Ketua LDII Singgih Tri Sulistiyono: Jadikan Pancasila Gaya Hidup dan Ideologi Generasi Muda di Era Digital
Jakarta, 1 Oktober 2025 -- Bangsa Indonesia kembali memperingati Hari Kesaktian Pancasila sebagai momentum refleksi menjaga ideologi bangsa. Ketua DPP Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) sekaligus Guru Besar Ilmu Sejarah Universitas Diponegoro (UNDIP), Prof. Singgih Tri Sulistiyono, mengajak generasi muda untuk menjadikan Pancasila sebagai gaya hidup (way of life) sekaligus ideologi hidup (living ideology).
"Peristiwa G30S 1965 menjadi ancaman serius terhadap eksistensi Pancasila sebagai dasar negara. Namun, sejak 1 Oktober, bangsa Indonesia menegaskan kembali bahwa Pancasila tetap tegak. Momentum ini harus mendorong generasi muda untuk mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari," ujar Singgih, Rabu (1/10/2025).
Menurut Singgih, Hari Kesaktian Pancasila ditetapkan melalui Keputusan Presiden Nomor 153 Tahun 1967, untuk mengenang perjuangan para pahlawan revolusi yang gugur membela ideologi negara.
Dalam pernyataannya, Singgih menegaskan bahwa Pancasila tetap relevan di era modern dengan tantangan global seperti polarisasi sosial, penyebaran hoaks, krisis ekonomi, hingga perubahan iklim.
"Pancasila mengajarkan kita memajukan kemanusiaan tanpa mengorbankan persatuan dan keadilan sosial. Nilai-nilai ini harus tercermin dalam kebijakan pemerintah dan sikap warga," jelasnya.
Hari Kesaktian Pancasila tahun ini mengusung tema "Pancasila sebagai Perekat Kebinnekaan untuk Indonesia Maju." LDII menafsirkan tema ini sebagai dorongan memperkokoh dialog, toleransi, dan kerukunan antarumat beragama.
LDII berkomitmen memperkuat Pancasila melalui empat bidang utama:
- Pendidikan -- membentuk generasi religius, nasionalis, dan produktif.
- Sosial Budaya -- mengembangkan gotong royong, solidaritas, dan moderasi beragama.
- Ekonomi -- mendorong kemandirian umat dengan model ekonomi berkeadilan sosial.
- Digitalisasi -- membekali generasi muda agar bijak dalam menghadapi era disrupsi teknologi.
"Momentum ini menjadi titik tolak menuju Indonesia Emas 2045. Pancasila harus menjadi fondasi menghadapi tantangan global, mulai dari radikalisme, konflik identitas, hingga proxy war," tegasnya.
Singgih menambahkan, generasi muda harus mewaspadai bentuk-bentuk perang modern yang berpotensi memecah belah bangsa.