Mohon tunggu...
Bustamin Wahid
Bustamin Wahid Mohon Tunggu... Nika

Bustamin Wahid ad/ Alumni Universitas Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Bola

Habitus Bola dan Kecerdasan Performa (Membaca Boas Salosa dan Ricky Kambuaya)

4 Januari 2022   09:29 Diperbarui: 4 Januari 2022   09:36 656
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
By. Bustamin Wahid/Mantan Pemain Bola

Kecenderungan anak-anak muda di papua begitu lekat dengan olahraga, terutama bola kaki. Bukan lelaki namanya jika belum sempat bermain bola, lekatan istilahnya ini sesungguhnya menggambarkan kelaki-lakian yang gandrum akan sepak bola. Kebanyakan anak muda hobinya bola kaki walau beberapa pemuda lain menyukai cabang olahraga lain, tapi bola kami menjadi titik perjumpaan yang menyenangkan di Papua dan bahkan belahan dunia yang lain.

Kendati bola kaki sendiri dalam catatan sejarah punya banyak versi tentang asal usul, dan beberapa negara terkemuka menulis sejarah bola kaki ini dalam dokumen sejarah dunia. Di bangsa kulit kuning  bola tak terlepas dari permainan dan ramean untuk hari-hari besar, jadi jangan heran ketika bola kaki sampai detik ini masih di rituskan dalam hari-hari besar.

Meta-analisis sosiologi kita bisa diletakkan untuk membaca bola kaki di tanah Papua, terutama sorong yang tidak punya Tim profesional sekalipun, tapi mereka punya kemewahan imajinasi dan lingkungan permainan yang bisa menggoda hati banyak orang dan disitulah anak-anak muda ini dijadikan tumpuan prestasi bangsa dan Negara. 

Makanya jangan salah dong....! Kalau Sorong adalah disebut "KOTA BAJINGGAN" dengan prestasi anak muda di dunia olahraga, gambaran ini bagian dari aktivitas pembentukan kecerdasan performa. Cerita kecerdasan Performa serasa penting mengutip tulisan Mihaly Czikszeentmihalyi (Piliang dan Audifax, 2017)  tentang "Flow" menggambarkan begitu dalam tentang bangunan psikis dan potensi yang dimiliki, hingga mereka tidak sedikit pun merasa beban atas apa yang mereka kehendaki dan itu semua mengalir tak bertepi.

Boas Salosa: Mesin Gol dan Representasi Kecerdasan 

Kita kembali ke cerita Boas Salosa (Kaka Boci), 3 tahun lalu saya menulis tentang "Boas Salosa dan Kecerdasan Bola" dalam satu bab khusus dalam buku "Kearifan Intelektual". Deskripsi sederhana tentang sosok Boas Salosa (Kaka Boci) dan bagaimana Dia mengajak tubuh dan imajinasi dalam taktik permainan, bukan sekedar kecepatan, power tapi dibutuhkan ketenangan dalam mengeksekusi bola (konversi) syuting menjadi gol. Hendak publik tahu bahwa kecepatan, power, skill dan kecerdasan dalam memberikan keputusan dan meraih kemenangan itu melekat dalam diri Boas Salosa.

Boas hari ini membaca trust yang tinggi untuk publik, dia menjadi pemimpin di lapangan. Legacy-Nya kuat dan selalu memberi pesan kepada jutaan mata penonton bahwa dia layak menyandang jendral baik club dan Tim Garuda. Sekali saya dari Aimas menuju Kota Sorong, berjumpa dengan Boas Salosa (Kaka Boci) di Kilo 12, sambil berlari "Dia"  masih sempat menyapa dengan masyarakat sekitar. Sepintas orangnya interaktif dan baik, edukasi-Nya begitu nampak sebagai seorang pesepakbola profesional.

Banyak dengar tutur dari Sofyan Saman (Sof) tentang diri Boas Salosa (Kaka Boci), rupanya Sof dan Boci adalah kawan lawas semasa SMP (teman angkatan), teman bermain dan baku sedu (bercanda) mewarnai hari-harinya, tapi Sof memilih jadi aktivis dan dosen kalau dunia sepakbola Dia hanya pencari "tetesan keringat" bahagia di dunia futsal (itu pun kalah melulu). Tapi dalam cerita Boas Salosa (Kaka Boci) senantiasa meneguhkan ingatan-ingatan sejaman-Nya, sering kali mereka berbagi rasa dengan reuni-reuni bersama.

Bagaimana prestasinya kaka Boci? Sejarah telah mencatat dengan baik, lelaki kelahiran Sorong dan berdarah Maybrat ini melimpah prestasi, tak kurang-kurangnya mempersembahkan trofi untuk klub dan Tim Nasional. Buka sekedar begitu saja prestasi personal juga ditorehkan dia sebagai top score dan pemain terbaik, saat ini dia bermain bersama BORNEO tapi sesungguhnya kaka Boci itu bukan "BORNEO, FC", tapi PERSIPURA dan DUNIA.

Muda, Tenang dan Mobail

Ucapan-ucapan diatas itu tidak lain pasti orang-orang bicara tentang Ricky Kambuaya. Lelaki tangguh lahir 25 tahun silam di Sorong Papua barat, saat ini Ricky menjadi pesona semua orang apalagi penampilanya di piala AFF 2020 kemarin. Kelincahan, ketenangan, mobilitas dalam lapangan menghantar Indonesia pada posisi kedua kasta sepakbola Asia Tenggara ini, kendati belum sampai pada level teratas. Tapi penampilan Tim Garuda (Timnas) sudah menampilkan permainan terbaik dan mampu menerangkan kepada dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun