Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Menaklukan Negeri "Atas" Bersama Datsun Go+ Panca (1)

12 Januari 2016   00:39 Diperbarui: 15 Januari 2016   17:23 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jujur saya belum familier dengan mobil baru keluaran Datsun ini, meski begitu nama besar Datsun sudah saya kenal sedari kecil. Dimana di daerah kami yang pegunungan diperbatasan Ponorogo-Pacitan mobil Datsun pik-up bak terbuka menjadi andalan dan tumpuan warga. Entah ada hubungannya dengan mobil Datsun Go+ Panca ini atau ndak saya belum sempat bertanya ketika mau berangkat ke Bandara Juanda.

Sebelumnya yang saya tahu tentang Datsun hanyalah Datsun pik-up yang saban hari ketika saya SMP tahun 90-an. Dulu mobil pik-up tersebut menjadi angkutan pelajar, para pelajar bergelantungan di bak belakang yang diberi semacam pagar seperti mobil datsun pik-up (foto bawah). Para pelajar perempuan di tengah dan para pelajar lelaki bergelantungan di samping dan belakang. Sekali angkut bisa mengangkut pelajar SMP dan SMA sekitar 25-30 an, kesemuanya berdiri karena tidak disediakan tempat duduk. Setiap anak membayar membayar 50 rupiah jaman segitu, pulang pergi 100 rupiah, jaman segitu bensin masih seharga 400-an rupiah.

Selain pelajar, pik-up tersebut sebagai angkutan barang dagangan ke pasar-pasar di Ponorogo. Bahkan para pedagang kain dan pakaian yang berkeliling dari pasar ke pasar masih mengandalkan kendaraan ini, seperti gambar di bawah ini yang saya potret di pasar Songgolangit Ponorogo ketika mau berangkat ke Kalimantan kemarin. Para pedagang pakaian tersebut mengemas dagangannya dengan anyaman bambu ukuran 1 meteran yang dilapisi dengan karung goni yang lebih sering mereka sebut bedag.

Bedag-bedag tersebut mereka tumpuk di bak belakang Datsun pikup sampai batas kabin depan, sementara para ibu-ibu pedagang pakaian intu duduk diatas bedag dengan santainya saban hari. Mereka berangkat sehabis subuh dan pulang menjelang jam 1 siang. Mereka berkeliling setiap pasaran (hari pasaran) ke pasar-pasar di daerah Ponorogo yang kebanyakan pegunungan. Luar biasa pik-up yang lebih tua daripada umur saya tersebut masih nggenthirit (melaju kencang) menapaki jalanan yang turun naik di daerah Ponorogo dan Pacitan. Sepulang dari kalimantan insyaalloh akan saya tunjukan poto ketika para ibu-ibu tersebut duduk diatas dagangan yang setinggi kabin.

 

Sepanjang perjalanan dari Ponorogo-Surabaya dan Surabaya ke Samarinda saya berharap semoga ketangguhan Datsun Go+ Panca setangguh dengan Datsun pik-up yang saban hari menjadi andalan para pedagang pakaian di Ponorogo.

Lebih ngeri lagi ketika dikasih tahu oleh pedagang nasi goreng di depan hotel tempat kami menginap di Balikpapan, katanya jalannya mengerikan.

"Kalau ke Samarinda dan Berau itu ke atas mas, mas harus waspada, semakin ke utara semakin atas mas...." katanya pada waktu kami makan sore di lapaknya.

Semalaman saya tidak bisa tidur terlebih mas para pegawai hotel juga mengatakan hal yang sama, semakin utara semakin atas, dan semakin ke selatan semakin bawah, katanya.

Menjelang subuh mas Eka yang berasal dari Banjarmasin menjelaskan pada saya, maksudnya semakin utara semakin ats itu berdasarkan peta, berdasarka atlas. Sambil menunjukin peta pulau Kalimantan mas Eka menempelkannya pada dinding.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun