Mohon tunggu...
BUSRA BASIR MR
BUSRA BASIR MR Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan

BUSRA BASIIR MR, S.Pd., M.Pd., Lahir di Mekkatta-Malunda, Kabupaten Majene, Provinsi Sulawesi Barat. Menamatkan Pendidikan Dasar TK dan SD di Mekkatta, serta Madrasah Tsanawiyah (MTs) di Malunda, kemudian melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Tapalang, Kabupaten Mamuju. Tahun 2007 Meraih Gelar S-1 Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah (BSID), Fakutas Bahasa dan Seni (FBS), Universitas Negeri Makassar (UNM), dan tahun 2019 Meraih Gelar Magister Pendidikan Bahasa (S-2) Pada Program Pascasarjana, Universitas Negeri Makassar (PPS-UNM). Pada saat ini Saya terdaftar sebagai guru dan Wakil Kepala Madrasah di MTs. Al-Jihad Sambabo, Kecamatan Ulumandaq-Majene, kemudian sebagai guru di SMA Negeri 2 Tapalang Kabupaten Mamuju, dan juga sebagai dosen di Universitas Al-Asyariah Mandar (UNASMAN) Sulawesi Barat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Wanita Berhijab Itu Namanya Zulaiha

29 Mei 2020   22:10 Diperbarui: 12 Juni 2020   00:00 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Debur ombak dan hamparan pasir putih masih menjadi saksi betapa cantik paras wanita berhijab itu. Yah... Namanya Zulaiha. Orang-orang di sekitarnya memanggilnya demikian. Terkenal saleha dan pekerja keras. Zulaiha tak memiliki sosial media. Wajahnya yang cantik itu tidak pernah Ia hamburkan dan pertontonkan secara gratis lewat sosial media. Tak ada status-status galau atau status-status numpang lewat. Baginya, media sosial bukan tidak baik. Tetapi menjaga privasi itu lebih baik. Zulaiha juga terkenal sebagai wanita sederhana. Ia tak pernah merias wajahnya secara berlebihan. Tak ada goresan pensil pada kedua kelopak matanya. Bibirnya tak pernah tersentuh oleh pewarna. Wajahnya, pun tak pernah dirias dengan berbagai macam produk kecantikan. Bagi Zulaiha, bersyukur merupakan cara terbaik untuk senantiasa mengagumi dan mensyukuri setiap anugerah dari-Nya. Namun, di balik kesederhanaan itu, justru banyak kaum adam yang bersimpati dan kagum kepadanya. Bahkan tidak jarang di antara mereka ada yang mengutarakan keinginan untuk meminangnya. Subhanallah... Zulaiha bukan tidak suka atau tidak senang dengan banyaknya kaum adam yang kagum dan bersimpati kepadanya. Namun, Ia tetap merasa heran bagaimana hal itu bisa terjadi. Sebab, Ia tak memiliki media sosial, nomor kontak dan lain sebagainya. Bukankah, setiap hari banyak wanita di media sosial, yang sengaja memajang foto atau gambar untuk sekadar ingin mendapatkan pujian dan like dari para penggemarnya? Bahkan tak puas dengan memajang foto dan gambar, siaran langsung berupa video pun menjadi senjata pamungkas. Zulaiha semakin bingung. Walaupun Ia kadang mengalami kebimbangan di antara sujud-sujudnya, Zulaiha tetap meyakini bahwa "Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji pula. Dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita yang baik pula." Memiliki perilaku santun dan tawadu, Zulaiha juga dikenal pandai, dan saleha. Baginya firman Tuhan adalah prinsip dan pedoman hidup yang sesungguhnya.

                 Suatu hari Zulaiha hendak melakukan perjalanan menuju Kota Mamuju bersama temannya Mukrima, untuk memenuhi kewajibannya sebagai mahasiswa semester tingkat akhir di STIE Muhammadiyah Mamuju. Keduanya sempat beristirahat di Jembatan Bolong, jembatan yang lebih banyak mengingatkan para pengguna jalan trans sulawesi pada kisah dan cerita mistiknya, namun kurang dalam mengeksplorasi kisah-kisah romantisnya. Padahal dalam mitos Masyarakat Mamuju, Jembatan Bolong dan Jembatan Putih merupakan simbol jalinan romantisme antara seorang pangeran dari Kerajaan Mamuju dan seorang putri yang berasal dari kayangan. Tanpa basa-basi Keduanya kemudian menuruni bukit untuk merasakan dinginnya air sungai Jembatan Bolong yang konon airnya berasal dari sungai Jembatan Putih. Di tengah riuh rendahnya gemercik air sungai yang mengalir tenang, tetiba dari atas jembatan, Zulaiha melihat seorang laki-laki yang berbadan tegap dan tinggi semampai hendak mengambil gambarnya dari kejauhan. Mengetahui bahwa ada laki-laki yang mencoba mengambil gambarnya dari kejauhan, Zulaiha mulai salah tingkah dan merasa tidak enak diperlakukan seperti kebanyakan teman-temannya yang senang berswafoto. Serda Yusmin, lelaki yang bertubuh kekar dan tinggi semampai itu menjadi pelaku utama pengambilan gambar tanpa seizin pemilik gambar aslinya. Serda Yusmin diketahui masih tercatat sebagai anggota TNI aktif dari kesatuan KOPASSUS yang beralamat di Cijantung Jakarta. Bermodal keahliannya dalam bidang militer, Serda Yusdin tidak kesulitan menemukan alamat orang tua Zulaiha. Di Tapalang lah, Serda Yusmin menyempatkan diri untuk beristirahat dan berkenalan langsung dengan kedua orang tua Zulaiha. Tak banyak yang Ia sampaikan. Tetapi Serda Yusmin sudah sangat yakin dengan pilihan hatinya. Serda Yusmin, kemudian menyampaikan niatnya kepada kedua orang tua Zulaiha, untuk melamarnya, dan ingin menjadikan Zulaiha menjadi pendamping hidup dan menjadi ibu yang baik bagi anak-anaknya.

                Sepulang kuliah dari Mamuju, Zulaiha dan Mukrima tak henti-hentinya bercerita di sepanjang jalan trans sulawesi. Jalan berkelok pun menjadi ajang menantang adrenalin pada setiap tarikan gas motor yang mereka kendarai. Keduanya pun sesekali berhenti menikmati durian, rambutan, langsat dan buah lainnya yang di jual di sepanjang jalan. Kabut dan embun juga senantiasa menemani keduanya meniti setiap tanjakan dan rimbunnya pohon cengkeh di sepanjang jalan yang terus berkelok. Sesekali burung-burung beterbangan dan lalulalang mengantar keduanya menikmati perjalanan Mamuju-Tapalang. Karena keasyikan di jalan, keduanya pun tidak menyadari bahwa mereka sudah sampai ke Tapalang. Takandeang, Limbeng, dan Tamao, menjadi perkampungan pertama yang menyambut kedatangan keduanya sore itu. Serang, menjadi tempat persinggahan terakhir keduanya. Sebab, di Serang lah Zulaiha dilahirkan dan beranjak menjadi wanita muslimah yang taat. Hari pun mulai gelap, senja tak lagi menampakkan kilaunya di ufuk barat. Kegiatan ibadah sungguh begitu indah dan nampak dalam berbagai aktivitas kehidupan sosial Masyarakat Serang. Mulai dari salat berjamaah sampai pada aktivitas mengaji yang menyejukkan suasana di malam hari. Sepulang dari aktivitas ibadah dan makan malam, ayah dan ibu Zulaiha pun mulai mendekatinya, dan berkata:

"Zulaiha, maafkan Kami. Tadi siang, ada seorang pemuda yang datang ke rumah dan menyampaikan niatnya untuk melamarmu Nak. Namun, karena Kami melihat ada ketulusan dan niat yang baik dari laki-laki tersebut, Kami pun menerima lamarannya. Tetapi seandainya Kamu tidak setuju dengan Kami orang tuamu, maka itu juga menjadi hakmu. Laki-laki itu namanya Yusmin. Dia seorang prajurit TNI. Menurut janjinya Dia akan kembali ke rumah bersama keluarganya, setelah pulang dari tempat penugasannya di Lebanon."

                 Mendengar apa yang disampaikan oleh kedua orang tuanya, Zulaiha bukannya marah atau kecewa, tetapi Ia meminta waktu untuk Salat Tahajud dan Salat Istikharah untuk meminta petunjuk kepada Sangpenguasa Allah Swt. Sementara di tempat yang berbeda, Serda Yusmin telah bergabung dengan pasukan perdamaian PBB dari Indonesia untuk di tugaskan di Lebanon selama satu tahun. Zulaiha dan Serda Yusmin belum pernah bertemu dalam jarak yang sangat dekat. Keduanya hanya meyakini bahwa pertemuan yang tak direncanakan tersebut, terjadi begitu cepat. Bahkan Mukrima, sahabat Zulaiha sering bercanda dengan mengatakan "Ada Cinta di Jembatan Bolong." Menjalin hubungan jarak jauh, atau yang diistilahkan anak muda zaman sekarang LDR, tidaklah mudah. Dalam setiap salatnya Zulaiha selalu memanjatkan do'a kepada Serda Yusmin, yang Ia yakini sebagai imam yang baik dalam kehidupan rumah tangganya kelak. Suatu ketika Zulaiha bermimpi bahwa Yusmin datang kepadanya sambil tersenyum dan mengatakan:

"Zulaiha ini Aku Yusmin. Aku akan selau ada untukmu, dan siap untuk menjagamu. Separuh jiwaku ada dihatimu dan separuhnya lagi ada di pundakku." 

             Zulaiha pun, tetiba terbangun dan menyadari bahwa apa yang Ia rasakan hanyalah mimpi. Mimpi bertemu dengan Serda Yusmin. Namun, Ia selalu memanjatkan do’a kepada Tuhan, agar Serda Yusmin selalu diberikan kesehatan dan keselamatan dalam setiap menjalankan tugas-tugasnya dalam misi perdamaian. Lima bulan Pasca Serda Yusmin mendatangi rumah orang tua Zulaiha di Serang, kabar tentang kehidupannya di Lebanon pun akhirnya Ia sampaikan, melalui telepon. Setidaknya, Zulaiha merasa tenang, walau pertemuan yang Ia rindukan masih harus menunggu lima bulan lagi. Sementara Serda Yusmin pun demikian. Memendam rindu dan perasaan sangat berat, tetapi bagi seorang prajurit tidak ada berat baginya jika  menjalankan misi perdamaian di Lebanon sebagai tugas negara yang dipikulnya. Kata Dilan “Kamu Jangan Rindu, Rindu Itu Berat, Biar Aku Saja.” Hari-hari Zulaiha selalu Ia habiskan untuk melantunkan ayat-ayat suci, beribadah dan menunaikan tugasnya menyelesaikan skripsi sebagai salah satu persyaratan untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi Akuntansi di kampusnya. Tidak ada waktu untuk sekadar nongkrong sebagaimana kebiasaan muda-mudi zaman sekarang.

            Sepuluh hari menjelang kepulangan Serda Yusmin ke tanah air, Ia tak lupa memberi kabar Zulaiha bahwa dirinya akan pulang ke tanah air, dan akan melangsungkan acara lamaran, sebagai wujud janji seorang laki-laki yang telah menaruh harapan kepada seorang wanita, sebagaimana lazimnya janji seorang prajurit yang pantang mundur sebelum menang. Janji seorang prajurit tidak pernah bohong, sebab di dalam darah mereka mengalir sumpah dan kesetiaan seorang prajurit. Persiapan acara lamaran pun mulai dipersiapkan oleh keluarga Zulaiha di Serang. Banyak keluarga yang telah diberitahu dan diajak untuk meramaikan acara lamaran Zulaiha dengan Serda Yusmin. Lima hari menjelang acara lamaran, tetiba kelurga Zulaiha mendapatkan kabar bahwa acara alamaran untuknya akan ditunda, sebab Serda Yusmin, termasuk dalam daftar penumpang pesawat TNI yang mengalami kecelakaan lalulintas udara di bagian Utara Mindanao Filipina.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun