Mohon tunggu...
Muhammad Zahrul Anam
Muhammad Zahrul Anam Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Mengajar di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sedekah Itu Tak Perlu Mahal

27 Desember 2021   23:02 Diperbarui: 27 Desember 2021   23:09 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika berselancar dengan mesin pencari, saya mendapatkan informasi tentang sedekah sampah. "Sampah untuk sedekah?", pikir saya. Bagaimana ceritanya? Selama ini orang bersedekah dengan sesuatu yang baik dan dicintai. Sedekah itu, maaf, terkadang terkesan sangat eksklusif. Mengapa? Mereka yang disyaratkan bersedekah adalah orang yang berkelebihan pendapatan. Sebagian kecil dari rizki harus dikeluarkan. 

Kadar bersedekah bebas, kecuali kalau itu zakat. Karena bebas, orang-orang kaya santai saja bersedekah dengan jumlah yang fantastis. Bahkan, sebagian mereka tidak masalah misalnya menyedekahkan mobil, perhiasan, dan uang tabungan yang telah bertahun-tahun tersimpan. Sebagian mereka merelakan begitu saja, sebagian lainnya mengharap "return" yang lebih besar. 

Nah, pegiat sedekah sampah ini, namanya Ananto Isworo, ingin mengubah persepsi sedekah yang terkesan eksklusif menjadi inklusif. Niatnya, orang-orang yang kurang berkecukupan tetap bisa bersedekah. Sehingga, bursa sedekah itu tidak dimonopoli oleh orang-orang berduit. Persoalannya, bagaiaman cara paling efektif agar sedekah itu bisa dilakukan siapa saja? 

Akhirnya, Ananto menemukan cara yaitu, sedekah sampah. Oleh Ananto, orang-orang diminta mengumpulkan barang-barang bekas, kemudian dikumpulkan di masjid. Takmir akan memilah sampah-sampah itu. Setelahnya, sampah-sampah itu dijual dan hasilnya untuk beasiswa anak-anak tidak mampu, santunan sembako untuk janda, dan bantuan bagi mereka yang sangat membutuhkan. 

Gerakan sedekah sampah yang ada di Masjid Al-Muharam, Kampung Brajan, Yogyakarta selain dapat mefasilitasi kelas menengah ke bawah untuk bersedekah juga merupakan sarana untuk menjaga kelestarian lingkungan. Gerakan semacam ini juga saat ini dapat ditemukan di tempat-tempat berbeda.

Pelajaran berharga dari gerakan ini adalah sedekah itu tak perlu mahal. Kita bisa mulai dari mengumpulkan sampah. Jika gerakan ini menjadi kesadaran kolektif yang lebih luas maka saya yakin semakin banyak orang tertolong dan lingkungan semakin lestari. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun