MARTAPURA, KALIMANTAN SELATAN --- Ketika kami tiba di Pondok Pesantren Modern Darul Hijrah (DAHPI), yang pertama kali menyambut kami bukanlah daftar tugas yang berat, melainkan gelombang kehangatan yang tak terduga. Kami datang sebagai orang luar, mahasiswi PKL/KKN yang memecahkan tradisi, namun kami segera dirangkul sebagai bagian dari keluarga besar DAHPI. Kehangatan ini tidak hanya datang dari santriwati, tetapi mengalir dari setiap lini pondok: dari senyum tulus Pengasuhan, bimbingan penuh perhatian Asatidz dan Asatidzah, hingga sapaan ramah dari paman Satpam di gerbang depan. Kami merasa di rumah, walau jauh dari rumah yang sesungguhnya.
Pekan Perkenalan: Langsung Terjun ke Jantung Pondok
Pihak pondok tidak membiarkan kami beradaptasi perlahan. Kami langsung diizinkan---bahkan didorong---untuk terlibat dalam kegiatan pondok yang paling fundamental dan monumental. Kami hadir saat Pekan Perkenalan santri baru, sebuah ritual yang penuh semangat dan disiplin, membantu mereka memahami sistem dwibahasa dan budaya pondok. Puncaknya adalah Khutbatul Arsy, pidato pembukaan tahun ajaran yang megah, yang mengenalkan kami pada visi dan misi DAHPI yang kuat. Momen ini bukan hanya pengenalan bagi santri baru, melainkan juga orientasi budaya yang mendalam bagi kami, menunjukkan bahwa kami adalah bagian dari estafet perjuangan ilmu.
Kehangatan ini berlanjut dalam setiap sudut kegiatan. Kami turut serta dalam kegiatan malam santri, sebuah wadah pembinaan mental dan spiritual yang intim. Namun, kegembiraan terbesar adalah Panggung Gembira (PG), sebuah perayaan kreativitas santriwati Azmoria Generation yang spektakuler, menampilkan pertunjukan seni, drama, dan musical dalam skala besar. Kami terkesima melihat bagaimana disiplin keras di kelas bertransformasi menjadi letupan kreativitas yang indah di atas panggung. Panggung Gembira bukan sekadar hiburan; itu adalah manifestasi dari pendidikan karakter pondok, dan kami merasa terhormat bisa terlibat, memberikan dukungan moral dan teknis.
Dukungan Asatidz dan Pesona Cindai Alus
Dukungan emosional dan profesional dari para Asatidz dan Asatidzah adalah kunci keberhasilan PKL kami. Mereka tidak pelit ilmu, seringkali meluangkan waktu di luar jam kerja untuk berbagi pengalaman mengajar atau memberikan tips bagaimana menghadapi santri yang sulit. Sikap mereka yang selalu mengayomi membuat kami berani mengambil risiko dan mencoba metode pengajaran baru. Bahkan, kehadiran para paman Satpam memberikan rasa aman dan kekeluargaan, dengan sapaan hangat mereka setiap kami melintas. Setiap interaksi terasa seperti mentoring yang tulus.
Di luar tembok disiplin pondok, kami disuguhi ketenangan Pesona Desa Cindai Alus. Desa tempat Ponpes Darul Hijrah Putri berdiri menawarkan kontras yang damai dengan kesibukan pondok. Area yang masih hijau, dengan pemandangan dan kesejukan udaranya, menjadi tempat pelepas penat terbaik. Berjalan-jalan singkat di sekitar Cindai Alus mengajarkan kami tentang kearifan lokal, melihat kehidupan masyarakat yang sederhana, dan memahami akar budaya tempat pendidikan Islam ini tumbuh subur. Keseimbangan antara disiplin keras di dalam pondok dan kedamaian alam di luar, membuat pengalaman PKL/KKN kami menjadi pengalaman hidup yang utuh.