Desa Kedungpeluk, Kecamatan Candi, Kabupaten Sidoarjo terletak di daerah pesisir di Timur Pulau Jawa. Desa ini memiliki potensi besar dalam sektor perikanan dan pertambakan. Masyarakat desa secara turun-temurun telah mengandalkan laut dan tambak sebagai sumber mata pencaharian utama. Mereka menangkap ikan di perairan sekitar desa dan juga membudidayakan berbagai spesies ikan seperti udang, bandeng, kerapu, dan nila di tambak.
Permintaan ikan yang semakin meningkat membuat industri perikanan di Kedungpeluk menciptakan produk olahan sesuai dengan permintaan konsumen. Hal ini membuat limbah produksi yang dihasilkan jika tidak diolah dengan baik akan menjadi sumber pencemaran.
Sehingga Limbah yang biasanya hanya dibuang oleh warga, kini bisa dimanfaatkan serta mejadi pemasukan baru untuk warga disana. Zero waste yang dimana seluruh bagian dapat digunakan dengan baik serta bahan yang digunakan untuk pengolahan juga akan di inovasikan menjadi produk yang baru dan belum pernah dilakukan dengan warga sebelumnya. Hal ini akan menunjang lingkungan yang lebih aman dan bersih bagi warga serta dengan lingkungan yang bersih ini dapat meningkatkan kesadaran warga bahwa pentingnya menjaga lingkungan serta menambah pengetahuan tentang memanfaatkan limbah
"Masalah yang saya temui di Desa Kedung Peluk adalah tingginya pengeluaran Petani Tambak untuk pakan ikan, serta minimnya pengetahuan cara membuat laporan keuangan"
Pelatihan ini dilakukan dengan memanfaatkan limbah ikan pasca produksi untuk di olah menjadi pakan/tepung ikan sehingga dapat meminimalkan pengeluaran petani tambak dalam biaya pakan, dengan memanfaatkan limbah.
“Limbah filet berupa kepala, tulang, dan sisa daging ikan sebelum dijadikan tepung ikan melalui proses perebusan penjemuran dan penggilingan menjadi tepung ikan,” tambahnya. Bahan tambahan lainnya juga seperti bekatul, ampas tahu, tepung jagung, tepung kedelai, tepung tapioka maupun suplemen yang dapat memberikan nutrisi dan kandungan protein, lemak, maupun karbohidrat.
Ongkos produksi industri peternakan ikan dunia dalam beberapa tahun terakhir meningkat. Penyumbang terbesar kenaikan adalah komponen harga pakan. Sehingga untuk tetap survive, industri peternakan perlu memasang strategi penghematan biaya pakan.
Peter van Horne, analis ekonomi peternakan unggas Universitas Riset Wageningen, Belanda dalam satu tulisan di majalah "World Poultry" menggambarkan bahwa secara global, pangsa biaya pakan dalam keseluruhan ongkos produksi peternakan unggas belakangan ini mencatat kenaikan tajam. Pada tahun 2012 sudah mencapai 70% dibanding 65% pada tahun 2010.
Menghadapi masalah biaya produksi yang semakin tinggi maka industri peternakan Ikan dan pihak terkait khususnya dunia tambak tidak menyerah begitu saja. Beragam upaya telah dilakukan untuk menekan biaya, termasuk khususnya mengenai komponen pakan. Di antaranya sebagaimana dipaparkan oleh seorang pakar budidaya di Kairo, Mesir, Dr. Salah H. Esmail, juga dalam "World Poultry".
Dikemukakan, strategi dan manajemen pakan dapat membantu mengurangi biaya pakan sehingga dapat memperbaiki efisiensi produksi dan laba usaha peternakan. Di antara langkah-langkah strategis yang sudah dan sedang dikembangkan dewasa ini adalah menghemat biaya pakan terutama melalui optimasi pemberian pakan, substitusi bahan, suplementasi, serta mencegah kehilangan atau terbuangnya pakan secara percuma. Cara-cara yang dikembangkan meliputi manajemen pemberian pakan, manipulasi ramuan pakan, mencegah hama dan mikroba perusak, pemberian suplemen enzim, perbaikan citarasa pakan, dsb.