Mohon tunggu...
FF Butre
FF Butre Mohon Tunggu... profesional -

...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Sekolah Bisa Menyenangkan: Bukan Sebatas Perandaian

13 Mei 2011   07:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:46 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah Tinjauan Buku

"Totto-chan, Gadis Cilik di Jendela"

karya Tetsuko Kuroyanagi

Mari berandai-andai. Bayangkan diri Anda adalah seorang guru, mengajar di sebuah Sekolah Dasar. Setiap hari berhadapan dengan tingkah polah 'ajaib' anak-anak itu. Seorang atau beberapa orang mungkin menyibukkan dirinya dengan peralatan kelas ketika Anda memulai pelajaran, membuka-tutup laci meja, berdiri di depan jendela kelas, mengambari meja mereka, serta beragam tindakan lain yang intinya 'mengacaukan' suasana belajar yang 'seharusnya'.

Mari berandai-andai. Bayangkan diri Anda adalah seorang ibu/bapak dari seorang anak yang memililiki 'prestasi' luar biasa. Anak Anda dikeluarkan dari sekolah saat ia baru menginjak bulan-bulan pertama di kelas 1 Sekolah Dasar. Alasannya, anak Anda dianggap sebagai 'biang keladi kekacauan' suasana belajar di kelas dengan beragam polahnya.

Mari berandai-andai. Bayangkan diri Anda adalah seorang anak yang hanya ingin tahu segala hal. Memandang dunia sebagai sebuah arena yang mengasyikkan, penuh imajinasi dan hal-hal seru yang mungkin biasa atau tak menarik bagi orang dewasa. Bayangkan suatu saat, Anda (yang anak-anak itu) diminta untuk menceritakan apa saja yang ingin Anda ceritakan pada hari pertama bersekolah. Anda bisa berkisah beragam hal dengan urutan yang yang kacau, hampir selama 4 jam tanpa henti kepada seorang dewasa yang disebut seorang guru-dan Anda merasakan sangat didengarkan dengan segala kisah 'ajaib' Anda.

***

Tiga perandaian itulah yang yang menyinggahi saya, suatu pagi di akhir pekan, setelah malamnya saya menamatkan-entah yang keberapa kali-buku "Totto-chan, Gadis Cilik di Jendela". Sebuah buku yang di tulis oleh Tetsuko Kuroyanagi, si gadis cilik di jendela yang dikisahkan dalam buku itu. Tetsuko menuliskan kembali pengalamannya ketika ia menjalani kehidupan bersekolah yang menyenangkan di Tomoe Gakuen. Sekolah itu didirikan oleh Sosaku Kobayashi. Tomoe Gakuen adalah sebuah sekolah dengan gerbang yang tumbuh, mengutip ucapan Totto-chan. Ia menyebutnya begitu untuk gerbang sekolah yang terdiri atas dua pohon yang tidak terlalu tinggi namun dengan dedaunan yang hijau. Ruang-ruang kelasnya adalah hasil sulapan dari gerbong-gerbong kereta yang sudah tak terpakai.

Buku ini berkisah secara lancar tentang proses belajar di Tomoe Gakuen melalui bab-bab singkat yang menuturkan setiap tema yang merunut pada kejadian-kejadian yang berlangsung di sekolah itu. Mulai dari hari pertama kedatangan Totto-chan di Tomoe Gakuen. Hari pertama yang sekaligus hari permohonan untuk masuk ke Tomoe itu diisi dengan pertemuan Totto-chan dengan sang kepala sekolah. Pada pertemuan pertama itu, Totto-chan bercerita tentang apa saja yang dia ingat kepada Sosaku Kobayashi, sang kepala sekolah. Bukan sepuluh menit tapi hampir 4 jam lebih. Totto-chan tak henti-hentinya berkisah. Sebuah momen yang ajaib menurut Totto-chan, mengingat pengalamannya di sekolah sebelumnya, yang menganggap dirinya sebagai "pengacau". Sebuah permulaan yang sangat menyenangkan bagi Totto-chan, yang menghadirkan semangat dan rasa ingin tahunya untuk segera bersekolah di Tomoe keesokan harinya. Impresi awal ini menjadi saat penting bagi seorang anak seperti dirinya.

Bab-bab selanjutnya menuturkan tentang kejadian yang berlangsung sehari-hari di Tomoe. Saat-saat pembelajaran di kelas yang tak berlangsung seperti sekolah 'biasa' umumnya. Setiap murid di dalam kelas dibebaskan untuk belajar apa yang mereka inginkan. Mereka bisa duduk di dalam kelas di mana dan kapan saja. Pada awal jam pelajaran pertama, sang guru membuat daftar pertanyaan yang berkaitan dengan semua topik yang harus dipelajari pada hari itu. Lalu sang guru menyilahkan kepada masing-masing murid untuk memilih salah satu dari pertanyaan di daftar itu. Tentu masing-masing anak akan memilih berdasarkan kesukaan mereka. Lalu, dimulailah proses belajar hari itu dengan topik-topik yang telah dipilih masing-masing murid. Dengan metode ini, sang guru bisa mengamati bidang apa yang diminati oleh masing-masing murid dan juga memahami karakter mereka. Bukan berarti tak ada aturan, setiap topik yang dipilih harus diselesaikan.

Untuk menjamin asupan makanan yang baik untuk setiap anak, saat makan siang di Tomoe dimodifikasi dengan sangat brilian oleh kepala sekolah. Aturan bekal makan siang yang mereka bawa adalah harus terdiri dari "sesuatu yang berasal dari laut dan pengunungan". Jika seorang anak hanya membawa "sesuatu dari pengunungan" saja, maka si kepala sekolah akan menambahkan "sesuatu dari laut" ke bekal makan siang mereka. Begitu juga sebaliknya. Saat makan siang menjadi begitu menyenangkan dengan tebakan apakah makanan yang mereka bawa adalah "sesuatu dari pegunungan" atau "sesuatu dari laut". Selanjutnya, saat makan siang akan diawali dengan sebuah lagu yang dinyanyikan bersama,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun