Mohon tunggu...
ruslan effendi
ruslan effendi Mohon Tunggu... Pengamat APBN dan Korporasi.

Lulusan S3 Akuntansi. Penulis pada International Journal of Public Administration, Frontiers in Built Environment, IntechOpen, Cogent Social Sciences, dan Penulis Buku Pandangan Seorang Akuntan: Penganganggaran Pendidikan Publik Untuk Kualitas Dan Keadilan (Pengantar Prof. Indra Bastian, MBA., Ph.D.)

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Risiko AI dan Peran Prinsip OECD

13 Juni 2025   12:40 Diperbarui: 13 Juni 2025   12:40 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ai-technology-microchip-background-digital-transformation-concept (Ilustrasi)/Image by rawpixel.com on Freepik

Kecerdasan buatan (AI) telah membawa dampak besar dalam banyak aspek kehidupan, tetapi juga menyimpan risiko yang perlu dikelola dengan hati-hati. Mulai dari potensi penyalahgunaan data pribadi hingga ancaman terhadap pekerjaan manusia, AI dapat menimbulkan berbagai tantangan yang memerlukan perhatian serius. Di tengah tantangan ini, prinsip-prinsip dari Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), yang pertama kali diterbitkan pada Mei 2019 dan diperbarui pada Mei 2024, hadir sebagai panduan untuk mengelola risiko tersebut.

Penyalahgunaan Data dan Privasi
AI berpotensi menyalahgunakan data pribadi jika tidak dikelola dengan baik. Prinsip OECD mengenai hak asasi manusia dan privasi menekankan pentingnya melindungi data pribadi dan memastikan AI tidak digunakan untuk penyalahgunaan informasi. Penggunaan AI harus tetap menghormati hak individu, termasuk hak atas privasi.

Ketimpangan Ekonomi
AI berisiko memperburuk ketimpangan ekonomi, terutama dengan otomatisasi yang menggantikan pekerjaan manusia. Prinsip pertumbuhan inklusif dan pembangunan berkelanjutan dari OECD mendorong teknologi untuk digunakan secara adil, memastikan manfaat AI tersebar merata, tanpa memperburuk kesenjangan yang ada.

Bias dan Diskriminasi dalam Algoritma
Sistem AI yang tidak transparan atau dilatih dengan data yang bias dapat menyebabkan keputusan yang tidak adil. Prinsip transparansi dan keterjelasan OECD memastikan bahwa algoritma dapat dipahami dan diawasi, sehingga mengurangi risiko diskriminasi dalam pengambilan keputusan berbasis AI.

Keamanan dan Ketangguhan
AI juga menghadirkan risiko dalam bentuk serangan siber dan penyalahgunaan untuk tujuan yang merugikan. Prinsip ketangguhan dan keamanan OECD mengingatkan bahwa sistem AI harus aman, tahan terhadap serangan, dan berfungsi dengan baik dalam berbagai kondisi.

Akuntabilitas
AI yang membuat keputusan otomatis harus dapat dipertanggungjawabkan. Prinsip akuntabilitas OECD memastikan bahwa pengembang dan operator AI bertanggung jawab atas keputusan yang diambil sistem, serta menyediakan mekanisme untuk memperbaiki kesalahan yang terjadi.

Penerapan prinsip-prinsip OECD memberi bekal  kita untuk meminimalkan risiko dan memastikan bahwa AI digunakan secara adil dan aman.

Sumber:

OECD AI Principles

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun