Mohon tunggu...
Zulkifli SPdI
Zulkifli SPdI Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Arab MAN 3 Solok

Hidup akan benilai dengan amal, manusia akan berharga dengan kemanfaatannya bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Kiat-kiat Jitu Menulis di Media Cetak

3 Februari 2020   11:57 Diperbarui: 3 Februari 2020   11:57 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Pemateri kita kali ini adalah salah seorang guru penggerak yang masih sangat muda. Namanya adalah Ramdhan Hamdhani, dari Subang Jawa Tengah. Seorang kepala Sekolah yang sangat aktif menulis di berbagai media offline maupun online. Bahkan sudah lebih dari 200-an artikelnya berhasil menembus meja redaksi berbagai koran dan majalah ternama.

Point pertama yang beliau sampaikan adalah tujuan dari aktifitas menulis itu sendiri, yaitu :

  • Menulis merupakan Bentuk Aktualisasi Diri
  • Menulis Sebagai Bagian Dari Profesionalisme
  • Menulis Untuk Menambah Relasi
  • Menulis sebagai Sarana untuk Menyampaikan Pendapat secara lebih beradab
  • Menulis sebagai prasasti ataupun Kontrol (Literatur) Sejarah
  • Menulis Sebagai Tiket Untuk Ikut Seminar / Pelatihan
  • Menulis Dapat Mendatangkan Keuntungan Secara Finansial

Ponit kedua yaitu beberapa keuntungan ketika menulis di Media Cetak antara lain :

  • Untuk Menunjukkan eksistensi diri
  • Sebagai bukti bahwa kita benar-benar memahami bidang yg kita geluti
  • Sebagai bagian dari penilaian kinerja (bagi ASN), ada kaitan dengan penambahan angka kredit untuk kenaikan pangkat dan golongan
  • Sarana untuk memperkuat citra  lembaga
  • Sebagai sarana untuk memberikan masukan kepada pengambil kebijakan
  • Dapat dilakukan oleh siapa saja
  • Untuk mendapatkan penghasilan tambahan

Lantas, bagaimana agar tulisan kita bisa dimuat di media cetak ?

Beliau menjelaskan beberapa kiat-kiatnya, seperti berikut ini :

  • kenali karakteristik media cetak yang akan kita tembus. Maksudnya apakah media cetak tersebut bersifat umum ataukah hanya memuat berita atau artikel yang berkaitan dengan tema tertentu saja, misal media otomotif, hobby dan sebagainya
  • Pahami ketentuan yang ditetapkan. Misalnya untuk opini umum minimal jumlah kata sebanyak 800-1000 kata dengan honor sebesar Rp.500.000. Adapun untuk tema pendidikan hanya diminta 400-450 kata dengan jumlah honor Rp.300.000 belum dipotong pajak artinya, ketentuan tersebut (jumlah kata) harus benar-benar diperhatikan
  • Tulislah topik yang sedang hangat dibicarakan di tengah masyarakat.
  • Tulisan hendaknya mengandung permasalahan serta solusinya.
  • Penulis hendaknya memiliki sikap atau posisi yang jelas (tidak netral)
  • Memperhatikan kaidah-kaidah penulisan yang berlaku. Pengunaan titik koma, huruf besar dan kecil mohon diperhatikan

Nah, ada beberapa alasan mengapa naskah kita tak kunjung dimuat antara lain :

  • Tema yang dibahas sudah pernah dimuat pada edisi - edisi sebelumnya
  • Tema yang diangkat bukan merupakan topik / isu hangat yang tengah didiskusikan
  • Tulisan yang dibuat bisa jadi belum memenuhi kaidah-kaidah yang ditetapkan. Oleh karenanya saya menyarankan kepada ibu dan bapak sekalian sering - seringlah membaca artikel yang pernah dimuat di koran
  • Mungkin Terlalu banyak data (statistik) yg dicantumkan
  • Data yang digunakan mungkin sudah  tidak lagi relevan atau sudah usang

Adapun beberapa langkah yang harus dilakukan sebelum kita membuat tulisan adalah :

  • Bacalah Beberapa Tulisan di Media Cetak. Agar kita memiliki bayangan tentang bentuk tulisan seperti apa yang diinginkan oleh pihak Redaktur.
  • Tentukan tema atau topik yang akan diangkat
  • Buatlah judul yang menarik
  • Pahami sistematika penulisan

Nah, ternyata begitulah seluk beluk penulisan di media cetak seperti koran dan majalah. Benar-benar di luar gambaran saya selama ini. Memang, tidak mudah untuk menembus meja redaksi sebuah koran apalagi koran ternama tingkat nasional. Banyak hal-hal yang perlu diperhatikan. Bahkan beliau menceritakan pengalaman pertamanya ketika memasukkan tulisan ke sebuah redakasi koran pada tahun 2002 dahulu.

Itupun ditolak oleh redaksi. Beliau sempat berhenti mengirim tulisan. Namun pada tahun 2013 lalu, beliau kembali mengirimkan tulisan ke redakasi koran. Tetap saja ditolak dengan berbagai alasan. Setelah tulisan beliau yang ke sepuluh, barulah tulisannya diterima dan dicetak di media cetak.

Semoga ini bisa memacu semangat kita semua untuk tidak pernah menyerah menggoda dewan redaksi sebuah koran atau majalah agar mau menerima dan menerbitkan surat cinta kita di koran atau majalahnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun