Mohon tunggu...
Bung Amas
Bung Amas Mohon Tunggu... Jurnalis - Literasi Sampai Mati

Pegiat Literasi dan penikmat buku politik

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Prabowo Ganjar Redakan Turbulensi Politik?

18 Februari 2023   15:31 Diperbarui: 18 Februari 2023   16:30 498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kolase Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto yang punya hasil survei imbang capres 2024 dari hasil survei Litbang Kompas. (Sumber: Tribun Manado via kompas.tv)

KALAU didiagnosis tubuh besar politik kita di Indonesia, penuh dengan ragam friksi atau sekat pertentangan. Ada geng partai politik, geng para purnawirawan Jenderal (TNI/POLRI), geng pengusaha, geng kampus (almamater), dan fariabel lainnya. Tidak mudah menyatukan itu. Mimpi kita untuk menciptakan koalisi raksasa, tidak mudah terealisasi.

Bagaimana jika Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo melakukan koalisi dalam Pilpres 2024?, mungkinkan kemenangan berada di tangan mereka?. Apakah dengan menyatunya kubu politik yang sebelumnya bertikai itu membuat kekuatan masing-masing pihak solid? 

Belum tentu juga. Praktek politik selalu memberi ruang probabilitas. Kalau kita mengajak simulasi pasangan calon berdasarkan hasil tertinggi survei, yakni Ganjar, Prabowo, dan Anis, atau Prabowo, Ganjar, dan Anies, maka sukar rasanya menyatuhkan tiga kekuatan ini.

Banyak pihak tentu tak mau Pilpres 2024 berjalan terlalu lama, berlarut-larut sehingga menghendaki dua pasangan calon Presiden saja, mereka cenderung mengusung sosok Prabowo - Ganjar menyatu. Dan dalam kesimpulan mereka, akan menang. Bagi saya, dalam politik selalu ada kejutan. Hal yang dianggap secara rasional tidak lagis, bisa menjadi logis.

Prabowo - Ganjar mengkonstruksikan kekuatannya secara rapi jika mau menang. Baik Prabowo maupun Ganjar harus mengajak komunikasi Erick Thohir dan Sandiaga Salahuddin Uno untuk bersama dalam satu gerbong.

Dalam anatomi politik kita, ada yang disebut koalisi dan oposisi. Mereka bekerja sesuai kepentingan politik masing-masing. Semua tengah menyiapkan skanario menang, sehingga isu dibuat dan dilemparkan ke publik. Ya, tujuannya menarik simpati, membuat mereka mendapat berkah secara elektoral.

Akan terjadi turbulensi politik yang hebat jika antara Presiden Jokowi dan Ketum DPP PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri tidak mendapat titik temu perkawinan kepentingan. Secara kasat mata, publik mulai menangkan Prabowo, Ganjar, dan Erick Thohir merupakan jelmaan Presiden Jokowi.

Tentu di balik barisan tiga nama tersebut ada LBP atau Luhut Binsar Panjaitan. Mega akan menunjukkan kekuatannya manakala Jokowi ngotot mengusung jagoannya Prabowo, Ganjar, atau Erick. Situasi gejolak kepentingan politik ini akan dimanfaatkan pihak lawan. Kalau tak ada solusinya, Anies Baswedan pasti melenggang mulus.

Tidak bisa dipungkiri, perang kepentingan di internal sirkel Jokowi dan Megawati sedang berlangsung. Pihak Megawati, dari cerita warung kopi ke warung kopi telah beredar isu mereka yang menguasai penyelenggara Pemilu.

Hal itu pasti menjadi modal amat penting. Sudah menjadi rahasia umum bahwa politisi atau partai politik yang mengendalikan penyelenggara Pemilu pasti menang banyak. Sementara dari sisi Jokowi, mengendalikan institusi "struktur" pemerintahan ada ditangannya. Keduanya punya kekuatan masing-masing.

PDI Perjuangan merasa lebih unggul (punya nilai lebih), karena pimpin Lembaga DPR RI, dipegangnya. Fraksi PDI Perjuangan menjadi Fraksi besar di Gedung Senayan. Ketika tak ada titik temu, Megawati bisa saja bermanuver di DPR RI. Membuat gerakan, menggerogoti, meneror Jokowi dalam konteks mengamankan kepentingan politik.

Makin menarik, ruang pertikaian ini akan dimanfaatkan lawan Jokowi dan lawannya Megawati. Partai besar seperti Golkar, Gerindra, dan NasDem, termasuk PKS, juga Demokrat diuntungkan kalau situasi itu terjadi. Kita tahu perundingan bargaining politik sedang jalan saat ini.

Pada konteks berbeda, lawan politik Jokowi dan Megawati tentu mendoakan agar situasi hubungan mereka tidak kondusif. Biar pertentangan kepentingan terus dipelihara, sehingga fokus untuk memenangkan Pilpres dan Pemilu 2024 tidak berjalan dengan maksimal.

Akan lemah bila terbangun koalisi Prabowo - Ganjar, lalu Erick, Sandiaga, dan Puan Maharani tidak all-out bekerja dalam tim tersebut. Ketika Pilpres 2024 hanya menetapkan dua pasangan calon (Prabowo - Ganjar Vs Anies - Khofifah), maka Prabowo Ganjar dipastikan melemah.

Karena bagaimanapun sekarang ini pemilih Prabowo maupun Ganjar digabungkan masih tidak signifikan. Belum lagi pemilih Ganjar tergerus ketika ia tidak disupport PDI Perjuangan. Yang kuat itu kalau Prabowo dipaketkan dengan Erick Thohir. Berbeda misalnya ada tiga paket koalisi, relasi kepentingan akan lebih dinamis. Pertempuran politik tidak terlalu ketat.

Tiga poros jikapun tercipta, yakni Prabowo - Ganjar, Anies - Khofifah, lalu Puan - Erick maka semakin terbuka ruang kompetisi tersebut. Posisi Puan dan Erick bisa menang, karena kedua pasangan calon (Prabowo, atau Anies) telah ditempatkan begitu kuat.

Karena kita tahu di dalam politik sesuatu yang sedari awal sudah diidentikkan kuat, maka itu mengundang musuh bersama. Dan yang menang akhirnya adalah kuda hitam. Puan - Erick akan menjadi kuda hitam. Akan menjadikan alternatif pilihan dari massa mengambang.

Paket Prabowo Ganjar belum mampu meredakan turbulensi politik akibat warisan Pemilu 2019 silam (cebong vs kampret). Meski sebelumnya Prabowo memiliki persona sebagai simbol kepentingan politik Islam. Sebaliknya Ganjar sebagai wajah dari kelompok politik Nasionalis. Di tahun 2024, Prabowo tergerus dukungannya dari faksi politik Islam.

Isu yang mempolarisasi kerukunan sosial juga terus diproduksi kaum kadal gurun atau Kadrun dan BuzzerRp. Sulit terbendung, disrupsi demokrasi terjadi. Para politisi juga akhirnya bermain peran gandang. Antara menjaga idealisme dan bersiasah untuk mengamankan kepentingan politiknya.

Mendamaikan keduanya butuh figur yang tepat. Prabowo dianggap tidak lagi merepresentasikan kekuatan politik Islam. Bergeser jauh tensi politik di Pilpres 2024 untuk dukungan ke Prabowo. Itu sebabnya para bandar, elit penentu pasangan calon Presiden harus berhitung matang-matang. Jangan sampai salah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun