Mohon tunggu...
Calyaretta Meiskha Wanodya
Calyaretta Meiskha Wanodya Mohon Tunggu... Undergraduate International Relations Student at Sebelas Maret University

Undergraduate International Relations Student at Sebelas Maret University

Selanjutnya

Tutup

Politik

Perang Tarif AS-Tiongkok 2025: Eskalasi Retaliasi, dan Deal Damai

16 Juni 2025   16:20 Diperbarui: 16 Juni 2025   16:23 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Sejak hari pelantikan, Trump telah menyatakan akan kembali menerapkan tarif dan pajak dagang ke negara-negara asing. Pada 2 April, ia mengumumkan daftar lengkap sekitar 60 negara yang akan terdampak kebijakan ini, termasuk Tiongkok. AS menetapkan tarif resiprokal sebesar 34% dengan tarif yang sudah ada sebelumnya sebesar 20% untuk barang dari Tiongkok, berlaku mulai 9 April. Barang dari Tiongkok yang terkena imbas meliputi berbagai macam barang elektronik, baju dan sepatu, dan furnitur. Sebagai balasan, Tiongkok mengenakan tarif retaliasi sebesar 34% ke barang AS, yang akan mulai berlaku 10 April. Tarif ini berlaku bagi semua barang AS yang masuk ke Tiongkok, selain itu Tiongkok juga membatasi jumlah ekspor hasil tambang yang sering digunakan AS untuk memproduksi kendaraan listrik, ponsel, pesawat, hingga alat pertahanan AS.

Berlanjut pada 8 April, pemerintah Tiongkok menyatakan akan terus membalas tindakan AS. Menanggapi hal ini, Trump langsung merespon pernyataan Tiongkok dengan mengeluarkan perintah eksekutif tanpa persetujuan dari Kongres untuk meningkatkan tarif ke Tiongkok hingga angka 104%, peningkatan ini akan berpengaruh pada barang-barang dari Shein, Temu, dan AliExpress.

Di hari selanjutnya, pemerintahan Tiongkok membalas tarif Trump dengan menaikkan tarif terhadap AS dari angka 34% menjadi sebesar 84%. Tentunya aksi retaliasi ini langsung diketahui oleh Trump, ia menganggap bahwa Tiongkok tidak menghormati pasar dunia, jadi ia langsung melonjakkan nominal tarif ke Tiongkok menjadi 145% dan ia juga mengumumkan untuk menurunkan tarif universal yang dikenakan pada negara-negara selain Tiongkok menjadi 10% selama 90 hari.

11 April 2025, Menteri Keuangan Tiongkok menaikkan tarif terhadap AS hingga angka 125%, hanya selisih 20% dari AS. Ia juga menyatakan bahwa kenaikan ini adalah aksi retaliasi terakhir yang akan dilakukan oleh Tiongkok, apabila ada tindakan balasan lagi dari AS, maka Tiongkok tidak akan meresponnya.

Pihak AS dan Tiongkok akhirnya memutuskan bertemu di Jenewa, Swiss pada tanggal 12 Mei untuk mengurangi tarif resiprokal yang diberlakukan satu sama lain sebesar 115% yang resmi diberlakukan di tanggal 14 Mei. Namun, ada pengecualian dari pihak AS yaitu Trump tidak akan mencabut tarif khusus sebesar 20% yang ia berlakukan sebagai respon terhadap Tiongkok dalam isu fentanyl. Tarif yang tadi ditetapkan oleh Trump ke Tiongkok sebesar 145% diturunkan menjadi 30%, sedangkan tarif 125% yang Tiongkok berlakukan pada AS diturunkan menjadi angka 10%.

Pada 30 Mei, Trump menuduh Tiongkok melanggar kesepakatan Jenewa terkait ekspor mineral langka. Namun, pemerintah AS kemudian mengakui bahwa pelonggaran itu memang belum terjadi. Tiongkok membalas tuduhan tersebut pada 2 Juni, menyatakan bahwa justru AS yang lebih dulu melanggar kesepakatan dengan memberlakukan larangan ekspor chip AI dan mencabut visa pelajar Tiongkok.

Untuk mendiskusikan tuduhan-tuduhan tadi, Trump dan Xi Jinping akhirnya diskusi via telepon pada tanggal 5 Juni.

Pada tanggal 11 Juni, Trump akhirnya mengumumkan bahwa kesepakatan dagang telah rampung. Tiongkok akan memasok penuh mineral dan magnet langka, sementara AS akan mengizinkan pelajar Tiongkok berkuliah di Amerika. AS menetapkan tarif total 55% untuk impor Tiongkok, sedangkan Tiongkok hanya mengenakan tarif 10% untuk barang dari AS. Trump menyebut kesepakatan ini sebagai kemenangan bagi kedua negara.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun