Mohon tunggu...
bustanol arifin
bustanol arifin Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Happy Reader | Happy Writer

Tertarik Bahas Media dan Politik | Sore Hari Bahas Cinta | Sesekali Bahas Entrepreneurship

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Rindu Hoegeng dan Hatta Menjelang Pesta

5 Februari 2024   11:35 Diperbarui: 5 Februari 2024   11:35 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Komitmen dalam Aktualisasi Nilai 

Dalam tataran aktualisasi nilai-nilai kejujuran, amanah dan kesederhanaan bukanlah sesuatu yang memberatkan atau menyulitkan. Buktinya, tidak sedikit orang mampu mengintegrasikan ketiganya sekaligus mengimplementasikan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan.

Contoh konkretnya adalah Hoegeng, Lopa dan tokoh semisal lainnya. Hanya butuh komitmen dalam diri dan selanjutnya dibarengi dengan tindakan serta perbuatan nyata.

Realitasnya, integritas berserta segala bentuk sistem dan mekanisme aturannya yang tertulis, baru terpampang di altar ruangan dan sudut-sudut tempat tertentu. Belum sepenuhnya menjadi kesadaran bersama seluruh elemen bangsa, mewujud dalam sikap serta perilaku kehidupan berbangsa dan bernegara. Mungkin ada, tapi masih bersifat parsial dan temporal, memilih atau menafikan satu di antara yang tiga.

Misalnya begini, ada orang memiliki kredibilitas dan integritas tinggi dalam menjalankan tugas. Nilai kejujuran, kebenaran dan tanggungjawab moral begitu dijunjung tinggi, tidak hanya diwacanakan tapi juga diterapkan melalui sebuah sistem atau ketentuan-ketentuan lain yang disepakati.

Hukum betul-betul ditegakkan sesuai dengan prinsip keadilan. Menjauhi bahkan melarang melakukan perbuatan yang mengarah pada Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN).


Pada saat bersamaan, ia cenderung meninggalkan nilai, sikap serta perilaku hidup sederhana dalam kehidupan sehari-harinya. Lebih memilih kemewahan, memamerkan kekayaan dan menyuguhkan keglamoran.

Meski hal ini diperkenankan, dengan catatan kekayaan dan jabatannya diperoleh dengan cara yang benar. Namun, rasanya kurang elok jika perilaku demikian dipertontonkan secara vulgar di tengah kondisi masyarakat seperti sekarang.

Idealnya, integritas, kredibilitas dan proporsionalitas terintegrasi menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Sehingga lahir teladan kebaikan dan orang lain menjadi tahu bagaimana cara menunaikan tanggungjawab sebagai seorang pemimpin, memaknai serta menjalani kehidupan yang sesungguhnya.

Rakyat jadi paham bahwa jabatan dan kekuasaan adalah ladang untuk menanam sekaligus memanen kebaikan, bukan meraup keuntungan pribadi dan keluarga.

Menghadirkan Keteladanan dalam Memimpin

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun