Mohon tunggu...
Hadi Saksono
Hadi Saksono Mohon Tunggu... Jurnalis - AADC (Apa Aja Dijadikan Coretan)

Vox Populi Vox Dangdut

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Pembubaran Diri, Jalan Terbaik untuk Arema FC?

30 Januari 2023   11:01 Diperbarui: 30 Januari 2023   18:11 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Markas Arema FC dilempari pengunjuk rasa, Minggu (29/1). (Sumber foto: Kompas.com/Nugraha Perdana)

Penjatuhan sanksi tersebut oleh Komisi Disiplin (Komdis) PSSI pun terkesan terburu-buru, karena diputuskan pada 4 Oktober 2022 alias hanya berselang tiga hari dari Tragedi Kanjuruhan. Sanksi yang terbilang ringan tersebut pun nyatanya menjadi pembuka kekacauan demi kekacauan yang terjadi usai Tragedi Kanjuruhan.

Apalagi setelah PSSI memutuskan untuk menghentikan lanjutan Kompetisi Liga 2 dan Liga 3 2022/2023, reaksi-reaksi negatif kian bermunculan di dunia sepak bola Indonesia. 

Bagaimana tidak, gara-gara Arema yang gagal menyelengarakan pertandingan yang aman dan nyaman bagi penonton, klub lain yang tak bersalah terkena imbasnya, sementara Arema bisa tetap ikut kompetisi.

Meski tetap bisa bertanding, namun sejumlah penolakan mengiringi perjalanan Arema FC dalam mengarungi sisa musim Kompetisi Liga 1 2022/23. 

Sejumlah daerah seperti Semarang, Bantul, serta Boyolali menyatakan menolak Arema FC untuk menjadikan stadion di wilayah tersebut untuk digunakan Arema saat menjalani pertandingan kandang. Penolakan terjadi karena adanya desakan dari kelompok suporter setempat terhadap kehadiran Arema di wilayahnya.

Penolakan tersebut bukan tak mungkin merembet juga ke wilayah lain di Jawa. Karena nyatanya, Bali pun menolak Arema FC untuk ber-home base di Pulau Dewata untuk sementara.

Dan publik Kota Malang sendiri nampaknya juga jengah dengan sikap para petinggi Arema FC yang dinilai kurang pro aktif dalam penyelesaian Tragedi Kanjuruhan. Apalagi seusai sang presiden klub, Gilang Widya Pramana mengundurkan diri pada akhir Oktober tahun lalu.

Usai pengunduran diri Gilang yang akrab dijuluki Juragan 99 ini, media massa pun ramai mewartakan soal kepemilikan saham dan kepengurusan di Arema FC.

Sejumlah warta menulis, Arema FC dikelola oleh PT Arema Aremania Bersatu Berprestasi Indonesia (AABBI). Dan berdasarkan akta perusahaan PT AABBI yang tercatat di Ditjen Administrasi Hukum Umum Kementerian Hukum dan HAM, nama Iwan Budianto tercantum sebagai Direktur Utama AABBI, sementara mantan manajer tim Ruddy Widodo menjabat sebagai Direktur.

Sementara itu, Iwan Budianto yang sama juga menjabat sebagai Wakil Ketua Umum PSSI bersama dengan Cucu Sumantri. Mereka bersama-sama menjadi waketum dalam kabinet Mochammad Iriawan untuk periode kepengurusan 2019-2023.

Telunjuk kritis dan skeptis publik sepak bola Indonesia saat ini pun mengarah pada manajer Persik Kediri saat pertama kali menjuarai kasta tertinggi Liga Indonesia pada 2003 itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun