Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Seni Reog Dahulu, Sekarang, dan Masa Datang

11 Desember 2012   13:37 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:50 1722
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

penari jathilan dan reyog

Sejarah reyog pada awalnya didominasi oleh penari laki-laki bahkan tidak ada penari perempuan,  sampai sekitar era tahun 80-an masih didominasi penari laki-laki, namun sekitar tahun 85-an penari jathil laki-laki bergeser pada penari perempuan.

Sejarah kelam dimana penari jathilan laki-laki identik dengan 'gemblak' dimana mirip homoseksual, di mana penari jathilan laki-laki itu dijadikan 'peliharaan' orang kaya atau warok pada jaman tahun-tahun tersebut dengan alasan tertentu, gemblakan tersebut adalah anak laki-laki usia 8-14 tahun yang tampan daan terawat, yang selain menari jathilan juga dijadikan 'budak sex sesama jenis' oleh pemeliharanya. Anak  tersebut dipelihara dengan modus kalau jaman sekarang seperti anak asuh yang di sekolahkan bahkan cinta majikan melebihi cintanya kepada anak-istrinya.

Namun di sekitar tahun 85-an perlahan perilaku memelihara gemblag mulai luntur seiring dengan digantikannya penari jathilan dengan penari perempuan. Gadis seusia SD dan SMP nan dulu yang jadi penari, namun sekarang malah didominasi gadis SMA-an. Perkembangan reyog semakin pesat dengan hilangnya embel-embel 'budak homosexual' dengan tergantinya penari laki-laki.

1355136998169421241
1355136998169421241
jathilan perempuan

Namun persoalan tidak berhenti begitu saja, sekarang lebel penari jathilan adalah perempuan 'nakal' mulai berhembus. Sehingga banyak orang tua yang tidak merelakan anak perempuanya menjadi penari jathilan. Penari jathil perempuan dituntut berani, menarik, dan tentunya cantik.

13551370851857700747
13551370851857700747
lenggak-lenggok tubuh jathilan

Tidak berlebihan ketakutan tersebut karena seni reyog masih identik demgan tarian rakyat masal dimana penonton bisa lansung berinteraksi dengan sangat dekatnya dengan penari, seringkali tangan tangan jahil penonton seenaknya mencolak-colek penari, apalagi aroma minuman beralkohol sering kali di sediakan pada waktu acara.

1355137142860397735
1355137142860397735
gemulai penari jathilan

Upaya pemerintah daerah untuk melestarikan serta membudayakan seni reyog benar-benar diacungi jempol, mulai tingkat TK sampai Perguruan Tinggi merupakan kegiatan extra kokulikler wajib. Yang semula reyog  merupakan seni jalanan bergeser menjadi seni panggung bahkan seni festival. Mulai festifa, setingkat pelajar, lokal, nasional, bahkan seringkali pada waktu festival tahunan ada peserta dari luar negeri. Seni reyog naik kelas meski di daerah pedesaan atau kecamatan masih menjadi seni jalanan, ini pekerjaan rumah bagi pengelola seni di daerah agar reyog bisa diterima siapa saja.

1355137207171044068
1355137207171044068
tak harus cantik namun harus lentur

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun