Mohon tunggu...
Noni Nandini
Noni Nandini Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Lahir di Jakarta, tumbuh di Kalimantan Timur, kuliah di Yogyakarta dan Solo, kerja di Jakarta.....(Koes Plus banget yah....) hobi membaca, menulis, nonton tv dan film, berenang dan koleksi. Tertarik dengan diving (khususnya untuk hura-hura walaupun sudah kursus diving beberapa kali), sailing (walaupun kalau ikutan regatta dapet bobbi price terus), Jepang, Korea, Manga, Dorama, Film Korea dan Jepang, cerita detektif, misteri, dokumenter dan travelling (walaupun masih sebatas pulang kampung dan sekitar Jakarta).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

I'm Sailing To The Ocean

18 September 2010   15:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:08 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tinggal di kota kecil seperti Bontang, Kalimantan Timur ditambah dengan posisi di tengah hutan, membuat kami sekeluarga harus kreatif untuk menghibur diri kami.  Untungnya perusahaan tempat orang tua saya bekerja berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan fasilitas hiburan kepada karyawan dan keluarganya.  Ada kolam renang, lapangan basket dimana-mana, lapangan tenis, bilyard sampai dulu ada bioskop gratisan setiap Minggu siang dan Rabu malam.  Semua gratii...tis...tis demi kesenangan karyawan. Namun biar semua hiburan sudah digilir tetap saja, habis juga ide untuk mengisi liburan atau weekend.  Tetapi bagi saya ada satu kegiatan yang tidak pernah membuat saya bosan, yaitu sailing atau berlayar.  Seingat saya olah raga ini mulai saya dikenalkan oleh Bapak, ketika saya berumur 9-10 tahun.  Waktu itu Bapak dan Mama baru saja resmi lulus kursus sailing yang diajarkan oleh seorang ekspatriat.  Yang paling seru, ternyata sebelum lulus ada masa inisiasi oleh para senior-senior sailor.  Jangan dibayangkan bakal dibentak-bentak kayak jaman kita jadi Maba kampus.  Inisiasinya berupa sailing dengan rute yang sudah ditentukan oleh para senior.  Yang namanya inisiasi mana ada yang mudah, sssooo dengan sengaja para senior mencari rute dengan medan yang susah ditambah dengan angin yang tidak menentu. Singkat cerita Bapak dan Mama dijadikan satu tim.  Mungkin karena suami istri bisa lebih mudah kali yah kerja sama, ternyata salah besar ternyata sama-sama "hancur" kerja samanya.  Akhirnya Bapak dan Mama kesasar di daerah hutan Mangrove, terus boat yang merupakan gunakan tidak bisa bergerak karena tersangkut pasir dengan kata lain boat merka sukses karam.  Sebenarnya sih mudah saja memecahkan masalah tersebut, tinggal turun dan dorong boat menuju laut yang lebih dalam langsung deh lanjut berlayar.  Hal itu pun sudah dipikirkan oleh Bapak dan Mama namun urung dilakukan karena melihat beberapa ekor hiu kecil sedang mengelilingi boat yang ditumpangi kedua orang tua saya itu.....hehehehehehehe....berasa film Jaws gak sih???? Akhirnya mereka berdua pasrah menunggu air pasang dan angin yang cukup kuat untuk mendorong main sail.  Begitu boat bisa jalan, ternyata Mama dan Bapak sudah dicari keliling oleh speed yang berisi senior mereka.  Konon mereka kuatir banget karena sampai sore kok Mama dan Bapak belum kelihatan sampai marina.  Akhirnya boat Mama dan Bapak ditarik oleh Speed Boat tersebut dan tentu saja dinyakatan lulus walaupun menempuh masa inisiasi yang lama dari jam 9 pagi sampai jam 5 sore.  Dengan begitu Bapak dan Mama diperbolehkan mempergunakan boat yang pada saat itu hanya bisa dipinjam oleh anggota dan sudah lulus kursus sailing. Karena baru lulus, Bapak semangat sekali untuk sailing bersama kami berempat dengan usia yang tertua 10 tahun dan yang termudah masih 3 tahun.  Kelihatannya waktu Bapak ngajakin kami berempat sailing, beliau tidak memberitahu Mama, habis setelah itu seingat saya Mama agak sewot sama Bapak....hehehehehehe...standart Ibu-Ibu kalau anak-anaknya diajak yang aneh-aneh sama Bapaknya. Untuk pertama kali sailing Bapak mengenalkan boat yang akan kami gunakan yaitu jenis Hobie Fleet 132.  Jenis ini menggunakan dua hole yang panjang sekitar 3-4 m dengan dihubungkan dengan palang sebagai tempat crew, dua layar satu layar kecil bernama Jib yang tingginya 2 -3 m dan yang besar bernama Main Sail yang tingginya sekita 18 meter dan dua Rider atau ekor yang berfungsi sebagai setir.  Sedangkan untuk tempat crewnya, ada kain kanvas yang kedap air dengan lebar kira-kira 1m X 1,5 m.  Setiap crew yang akan menggunakan boat harus memakai life jacket sebagai persyaratan safety yang harus dipenuhi. Setelah Bapak, memasang semua layar Jib dan Main sail berangkat kami berlima untuk sailing.  Bisa dibayangkan 5 orang terdiri dari satu orang dewasa, 1 anak umur 10 tahun, 1 anak umur 9 tahun, 1 anak umur 6 tahun dan 1 anak umur 3 tahun menempati boat yang kecil.  Dasar memang turunan nenek moyang pelaut, kami berempat cepat belajar memposisikan diri kami agar boat kami dapat belayar dengan baik.  Saat itu Bapak mengajarkan kalau angin dari kanan, makan semua layar harus dikiri dan itu itu berarti posisi crew harus lebih ke kanan untuk menyeimbangkan boat.  Jika berbelok melawan arah angin maka kami semua harus secepat kilat merubah posisi kami dan juga memperbaiki posisi jib, sambil kami harus tetap merunduk agar tidak terkena palang main sail yang berpindah.  Sedangkan jika berbelok dengan mengikuti angin, kami harus tetap harus berusaha menyeimbangkan boat agar tidak terbawa angin yang hasilnya boat akan terbalik.  Sedangkan Bapak bertindak sebagai Captain yang memegang kendalai dan meneriakan perintah-perintah yang harus kami ikuti khususnya ketika arah angin berganti dan boat akan berbelok.  Berasa kayak main bajak laut dengan Bapak sebagai Kapten Hook-nya....hehehehehe... Dari kami berempat, saya sudah melihat bahwa kakak dan adik saya Cali sepertinya sudah tertarik dengan sailing.  Kakak saya pasti merepet kalau kami tidak cukup cepat berpindah yang mengakibatkan boat tidak bergerak, atau jika pita yang ada di main sail tidak berkibar lurus yang berarti main sail kami tidak maksimal menangkap angin.  Entah kenapa waktu itu saya merasa gak enak kalau tidak mengikuti omelan kakak saya, tetapi kalau sekarang saya pikir lagi, buat apa sailing ngebut lha wong kelihatan sekali sama Bapak, tali-tali main sail dan jib dilonggarkan agar boat berjalan lambat selain karena salah satu penumpangnya masih berumur 3 tahun dan belum bisa berenang, juga agar kami bisa berenang di bawah boat.  Memang kakak saya tidak mengerti arti bersenang-senang......hehehehehehehehe....tapi biar begitu pas SMA, dia menjadi atlit sailing mewakili perusahaan dalam sebuah pertandingan antar perusahaan tambang seluruh Indonesia. Sejak itu kami sering sailing dan tentu saja bersama Mama.  Cuma kalau sama Mama suka banyak larangannya....hehehehehe....sekali lagi standart Ibu-Ibu.....hehehehehehe....namun lama-lama kelihatannya Mama juga menikmati dan jadi kurang deh omelannya. Sampai sekarang yang masih membuat bingung, adik bungsu saya yang saat itu berumur 3 tahun tidak pernah kelihatan takut sama sekali padahal belum bisa berenang cuma berbekal life jacket kecil berwarna kuning.  Malah kayaknya menikmati.  Lucunya kalau di kolam renang, dia suka nangis ketakutan yang akhirnya membuat dia terlambat belajar berenang. Walaupun kami tidak melakukannya setiap hari Minggu, namun sampai umur saya 11 tahun sailing merupakan acara keluarga yang menyenangkan.  Hingga pada suautu hari orang tua saya didatangi oleh pengurus marina/boat house, sejak itu kami tidak pernah melakukannya lagi.  Ternyata selama ini orang tua saya suka "tidak sengaja" melupakan peraturan bahwa anak dibawah 12 tahun tidak boleh ikutan sailing demi safety.......hahahahahahahahaha......sehingga akhirnya dengan terpaksa orang tua saya sampai harus diberitahukan secara langsung.......hehehehehehe....sebenarnya kedua orang tua saya buka tipe orang yang suka melanggar peraturan apalagi peraturan perusahaan yang amat sangat ketat, namun mungkin karena ketika sailing itu kami berempat kelihatan kompak dan setelahnya wajah kami kelihatan puas maka orang tua saya tidak tega untuk mematuhi peraturan tersebut. Akhirnya "karir" sailing saya dan kedua adik saya berhenti sementara.  Sedangkan kakak saya terus berlanjut karena umurnya mencukupi untuk ikut kursus sailing dan terus melaju menjadi atlit sailing lokal yang cukup berbakat.  Tahun berikutnya saya mengikuti jejak kakak saya ikut kursus sailing.  Terus diikuti oleh kedua adik saya ketika mereka sudah memenuhi persyaratan umur.  Namun entah kenapa perasaan saya tentang sailing sudah berubah karena walaupun kami mempunyai ijazah sailing namun kami sudah tidak pernah sailing sekeluarga satu boat lagi.  Mungkin karena waktu, kesempatan dan tentu saja ukuran tubuh kami yang semakin bertambah besar mana muat......hehehehehehehehe..... "We are sailing, we are sailing, home again 'cross the sea. We are sailing stormy waters, to be near you, to be free. Oh Lord, to be near you, to be free. Oh Lord, to be near you, to be free, Oh Lord."  Rod Stewart - sailing Sumber gambar : anas-post.blogspot.com dan xsracing.org

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun