Mohon tunggu...
Cak Idur
Cak Idur Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Hobi membaca dan menulis. Tertarik dengan ICT, pertahanan, teknik, dan sosio-ekonomi.. Ngeblog juga di www.cakidur.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Waspada Usus Buntu

1 Mei 2011   14:48 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:11 1449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Ada sejumlah rekan yang mengalami appendicitis sehingga harus diangkat appendixnya bahkan ada juga yang meninggal dunia akibat peritonitis setelah pecahnya usus buntu. Peradangan usus buntu (appendicitis) merupakan penyakit pada appendix vermiformis yang mengalami peradangan. Appendix vermiformis, umbai cacing, terletak di bawah caecum, saluran buntu pangkal dari usus besar. Fungsi organ tersebut belum banyak diketahui , sejauh ini berkenaan dengan sebagai organ imunologik dan secara aktif berperan dalam sekresi immunoglobulin (suatu kekebalan tubuh) di mana memiliki/berisi kelenjar limfoid. Caecum sendiri menjadi rumah bagi bakteri baik dalam saluran usus besar. Jaringan mukosa appendix setiap hari menghasilkan mukus yang ditampumh oleh lumen apendix. Karena adanya appendicitis menyebabkan penyumbatan lumen appendix. Posisi appendix pada umumnya berada di titik Mc-Burney, sebuah titik yang pertamakali dipublikasikan tahun 1894 dalam jurnal Ann Surg. Titik tersebut berada pada sepertiga jarak dari SIA (spina iliaca anterior), tonjolan tulang pada daerah kanan depan daerah panggul, ke arah umbilicus (pusar). Gejala appendicitis memiliki gejala kombinasi yang khas, yang terdiri dari anoreksia (nafsu makan berkurang), mual, muntah dan nyeri yang hebat di perut kanan bagian bawah. Nyeri bisa secara mendadak dimulai di perut sebelah atas atau di sekitar pusar, lalu timbul mual dan muntah. Setelah beberapa jam, rasa mual hilang dan nyeri berpindah ke perut kanan bagian bawah. Jika dengan jari/tangan menekan daerah ini (titik Mc-Burney), penderita merasakan nyeri tumpul (nyeri tekan) dan jika penekanan ini dilepaskan, nyeri bisa bertambah tajam. Demam bisa mencapai 37,8-38,8? Celsius. Pada bayi dan anak-anak, nyerinya bersifat menyeluruh, di semua bagian perut. Pada orang tua dan wanita hamil, nyerinya tidak terlalu berat dan di daerah ini nyeri tumpulnya tidak terlalu terasa. Bila usus buntu pecah, nyeri dan demam bisa menjadi berat. Infeksi yang bertambah buruk bisa menyebabkan syok. Pemeriksaan darah menunjukan jumlah sel darah putih agak meningkat, sebagai respon terhadap infeksi. Biasanya, pada stadium awal apendisitis, pemeriksaan-pemeeriksaan seperti foto rontgen, CT scan, dan USG kurang bermanfaat karena tidak ada perubahan yang signifikan pada bentuk appendix. Jika radang usus buntunya kronis, maka gejala nyeri perut yang dirasakan ringan atau bahkan hanya merasa mual saja. Namun jika sudah akut, maka akan terasa sakit di ulu hati yang disertai mual dan muntah. Dalam waktu 24 jam biasanya terasa demam dan baru muncul sakit yang menetap pada perut kanan bawah. Untuk radang usus buntu akut, tindakan operasi appendectomy perlu segera dilakukan mengingat adanya kemungkinan pecahnya usus buntu. Usus buntu (appendix) yang pecah bisa menyebabkan masuknya kuman usus ke dalam perut menimbulkan peritonitisyang bisa berakibat fatal , terbentuknya abses, pada wanita indung telur dan salurannya bisa terinfeksi dan menyebabkan penyumbatan pada saluran yang bisa menyebabkan kemandulan, dan masuknya kuman ke dalam pembuluh darah (septikemia) yang bisa berakibat fatal. Sedangkan untuk usus buntu kronis waktu operasinya masih bisa ditunda tergantung dari kondisi pasien, namun disarankan untuk tidak terlalu lama menundanya. Memang radang usus buntu terjadi karena ada penyumbatan sisa-sisa makanan yang berupa tinja atau feses. Sisa-sisa makanan dan tinja yang mengeras akan terjebak di lubang rongga sehingga menimbulkan penyumbatan. Penyumbatan ini membuat bakteri atau virus terperangkap di dalam usus buntu sehingga bisa memicu terjadinya infeksi. Konsumsi cabai atau jambu beserta bijinya seringkali tidak tercerna dengan baik, sehingga masuk ke dalam saluran usus buntu sebagai benda asing. Makanya untuk mencegah peradangan usus buntu disarankan sering mengonsumsi makanan berserat seperti sayuran dan buah. Hal ini karena serat yang dikonsumsi bisa membantu proses pencernaan dan mencegah tinja terlalu lama berada di dalam usus dan memicu buang air besar secara teratur.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun