Penulis: Vina Dwiayu Wardhani  (NPM: 2424011006) dan Darwin H. Pangaribuan (NIDN 0013016302), Mahasiswa Pascasarjana dan Dosen Jurusan Agronomi Hortikultura, Fakultas Pertanian Universitas Lampung
"Pengoptimalan pascapanen kacang panjang menjadi solusi untuk mengurangi kerugian ekonomi dan memenuhi permintaan pasar"
PENDAHULUANÂ
 Kacang panjang (Vigna unguiculata subsp. sesquipedalis) merupakan komoditas pertanian strategis di daerah tropis. Namun, produksi kacang panjang rentan mengalami degradasi kualitas pascapanen karena aktivitas enzimatis dan kehilangan air. Studi oleh Azizan et al. (2021) menyebutkan bahwa 25--35% hasil panen kacang panjang mengalami kerusakan fisik dan kimiawi dalam 7 hari. Faktor utama penyusutan tersebut meliputi respirasi tinggi dan ketidakstabilan suhu penyimpanan (Mditshwa et al., 2019).
Aspek pascapanen pada komoditas kacang panjang sangat menentukan keberhasilan rantai pasok dari petani sampai konsumen. Kerusakan pascapanen seperti layu dan perubahan warna mengurangi daya jual sebesar 40--50% di pasar tradisional (Samsudin et al., 2020). Kehilangan air dan aktivitas enzim polifenol oksidase menjadi faktor dominan penurunan kualitas (Kusumaningrum et al., 2021). Tanpa penanganan yang tepat, umur simpan kacang panjang hanya bertahan 3--5 hari pada suhu ruang (Nugraha et al., 2022). Oleh karena itu, pengoptimalan pascapanen kacang panjang menjadi solusi untuk mengurangi kerugian ekonomi dan memenuhi permintaan pasar.
PENYIMPANAN UNTUK KESEGARANÂ
Penyimpanan suhu 10--12C menekan laju respirasi kacang panjang hingga 50% (Pervin et al., 2018), sehingga memperlambat proses layu dan perubahan warna. Kombinasi dengan kelembaban 85--90% mengurangi penguapan air sebesar 20--25% (Szeto et al., 2018) serta mempertahankan tekstur renyah selama 10--14 hari. Implementasi cold storage portabel di sentra produksi Jawa Tengah meningkatkan daya simpan dari 5 hari menjadi 14 hari (Nugraheni et al., 2020). Konsistensi suhu dan kelembaban menjadi kunci utama dalam mencegah kerusakan enzimatis dan mikroba.
Pengaturan sirkulasi udara dalam ruang penyimpanan dapat mencegah akumulasi etilen dan kelembapan berlebih (Pervin et al., 2018). Rak berlubang berbahan bambu meningkatkan aliran udara hingga 30% dibanding penyimpanan konvensional (Nugraheni et al., 2020). Teknik ini menurunkan risiko kontaminasi jamur Aspergillus sebesar 40% pada kacang panjang (Szeto et al., 2018). Desain rak sederhana ini cocok untuk petani skala kecil dengan biaya produksi di bawah Rp200.000.
Pendinginan cepat (pre-cooling) setelah panen menurunkan suhu kacang panjang dari 30C ke 12C dalam 30 menit (Szeto et al., 2018). Metode ini mengurangi aktivitas enzim pencoklatan sebesar 40% dan kerusakan mekanis selama transportasi (Nugraheni et al., 2020). Petani di Lampung biasanya menggunakan ember berisi air es untuk pre-cooling dengan biaya hanya Rp50.000 per musim (Pervin et al., 2018). Efisiensi waktu dan biaya menjadikan teknik ini layak diadopsi secara luas.
Integrasi teknologi IoT dalam sistem penyimpanan memantau suhu dan kelembaban secara real-time (Nugraheni et al., 2020). Sensor digital mengirim notifikasi ke ponsel jika parameter lingkungan melebihi batas aman (Szeto et al., 2018). Petani di Yogyakarta melaporkan penurunan kerugian pascapanen dari 30% menjadi 10% setelah menggunakan alat ini (Pervin et al., 2018). Transformasi digital memperkuat ketahanan rantai pasok kacang panjang di era modern.
INOVASI PENGEMASAN PASCAPANENÂ