Mohon tunggu...
Candra Wijaya
Candra Wijaya Mohon Tunggu... Lainnya - #Dirumahaja

Status mahasiswa ekonomi pembangunan;

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kebijakan Moneter dan Defisit Neraca Pembayaran yang Kontinu

13 Mei 2020   23:15 Diperbarui: 14 Mei 2020   02:06 1981
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: woldbank.org | Grafik 1. Data Necara Pembayaran Nigeria Periode 1977 -- 2018

Neraca pembayaran atau Balance of Payment (BOP) merupakan seluruh transaksi ekonomi yang dilakukan antara penduduk suatu negara dengan negara lainnya dalam periode waktu tertentu, biasanya satu tahun. Keseimbangan neraca pembayaran merupakan kondisi dimana arus masuk sama dengan arus keluar. Secara sederhana, keseimbangan diartikan tidak ada surplus atau kredit. Surplus berarti pendapatan yang diterima lebih besar daripada pengeluaran, sedangkan defisit sebaliknya.

Keseimbangan neraca pembayaran merupakan salah satu tujuan yang ingin dicapai suatu negara. Keseimbangan ini akan tercapai apabila devisa yang masuk ke suatu negara sama dengan devisa yang kelua. Bank sentral dan pemerintah bahu-membahu menjaga stabilitas negara pembayaran. Dimana risiko defisit neraca pembayaran  sering menghantui negara miskin. Sebab defisit terjadi tidak hanya satu tahun atau sua tahun saja, namun bisa dalam rentang waktu yang cukup panjang.

Ketidakstabilan neraca pembayaran berpengaruh pada perekonomian suatu negara. Negara yang mengalami surplus akan meningkatkan permintaan impor, untuk negara yang mengalami defisit sebaliknya. Ketidakseimbangan BOP merupakan akibat dari ketidakseimbangan antara penawaran uang dan permintaan uang.

Apabila suatu negara memiliki kelebihan uang maka akan mendorong impor, hal ini akan mengurangi jumlah uang yang beredar. Negara yang mengalami surplus akan meningkatkan impor sedangkan negara yang mengalami defisit akan meningkatkan ekspor. Secara tidak langsung ketidakseimbangan BOP dapat kembali seimbang tanpa adanya campur tangan pemerintah, dalam hal ini teori klasik berlaku.

Namun dilain pihak, negara yang mengalami defisit neraca pembayaran memiliki permasalah yang cukup berarti. Dampak defisit neraca pembayaran secara langsung menurunkan pendapatan nasional.

Selanjutnya akan terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi. Beberapa peneliti juga menyebutkan bahwa juga berpengaruh terhadap peningkatan pengangguran suatu negara.


Akibatnya pendapatan per kapita masyarakat juga ikut menurun dan secara langsung akan menurunkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Sehingga defisit neraca pembayaran memiliki efek multiplier yang negatif.

Yang menjadi pertanyaan utama adalah apa yang akan terjadi apabila defisit neraca pembayaran terjadi dalam rentang waktu yang cukup panjang?

Di Nigeria, BOP tidak menguntungkan karena defisit neraca pembayaran terjadi  selama beberapa dekade. Nigeria termasuk dalam negara miskin dengan leading sektornya yaitu sektor agraris.

Menurut data Central Bank of Nigeria (CBN) menunjukkan bahwa Nigeria mengalami defitit BOP selama dua puluh sembilan tahun sejak kemerdekaannya hingga tahun 2015.

Pada grafik 1 menunjukkan bahwa Negara Nigeria mengalami defisit neraca pembayaran sejak 1970s hingga 1990s . Defisit neraca pembayaran secara langsung mengurangi cadangan devisa suatu negara. Sehingga dampak dari berkelanjutannya defisit ini mengakibatkan menipisnya cadangan devisa Nigeria.

Selain itu nilai tukar naira (mata uang Nigeria) terdepresiasi cukup signifikan terhadap dolar. Hal ini juga diperparah dengan adanya ketidakstabilan politik dan sosial

Defisit neraca pembayaran di Nigeria juga berdampak pada sektor riil. Dimana terjadi kenaikan harga dalam negeri atau inflasi yang tidak terkontrol. Permintaan barang dalam negeri menurun karena masyarakat lebih memilih produk luar negeri.

Hal ini menyebabkan penurunan produktivitas industri lokal dan secara langsung dapat meningkatkan angka pengangguran. Tercatat bahwa tingkat pengangguran di Nigeria pada tahun 1980s mencapai lebih dari 50% dari total angkatan kerja. Dalam kondisi ini kebijakan moneter dan kebijakan fiskal untuk mengatasi permasalahan ini dalam jangka pendek.

Untuk mengatasi permasalah ini, International Monetary Fund (IMF) membantu Nigeria dengan menyuntikkan dananya. Perjanjian IMF dan Nigeria terjalin setelan bank sentral Nigeria menjadi independen. Program yang diterapkan berupa Policy Support Instrument (PSI).

PSI diperkenalkan pada tahun 2005, dimana IMF membantu negara-negara dengan pendapatan nasional yang rendah. Hal ini dapat dikatakan berhasil karena Nigeria memperoleh surplus neraca pembayaran terbesar pada tahun 2006 sejak negara ini merdeka.

Kebijakan yang dilakukan CBN adalah menerapkan Dutch Auction System (DAS). DAS merupakan sistem pelelangan surat berharga .Layaknya pelelalangan umum lainnya, investor menempatkan tawaran untuk jumlah yang bersedia mereka beli dalam hal kuantitas dan harga. Investor dengan tawaran tertinggi yang akan memenangkan pelelangan ini. Hal ini menyebabkan meningkatnya tingkat investasi di Nigeria pada tahun 2006.

Saran kebijakan untuk mengurangi dampak dari defisit neraca pembayaran yang kontinu. Pertama, membuat kerangka kebijakan penentuan suku bunga jangka panjang. Hal ini memungkinkan bank sentral dapat mengontrol tingkat inflasi apabila terjadi gejolak-gejolak ekonomi. 

Kedua, lebih mengutamakan produk dalam negeri. Kepercayaan masyarakat terhadap produk dalam negeri sangat penting karena hal ini merupakan salah saru pendorong roda perekonomian negara. 

Peningkatan permintaan masyarakat terhadap produk dalam negeri dapat meningkatkan produktivitas industri lokal. Sehingga tingkat pengangguran dapat berkurang. Ketiga, keterbukaan ekonomi. Ekonomi yang terbuka dapat meningkatkan volume perdagangan ekspor-impor. Melakukan integrasi wilayah juga dapat meningkatkan produktivitas melalui aktivitas perdagangan yang meningkat juga.

***

Referensi:

Fasanya, I. O., & Olayemi, I. A. (2018). Balance of payment constrained economic growth in Nigeria: How useful is the Thirlwall's hypothesis? Future Business Journal, 4(1), 121--129. https://doi.org/10.1016/j.fbj.2018.03.004

Olanipekun, D. B., & Ogunsola, A. J. (2017). Balance of Payment Crises in Nigeria: The Role of Exchange Rate. International Journal of Economics, Commerce and Management, V(5), 119--140.

Onchuku, O., Chukugeggu, C. C., Nenbee, S. G., & Wosu, C. (2018). Monetary Policy and Nigeria's Balance of Payments. ISER 128th International Conference, (May), 72--79.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun