Mohon tunggu...
Cak Glentong
Cak Glentong Mohon Tunggu... Guru - Pemerhati masalah budaya dan agama

Pemerhati masalah budaya dan agama

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Puasa, Menghadirkan Allah dalam Kehidupan Kita

19 April 2021   21:13 Diperbarui: 19 April 2021   21:23 1320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Saudaraku, Adalah satu kunci kebaikan adalah seseorang bisa merasakan kehadiran Allah. Dirinya merasa ada yang melihat, di dunia yang luas manusia terkadang merasa sendiri dalam sepi, tidak teman untuk mengadu atau berbagi keluh kesah, tetapi yakinlah manusia tidak pernah sendirian, Allah akan senantiasanya bersama dirinya. Jika kita merasakan kehadiran Allah maka kita akan merasa mengerjakan sesuatu yang dicintai Allah, dan menjauhkan diri dari sesuatu yang tidak dicintaiNya.

Saudaraku yang dimuliakan Allh,

Saat kita akan berbuat dosa, kita malu kepada Allah yang akan melihat setiap perbuatan,. Orang-orang kafir tidak mempunyai perasaan kepada Allah, karena mereka menyangka Allah  tidak akan melihat apalagi mencatat amaln. Lalu apaka kita seperti orang kafir itu?? Tentu tidak, karena iman membimbing kita   untuk selalu berjalan di atas kebenaran. Mungkin kita tidak sengaja berbuat kesalahan, tetapi hati kita akan mengajak kembali kepada Allah lewat pintu Taubah. Perasaan  Allah melihat kita, akan mendorong kita untuk memperbanyak amal kebaikan dan menjauhi amal yang buruk.

Ingat Allah melihat kita, sebagaimana firmannya dalam Insyiqaaq 16
(Bukan demikian), yang benar, Sesungguhnya Tuhannya selalu melihatnya.

Allah akan melihat dan mencatat amal kita, dan kelak kita akan dimintai pertanggungjawaban di akherat, pada hari amal ibadah akan ditimbang, kebaikan akan dibalas kebaikan dan kejahatan akan mendapat balasan yang setimpal.

7. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya.
8. Dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula.

Saudaraku.
Pada hari itu kita tidak akan lagi bisa lari dari tanggungjawab, kita tidak bisa lari dan sembunyi, karena berhadapan dengan hakim yang paling adil, yang maha melihat gerak hati dan pikiran manusia. Namun kita harus yakin Allah mencintai kita, Allah menciptakan manusia dengan rasa cinta, Allah melihat kita karena Allah mencintainya kita. Tentu, Allah mengharapkan kita senantiasa berbuat baik, tidak merusak hidup kita sendiri atau menganiyaya diri sendiri, Allah mengharapkan kita berajaln di atas jalan kebaikan, sehingga saat hari keadilan ditegakkan kita berada di pihak yang berbahagia.

Bisakah kita melihat Allah?  Saat mendapat pertanyaan seperti ini Ali bin Abi Tholib menjawab " Bisa, aku melihat dengan mata hati". Dengan hati kita bisa melihat Allah, merasakan Allah mencinta kita, karena sepasang mata dikepala terlalu lemah untuk melihat sesuatu yang maha besar dan maha agung. Ada hadits yang sangat panjang bertutur tentang Iman, Islam dan Ihsan. Hadist yang dimulai dengan datangnya Jibril dalam wujud manusia, lalu Jibril bertanya apa itu Islam, nabi menjawab :

Islam adalah engkau bersaksi sesungguhnya tiada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Nabi Muhammad utusan Allah, mendirikan sholat, menunaikan zakat, puasa ramadhan dan mengerjakan haji ke kakbah bagi yang mampu menempuh perjalanan

Lalu nabi ditanya tentang Iman, beliau SAW menjawab :
Engkau beriman kepada Allah, malaikat, kitab, rasul, hari akhir, dan beriman kepada taqdir baik dan buruk.
Lalu nabi ditanya tentang Ihsan, nabi SAW menjawab :
Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan melihatNya, jika tidak mampu, sesungguhnya Allah melihatmu. (HR Muslim, Abu Daud, Nassai, Ahmad, dan Ibnu Khuzaimah)

Dari susunan kalimat dalam hadits di atas maka Islam, Iman dan Ihsan adalah satu rangkaian yang tidak terpisahkan, ungkapan keislaman dan keimanan seseorang akan berkembang menjadi sikap ihsan (merasakan kehadiran Allah ). Ihsan adalah kunci kebaikan dalam kehidupan, mungkinkah seseorang berbuat maksiat, saat dirinya yakin Allah akan melihatnya. Tentu, jawabnya tidak, karena merasa dilihat Allah maka akan berusaha semaksimal mungkin menghiasi hari-hari dengan kebaikan, dengan amal sholeh yang membuat Allah ridho dengan dirinya.
Saudaraku, ingatlah kisah Umar Bin Khotthob dengan gadis penjual susu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun