PROGRAM KB: STRATEGI KESEHATAN PUBLIK DAN INSTRUMENÂ PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
CALLYSTA FIORENZA PUTRI ARIANTO / 191251060
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
Program Keluarga Berencana (KB) di Indonesia telah menjadi salah satu kebijakan kesehatan masyarakat yang strategis sejak diluncurkan pada era Orde Baru. Tujuannya adalah mengendalikan laju pertumbuhan penduduk sekaligus
meningkatkan kualitas hidup keluarga. Melalui pengaturan jumlah dan jarak kelahiran, KB diharapkan mampu menekan angka kematian ibu dan bayi, memperkuat ketahanan keluarga, dan mendukung pembangunan nasional. Meski demikian, pelaksanaan KB masih menimbulkan pro dan kontra, baik dari sisi kesehatan, sosial, maupun budaya.
Dari sisi manfaat, program KB terbukti memberikan dampak positif. Penggunaan kontrasepsi dapat mengurangi risiko kehamilan terlalu dini maupun terlalu tua, sehingga menurunkan potensi komplikasi kehamilan dan persalinan.Â
Penelitian Susilawati dan Darma (2022) menunjukkan bahwa KB berperan dalam menurunkan angka fertilitas di masyarakat. Dengan berkurangnya angka kelahiran, pemerintah lebih mudah mengatur distribusi layanan kesehatan, pendidikan, serta kebutuhan dasar lain yang menunjang peningkatan kualitas hidup.
Penerapan KB juga dapat menurunkan risiko komplikasi kehamilan dengan memperbaiki jarak kelahiran dan mengurangi kehamilan pada usia berisiko, sehingga berdampak pada penurunan angka kematian ibu dan bayi serta peningkatan kondisi gizi anak. Selain itu, KB memiliki peran penting dalam pemberdayaan perempuan.
Melalui program ini, perempuan didorong untuk memiliki kendali terhadap keputusan reproduksi, termasuk kapan dan berapa jumlah anak yang diinginkan.
Menurut Mulyana dan Hasanah (2017), partisipasi perempuan dalam KB membuka ruang untuk kemandirian, meningkatkan kesejahteraan keluarga, sekaligus memperkuat peran perempuan di ranah publik. Hal ini membuktikan bahwa KB tidak hanya berfungsi sebagai intervensi kesehatan, tetapi juga sebagai instrumen sosial yang mendukung kesetaraan gender.