Mohon tunggu...
Cahaya Hanjuang
Cahaya Hanjuang Mohon Tunggu... Wiraswasta - Owner

Dihin pinasti, anyar pinanggih..!!!

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Pekerja Migran Menafkahi Bangsa Indonesia

26 Mei 2023   14:07 Diperbarui: 26 Mei 2023   14:15 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ya, nampak demikianlah kenyataannya. Seorang pekerja migran sudah pasti punya peran dalam keluarganya. Ia sudah pasti anak dari orang tuanya. Ia boleh jadi seorang istri atau suami dalam rumah tangganya. Dan seorang yang berumah tangga boleh jadi juga adalah orang tua bagi anak-anaknya. Kecuali rumah tangga itu belum atau tidak memiliki anak keturunan, baik kandung maupun anak angkat.

Uniknya, peran sebagai "orang tua" ini tidak sebatas pada lingkup keluarga saja. Kenyataan data menunjukkan bahwa perjuangan para pekerja migran di negeri perantauan memberi dampak berpengaruh terhadap bertambah besarnya penerimaan keuangan negara.

Termuat di berita media online Kompas, Pekerja Migran Indonesia Jadi Penyumbang Devisa Terbesar Kedua Rp 159 Triliun. Itu artinya jelas, penerimaan devisa negara dari pengiriman uang para pekerja migran di luar negeri ke dalam negeri atau remitansi, jumlahnya melampaui banyak sumber penerimaan negara lainnya.

Jadi demikianlah, peran para pekerja migran tidak sebatas menjadi sumber penghasilan kehidupan dan penghidupan bagi keluarga mereka semata. Perjuangan mereka telah membawa penyebaran yang cukup meluas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dari uang kiriman kepada keluarga langsung, bisa memberi perputaran ekonomi bagi masyarakat di sekitar keluarganya. Daya beli mengalami peningkatan.

Itu logika sederhana saja ya. Pekerja migran menafkahi Bangsa Indonesia.

Dok. pribadi
Dok. pribadi

Rasanya tidak berlebihan. Kita boleh mengumpamakan dan menganggap para pekerja migran dengan sumbangsih mereka melalui remitansi sebagai "orang tua" pencari nafkah bagi bangsa dan negaranya. Tentu saja, sebagai sebuah keluarga, satu kesatuan dalam NKRI. Dengan analogi sebuah keluarga dalam lingkup rumah tangga, apa timbal balik dan peran anggota keluarga lainnya?

Di lingkup keluarga, dalam hal ada anak, tentu anak akan menuntut meminta uang untuk memenuhi kebutuhannya. Anak akan menuntut untuk terpenuhi kebutuhan pangannya. Dalam hal ada orang tua, tentu sebaiknya berperan sebagai pamomong, pengayom, menjaga, agar bisa menggunakan secara bijak setiap rupiah yang datang dari kiriman pekerja migran itu. Timbal baliknya jelas, sebuah harapan si anak bisa tumbuh berkembang dan mendapat pendidikan, bisa berpengetahuan dan menjadi ahli menyiapkan masa depan. Dan orang tua atau anggota keluarga lain bisa saling menjaga keharmonisan keluarganya tersebut.

Di lingkup sosial kemasyarakatan, bisa kita analogikan sebagai anak tadi. Berharap terbangun multiplier spread efek peningkatan ekonomi. Tetangga yang pengangguran, bisa memulai usaha, bisa menawarkan dagangan agar keluarga pekerja migran tadi mau jadi pembeli. Tetangga yang sudah punya usaha, berharap usahanya jadi lebih laris.

Pemerintah bisa kita analogikan sebagai orang tua atau suami / istri / saudara yang ditinggal merantau oleh para pekerja migran, ya? Boleh dong.

Begitulah, perlu juga timbal balik dan peran pemerintah bagi para pekerja migran Indonesia. Ada payung hukum Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2017 Tentang Pelindungan Pekerja Migran Indonesia.

 Pemerintah telah berupaya melaksanakan penyelenggaraan pekerjaan bagi semua Warga Negara Indonesia. Mulai dari penyediaan informasi oleh berbagai agen pekerja dalam dan luar negeri. Lalu penerimaan oleh agen penyalur tenaga kerja, pelatihan, penempatan dan pemberangkatan, pelaksanaan pekerjaan. Hingga saatnya para pekerja migran habis masa kontrak kerja dan kembali ke tanah air. Pra, masa dan purna.

Pemerintah melakukan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi dalam berbagai hal terkait kebijakan dan pelaksanaannya. Pemerintah menugaskan kepada berbagai kementerian terkait, seperti Kementerian Tenaga Kerja, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Sosial, kedutaan dan konsulat jenderal, hingga pembentukan Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI).

Tak ketinggalan juga kerja sama lintas sektoral dengan sejumlah kementerian dan jajaran di bawahnya. Seperti Kementerian Keuangan dengan Dirjen Pajak serta Dirjen Bea Dan Cukai, Kementerian Kesehatan, Kementerian Perdagangan dan Perindustrian, dan banyak lagi.

Meski sayangnya..

Masih banyak, tidak sedikit, terjadi hal-hal buruk tidak sesuai keinginan bersama. Seperti misalnya kasus trafficking, penganiayaan dan pembunuhan kepada Pekerja Migran Indonesia, sikap diskriminatif oleh pemerintah di negara tujuan. Belum lagi penipuan-penipuan oleh oknum pejabat maupun non pejabat, hingga perilaku pekerja migran itu sendiri yang akhirnya mengalami kerugian dan menderita.

Artikel ini memang tidak akan membahas semua hal tersebut. Cukuplah gambaran memberikan analogi menguatkan dan meneguhkan, bahwasanya Pekerja Migran Indonesia memang layak menyandang gelar sebagai pahlawan devisa. Anggota keluarga, rakyat NKRI yang pergi jauh merantau untuk mendapatkan penghasilan, jauh dari keluarga, jauh dari anak / orang tua / istri / suami / saudata-saudara. Untuk menafkahi tidak sekedar keluarganya sendiri semata. Namun lebih jauh dan banyak, mereka telah menafkahi Bangsa Indonesia.

Itu bukanlah sanjungan yang berlebihan.

Pekerja Migran Menafkahi Bangsa Indonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun