Mohon tunggu...
Annisa Aulia
Annisa Aulia Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Full Time Blogger

Segera terbit novel pertama saya "Keberadaan & Waktu".

Selanjutnya

Tutup

Trip

Staycation Nyaman di Yogyakarta

27 Maret 2020   23:22 Diperbarui: 27 Maret 2020   23:30 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Menjelajahi pelosok-pelosok negeri merupakan kegiatan yang sangat menyenangkan. Bahkan para dokter sudah banyak merekomendasikan kepada mereka yang sedang stres menghadapi suatu persoalan dan tertekan oleh beratnya beban hidup agar melepaskan semua itu dengan berjalan ke tempat-tempat indah yang tak pernah ia kunjungi. Karena itu, marilah sesekali kita berjalan menjelajah pelosok negeri untuk mencari ketenangan, bergembira, berpikir, dan sekaligus menghayati ciptaan Tuhan yang sangat luas ini. Betapa tidak, karena kamu akan banyak menyaksikan taman, kebun, sawah dan bukit-bukit hijau yang indah mempesona. Keluarlah dari rumah. Lalu perhatikan apa yang ada di sekitarmu, di depan matamu dan di belakangmu.

Seperti halnya naik gunung atau trekking merupakan aktivitas traveling yang berat. Statement yang paling sering terdengar adalah "Ngapain sih capek-capek naik gunung? Udah naik, mesti turun lagi." Saya selalu tertawa mendengar kalimat itu yang sayangnya tidak membuat saya kapok. Karena capek itu sudah pasti. Selain jalur yang panjang dan terjal, barang yang dibawa tas carrier pun sangat banyak. Dan kali ini saya akan menceritakan barang-barang yang dibawa ketika mendaki. Hal yang menurut saya termasuk dalam kategori primer untuk dibawa secara personal adalah sebagai berikut:

  • Kamera, karena saya senang landscapes photography.
  • Headlamp, selain berguna untuk trekking malam hari, bisa juga untuk penambahan cahaya saat memotret milky way.
  • Raincoat, ini penting sekali karena cuaca di gunung tidak pernah bisa diprediksi.
  • Dan yang terakhir P3K, ini paling utama saat naik gunung. Apalagi sepanjang pendakian sangat curam dan menanjak. Biasanya yang paling penting itu seperti obat demam, maag, plaster, serta obat pegal atau balsem. Karena biasanya aktivitas mendaki dapat menyebabkan otot tegang dibagian leher, pundak, lengan dan kaki.

Kali ini saya akan membahas gunung Prau yang terletak di Wonosobo, Jawa tengah. Jalur Patek Banteng merupakan jalur yang paling sering dilalui oleh para pendaki. Selain jalurnya yang terkenal ramah, juga paling mudah dalam urusan transportasi. Rata-rata pendaki mencapai puncak Prau membutuhkan waktu kurang lebih 3 jam. Tergantung lamanya beristirahat, serta kecepatan perjalanannya.

Lepas dari pos Patek Banteng, setelah saya dan teman saya memarkirkan sepeda motor. Pukul 06.00 pagi petualangan baru dimulai. Setapak demi setapak trek perlahan menanjak. Perjalanan melewati kebun teh sekitar 30 menit. Setelah itu baru memasuki hutan yang teduh. Diluar hujan, kondisi tanah masih terlihat gersang bila ditapaki.

Dari mulai pos 1-3 jalur yang dilalui selalu membuat dagu dan lutut saya beradu karena saking menanjaknya. Napas saya sudah tak bisa dipacu dengan teratur lagi, ditambah kaki ini yang semakin keram dan lelah. Tepat pukul 09.00 pagi saya dan kawan-kawan sampai di pos terakhir untuk mendirikan tenda. Biasanya di malam hari para pendaki saling bertukar cerita sambil menyeruput kopi hangat sebelum beristirahat di tenda masing-masing.

Esok paginya kami menanjak kurang lebih hanya lima menit untuk ke atas puncak gunung. Dinginnya udara tak menghalangi harapan kami untuk sampai puncak di atas. Mengawali hari dengan pagi yang tenang. Damainya suasana pagi di ketinggian 2565 mdpl membuat saya semakin merasa diberkahi oleh sang pencipta. Kemudian siangnya kami kembali turun menuju pos Patek Banteng dan melanjutkan perjalanan kami menuju Yogyakarta dengan memakan waktu sekitar kurang lebih 3 jam dengan sepeda motor.

Sore itu sesampainya di Malioboro, kami langsung mencari tempat untuk beristirahat yang membuat kami nyaman karena akibat perjalanan naik gunung yang melelahkan. Akhirnya kami memilih menginap di hotel Cordela dekat Malioboro. Selain tempatnya yang sangat strategis dengan pusat kota, kamarnya pun sangat nyaman untuk kami para traveling yang senang dengan staycation di setiap daerah.

Maka dari itu keluarlah dari rumahmu. Tutup kedua matamu dengan kain hitam. Kemudian berjalanlah di bumi Tuhan yang sangat luas dan indah ini. Dakilah gunung-gunung, jamahlah tanah di lembah-lembah, panjatlah batang-batang pepohonan, reguklah air yang jernih, dan ciumkan hidungmu diatas bunga-bunga. Pada saat itu, kamu akan menemukan jiwamu yang benar-benar merdeka dan bebas seperti burung yang berkicau melafalkan tasbih di angkasa kebahagiaan.

Terimakasih untuk perjalanan sederhana ini. Terimakasih Prau atas panorama puncak yang begitu indah, dan terimakasih pula http://omegahotelmanagement.com telah memberikan kamar yang begitu membuat kami nyaman dan tenang untuk beristirahat, tunggu saya diperjalanan selanjutnya.

Salam lestari, 

Annisa Aulia

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun