo untuk meringankan beban Jokic sebagai playmaker murni Nuggets.

statistik pemain
statistik pemain

Campazzo bahkan tampil menawan saat mengisi peran Jamal Murray yang cedera ACL di akhir-akhir babak reguler musim lalu.

Bersama point guard Austin Rivers yang didatangkan begitu Murray cedera, Campazzo berhasil memimpin Nuggets memenangi 13 dari 18 pertandingan babak reguler terhitung sejak Murray cedera.

Sayang, meski punya insting bertahan yang bagus, postur mungil dan akurasi tembakan Campazzo yang tidak terlalu bagus dieksploitasi Phoenix Suns yang menggulung mereka 4-0 tanpa babak di putaran kedua babak playoff musim lalu

Musim ini, untuk memperdalam komposisi forward, Nuggets mendatangkan Jeff Green, yang kala bermain bersama Jamychal Green bersama di Memphis Grizzlies dikenal sebagai petarung yang jago menembak tiga angka. 

Terlebih, Jeff juga bisa dimainkan sebagai center darurat, menggantikan posisi Javale Mcgee yang musim lalu nyaris tidak dimainkan bersama Jokic di satu lapangan karena kurang bertenaga dan tidak terlalu efektif bermain di area tiga angka.


Meski punya pengalaman segudang sebagai pemain, Green diproyeksikan lebih banyak bermain di bangku cadangan karena komposisi pemain utama mereka cukup solid yaitu Morris/Murray (selama Murray belum pulih dari cedera) di posisi point/shooting guard.

Will Barton di posisi shooting guard/small forward, MPJ di posisi small/power forward, Aaron Gordon di posisi small/power forward serta Jokic di posisi power forward atau center.


Channel: Denver Nuggets

Dengan komposisi pemain yang sudah matang, mereka memainkan skema permainan seperti musim-musim sebelumnya yaitu mengandalkan umpan Jokic kepada pemain yang mampu bergerak lincah dengan atau tanpa bola.

Agar permainan lebih bervariasi, alur serangan bisa dirancang oleh Murray, Barton, Morris, Howard, petarung tangguh PJ Dozier, Campazzo, atau bahkan rookie Nahson Highland yang diberi julukan bones atau tulang bukan tanpa sebab.

Hyland yang bertubuh tinggi cungkring memang belum terlalu nyaman ketika melepaskan tembakan dan berduel dengan para pemain berpengalaman NBA, hanya saja dengan ketangkasan dan kepercayaan dirinya.

Cepat atau lambat ia akan mendapat menit bermain yang cukup dari pelatih Mike Malone, yang dikenal amat percaya pada pemain muda, termasuk pada Monte Morris yang nyaris tidak dikenal di musim pertamanya namun perlahan tapi pasti kerap mengisi peran Barton yang rentan cedera.

Meski punya komposisi mendalam di posisi point guard, penampilan Nuggets musim ini sedikit banyak bergantung pada pulihnya Jamal Murray yang memang dikenal sebagai point guard produktif karena bisa menciptakan peluang sendiri lewat tembakan tiga angka dan finishing di bawah jaring yang makin lama makin membaik.

Sayang belakangan tim-tim NBA cenderung tidak memberitahukan kapan para bintang mereka pulih dari cedera, termasuk bintang Clippers Kawhi Leonard, padahal cedera ACL diketahui dapat pulih antara sembilan bulan sampai satu tahun (yang praktis bisa menutup peluang Murray bermain musim ini) entah karena alasan apa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun