Upaya untuk mengajarkan keterampilan intelektual secara langsung pasti gagal, karena setiap anak harus mengembangkannya dengan caranya sendiri, melalui kegiatan yang diprakarsai sendiri. Tetapi orang dewasa dapat memengaruhi perkembangan itu melalui lingkungan yang mereka sediakan.Â
Anak-anak tumbuh dalam lingkungan literasi membaca dan berhitung, misalnya --- seperti lingkungan tempat mereka sering membaca dan melihat orang lain membaca, di mana mereka bermain game yang melibatkan angka, di mana segala sesuatu diukur dan tindakan memiliki makna --- akan memperoleh, dengan cara mereka sendiri, pemahaman tentang tujuan membaca dan makna dasar dan tujuan angka. (Peter Gray - How Early Academic Training Retards Intellectual Development)
Nah, sekolah semestinya mampu menghadirkan suasana yang dapat memberikan keseimbangan antara peroses kegiatan akademik, dengan peta keterampilan intelektual setiap anak.
Kemudian suasana lingkungan sekolah diciptakan dengan kultur kekeluargaan, antara para peserta didik, dengan tenaga pendidik, dan orang-orang yang terlibat di dalam lembaga sekolah. Karena tentunya apa yang dialami anak setiap hari di sekolah merupakan siklus yang membentuk cara berpikir anak. Sebagaimana siklus yang dijalani anak di rumahnya masing-masing.
Membangun sekolah yang "homey" artinya menjadikan lingkungan sekolah, mulai dari pintu kedatangan anak, ruang-ruang kelas, area bermain bebas, ruang kantor dan koridor menjadi tempat yang nyaman bagi setiap anak, menjadi lingkungan yang aman bagi pertumbuhan fisik dan psikis anak. Dari situlah anak-anak murid belajar pengetahuan sekaligus kebijaksanaan dari individu teman sebaya, dan orang dewasa.
Di antara hal-hal yang mendukung sekolah yang "homey", yaitu konsep pendidikan yang membebaskan setiap anak untuk berekspresi, setiap sudut lingkungan sekolah adalah tempat yang aman bagi diri mereka. Setiap komunikasi melahirkan cinta dan kasih sayang, penghargaan dan pujian, bukan tekanan dan kemarahan, atau perasaan stress dan kompetisi kemampuan.
Sekolah adalah tempat terbaik untuk belajar bagaimana memperbaiki kesalahan, cara terbaik untuk belajar memaafkan dan tempat terbaik untuk belajar kebahagiaan.Â
Setiap guru adalah orangtua bagi anak-anak yang mencontohkan menjalani kehidupan dengan kebaikan. Mereka menjadi keluarga layaknya di rumah dalam hal menuntun mengembangkan kemampuan setiap individu, dan bekerja secara bersama untuk mencapai keberhasikan mereka.Â
Di sekolah, anak akan merasa nyaman tanpa takut bertindak salah dalam belajar sebuah keterampilan atau mendalami pengetahuan, maka akan jauh dari segala bentuk perilaku dan emosi negatif, dan pada saat itulah mereka memiliki kemampuan untuk memperoleh apa yang diajarkan kepada mereka dengan cara yang sangat efektif.
Sekolah adalah tempat terbaik untuk merawat kepribadian, untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan. Tempat setiap anak mampu tumbuh menjadi dirinya dan belajar kebijaksanaan. [BungRam]