Mohon tunggu...
Nanang Diyanto
Nanang Diyanto Mohon Tunggu... Perawat - Travelling

Perawat yang seneng berkeliling disela rutinitas kerjanya, seneng njepret, seneng kuliner, seneng budaya, seneng landscape, seneng candid, seneng ngampret, seneng dolan ke pesantren tapi bukan santri meski sering mengaku santri wakakakakaka

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Malamku Tak Seindah Malammu, Srie....

14 Mei 2012   11:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:18 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_177075" align="aligncenter" width="512" caption="Mengamen ; Nanang Doc"][/caption]

Kepergian Srie.. begitu terasa, tak hanya membuatku syok tapi membuat sekolah kedua anakku berantakan.

Keseharian ku sebagai buruh tani tak cukup untuk menutup semua kebutuhan keluargaku sehari-hari, si sulung yang duduk di bangku SMP tiap hari butuh 10 ribu buat transport dan jajan di sekolah dan si kecil yang masih duduk di SD tak kurang 5 ribu sehari.

Bermodal gitar tua yang kubeli di loakan kuberanikan mengais rejeki di malam hari, tak peduli kata tetangga maupun keluarga dari mertua. Asal halal semua kupersembahkan buat anak-anakku.

Seharian aku bekerja di sawah atau ladang dengan bayaran pas-pasan, sedangkan malamnya aku mengamen sepanjang jalan Bathoro Katong, dari angkringan satu ke angkringan yang lain. Karena hampir puluhan bahkan bisa menembus angka 50-an waung akringan yang jadi tongkrongan sepanjang jalan ini.

[caption id="attachment_177080" align="aligncenter" width="512" caption="Dari angkring ke angkring; Nanang Doc"]

13369909411003339492
13369909411003339492
[/caption]

Bakatku jaman muda dulu ku asah lagi, sambil bekerja di siang hari aku rerengengan itung-itung berlatih pentas malamnya [ngamen]. Awalnya malu-malu namun untuk kali pertama mendapat uang 50 ribu adalah hal yang sangat luar biasa, sama saja aku mencangkul sawah satu petak selama 3 hari. Dan hal inilah yang membuatku keranjingan. Aku cuma bisa membawakan lagu-lagu jawa campursari tak bisa yang lain, kalaupun ada cuma lagu kenangan jaman dulu. Tapi hal inilah yang menjadi andalanku karena rata-rata usia yang cangkrukan di angkringan adalah bapak-bapak usia baya. namun tak jarang di daerha kampus [ujung timur] daerahnya mahasiswa dan pelajar yang juga menyukai lagu-lagu campur sari yang aku bawakan. Sampai-sampai anak-anak sekolah ini membawa tipung sendiri dan ikut ramai-ramai nyanyi sambil menari-nari yang semakin membuat heboh suasana malam.

[caption id="attachment_177081" align="aligncenter" width="384" caption="aku dan gitar tua-ku ; Nanang Doc"]

13369913871068160972
13369913871068160972
[/caption] Dan angkringan yang aku singgahi untuk mengamen merasa senang, dengan kedatanganku pelanggan yang sedang di angkringan ikut terhibur. Dan tentunya pendapatannya ikut bertambah karena pembeli semakin lama nongkrong. Dan jarang pula si pemilik angkring memberikan kopi gratis dan jajanan gratis, ibarat hubungan saling menguntungkan mungkin. Dan mereka merasa tidak saya rugikan. [caption id="attachment_177082" align="aligncenter" width="512" caption="Warung Kopi mbah Tekluk ; Nanang Doc"]
13369918421464862572
13369918421464862572
[/caption]

[caption id="attachment_177083" align="aligncenter" width="512" caption="Jajanan teman Kopi; Nanang Doc"]

13369920672105308800
13369920672105308800
[/caption] [caption id="attachment_177084" align="aligncenter" width="512" caption="Jadah bakar ; nanang doc"]
13369921571133528053
13369921571133528053
[/caption] [caption id="attachment_177085" align="aligncenter" width="512" caption="tahu bakar; nanang doc"]
1336992209603470771
1336992209603470771
[/caption]

Dan di perempatan ini langkahku berakhir, dan karena aku harus segera kembali supaya jalanku tidak terlalu jauh dari titik pertamaku mulai mengamen.

[caption id="attachment_177086" align="aligncenter" width="384" caption="Tugu Adipura Sekuat Mentalku; nanang doc"]

133699237288556627
133699237288556627
[/caption] Sebelum pulang kusempatkan istirahat sambil menghitung hasil kerjaku, dan kusisihkan barang sedikit aku masukkan ke kotak amal di masjid ini. Sembari berwudlu kutanaikan sholat malam dan segera pulang. Karena kedua anakku sudah menunggu kedatanganku. [caption id="attachment_177087" align="aligncenter" width="512" caption="Masjid Tjokronegoro; nanang doc"]
13369937861232545030
13369937861232545030
[/caption] Dan lagu campur sari ini menjadi andalanku untuk mengenang kepergian Srie...
Lirik Minggat Sri, kapan kowe bali Kowe lungo ora pamit aku Jarene neng pasar, pamit tuku trasi Nganti saiki kowe durung bali [Reff:] Sri, opo kowe lali Janjine sehidup semati Aku ora nyono kowe arep lungo Loro atiku, atiku loro Ndang balio.. Sri Ndang balio…o Aku loro mikir kowe ono ning endi Ndang balio.. Sri Ndang balio.. o Tego temen kowe minggat ninggal aku Yen pancene Sri kowe eling aku Ndang balio Aku kangen setengah mati (Sri kowe nong endi to Sri? ndang balio to Sri aku kangenn…. banget) [kembali ke Reff:]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun