Mohon tunggu...
Aji Prawinto
Aji Prawinto Mohon Tunggu... -

wong sudra pekathik, ora tau mangan sekolahan, isaku mung iki.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Satu Juta itu Banyak

22 Juni 2016   00:01 Diperbarui: 22 Juni 2016   00:13 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Minggu, 19 Juni 2016 adalah hari yang bersejarah. Pada hari itu, jumlah KTP yang mendukung Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) maju dalam Pemilihan Gubernur DKI 2017 melalui jalur independen berhasil terkumpul melampai angka satu juta. Tepatnya 1.024.632 (satu juta dua puluh empat ribu enam ratus tiga puluh dua). Jumlah itu "banyak sekali", bahkan menurut saya "sangat fantastis".

Mari kita buat hitung-hitungan sederhana. Menurut laman resmi Badan Pusat Statistik, penduduk DKI Jakarta pada tahun 2010 berjumlah 9.607.787 orang (sumber: http://sp2010.bps.go.id/index.php/site?id=31&wilayah=DKI-Jakarta). Dengan laju pertumbuhan penduduk 1,41% per tahun, maka pada akhir 2015 diperkirakan jumlahnya menjadi 10.304.508 orang. Dari jumlah itu, 73% berusia produktif (15-65 tahun). Berdasarkan data ini, saya mengasumsikan jumlah pemilik KTP di DKI Jakarta adalah 10.304.508 X 73% = 7.521.538 orang. Nah, berarti jumlah KTP yang berhasil dikumpulkan dalam waktu 2 (dua) bulan adalah 13,62% dari seluruh KTP di Jakarta. Fantastis!!!

Bagaimana memaknai angka fantastis ini? 

Jawabannya; tergantung siapa yang menilai. 

Bagi pendukung Ahok, angka ini dimaknai sebagai wujud nyata dukungan masyarakat Jakarta terhadap Ahok agar bisa maju melalui jalur independen. Bagi pembenci Ahok, angka ini mustahil. Pasti ada "kecurangan" dalam proses pengumpulannya. Perlu verifikasi faktual untuk membuktikannya. Bagi parpol (mungkin), Ahok adalah orang yang berbahaya karena dapat menjadi trend setter pilkada tanpa parpol. Bagi saya, ini merupakan pelajaran bagi bangsa bahwa idealisme, keikhlasan dan militansi terbukti mampu mengalahkan arogansi kekuasaan. Pandangan saya selengkapnya ada di sini.

Pertanyaan berikutnya, berapakah harga angka itu?

Jawabannya sama dengan di atas, tergantung siapa yang menilai.

Bagi Ketua DPD Gerindra Jakarta, Muhammad Taufik, "bukan apa-apa", seperti dinyatakan di sini. Bagi saya, harganya tak ternilai. Memberi label harga pada pencapaian fenomenal seperti itu saya anggap sebagi penghinaan. Penghinaan kepada kreatifitas, penghinaan kepada keikhlasan, penghinaan kepada kerja keras dan lebih-lebih lagi penghinaan kepada idealisme. Apalagi jika hanya dihargai dengan sebuah kertas bertandatangan Ketua Umum Partai Politik.

Ahok, meskipun sering berkata-kata kasar, saya yakin tidak akan tega melakukan penghinaan seperti itu.

Ciangsana, Rabu Pon 22 Juni 2016

Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun